Menanti Bogor Jazz Reunion 2014

Setelah sekian lama menanti, akhirnya datang juga kabar bahwa festival jazz yang akan dilangsungkan di kota Bogor,  Bogor Jazz Reunion, direncanakan akan digelar pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014. Kabar yang sungguh menggembirakan bagi saya sebagai pencinta jazz yang belum pernah sekalipun menghadiri festival jazz ini.

Untuk menyambut pergelaran tersebut, saya ingin menuliskan tentang kota Bogor, sejauh yang saya kenal – yang penuh dengan kenangan indah semasa saya duduk dibangku SMA, tentang jazz yang saya sukai – yang sampai saat ini tetap setia mengisi hari-hari yang saya lalui, serta kaitan antara keduanya – yang kelak semoga akan terbingkai rapi dalam pigura yang bernama Bogor Jazz Reunion.

***

Bogor yang saya kenal…

Terus terang saya kurang mengenal kota Bogor dengan detil. Yang ada dalam benak saya bila disebutkan nama kota itu hanyalah Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi-nya yang mengagumkan. Saya pikir setidaknya kedua tempat tersebut sudah menjadi icon kota Bogor sejak lama. Dan saya yakin pula kedua tempat tersebut selalu menjadi tujuan bagi wistawan-wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan dari manca Negara.

Sekitar tahun 80-an, saat saya masih duduk di bangku SMA, boleh dibilang saya sering mengunjungi Kebun Raya Bogor. Kunjungan tersebut ada yang dikoordinasi oleh sekolah saya, karena Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi menjadi salah satu objek study tour, ada juga kunjungan yang dilakukan atas prakarsa saya dan teman-teman. Kalau bersama teman-teman, biasa saya berangkat ke Bogor dengan naik kereta api dari Sukabumi. Perjalanan yang hanya memakan waktu sekitar 2 jam. Banyak kenangan-kenangan indah yang tercipta pada masa itu dan tetap tersimpan hingga kini.

Saat libur lebaran kemarin, tepatnya hari Rabu, 30 Juli 2014, saya bersama keluarga mengunjungi kembali Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi seperti telah saya tuliskan pada posting berjudul Kebun Raya Bogor, Sungguh Memukau. Serasa baru kemarin saya terakhir kali mendatangi tempat ini, padahal setidaknya itu sudah 14 tahun lalu. Ah waktu, melesat demikian cepat rupanya.

Kebun Raya Bogor tetap seperti yang saya kenal puluhan tahun silam. Penataannya yang kini kian baik cukup membuat saya kagum. Sekarang sudah ada Garden Shop didalam area kebun raya. Garden Shop ini sepertinya semacam inovasi baru di kebun raya, tempat yang pas bila kita ingin membeli benih-benih tumbuhan dan kerajinan-kerajinan tangan tradisional.

Walau kini banyak ditemukan kawasan-kawasan wisata baru maupun sentra-sentra usaha yang kian terkenal di Bogor namun bagi saya hal tersebut tidak mengubah ingatan saya akan Bogor. Bagi saya Bogor tetaplah identik dengan Kebun Raya dan Museum Zoologi.

Jazz yang saya suka…

Saya tidak ingat kapan tepatnya saya mulai menyukai musik jazz, bahkan kalau ditanya lebih jauh kenapa saya menyukai jenis musik ini, sungguh saya tidak mempunyai jawabannya. Yang masih lekat dalam ingatan yaitu saat saya bersekolah di bangku kelas 2 SMP dan mulai belajar bermain gitar. Saat itulah saya mulai mengenal nada-nada “aneh” dari satu jenis musik.

Yang mengherankan, saya justru jatuh cinta kepada jenis musik yang bernada “aneh” ini, belakangan saya baru tahu kalau itu jenis musik jazz, dan mulai sering mendengarkan jenis musik ini ketimbang jenis musik lainnya. Kini saya sudah tidak lagi suka bermain gitar. Namun tidak demikian dengan mendengarkan jazz. Aktifitas mendengarkannya menjadi kian intens dan menjadi bagian dalam keseharian saya.

Saat duduk di bangku SMA, saya mulai rajin mengoleksi kaset-kaset jazz. Kedua kaset dibawah ini adalah koleksi kaset saya yang tertua dan masih saya simpan hingga kini.

Kaset terlawas dalam koleksi saya.
Kaset terlawas dalam koleksi saya.

Kaset pertama adalah kumpulan lagu-lagu Michael Frank yang saya beli pada tanggal 8 November 1981. Michael Frank adalah penyanyi jazz yang populer di era 1980-an. Lagunya yang paling saya suka adalah Antonio’s Song dan Loving You More and More. Kedua lagu tersebut ada dalam kaset berjudul Michael Frank Gold ini.

Kaset kedua adalah album pertamanya Ermy Kullit yang berjudul Pub Music. Kaset ini saya beli pada tanggal 5 Agustus 1983 seharga Rp 1.600,- saja. Lagu yang paling suka dari album ini adalah Pesona, yang diciptakan oleh Paul Irama. Penata musik pada album ini adalah Ireng Maulana. Menurut saya, album ini merupakan tonggak awal nama Ermy Kullit dikenal luas di belantika musik Indonesia. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1986, nama Ermy Kullit melejit saat merilis album ketiganya berjudul Kasih. Lagu Kasih benar-benar telah melambungkan nama Ermy Kullit sebagai penyanyi bossas Indonesia dan bahkan kemudian sebutan Salena Jones Indonesia melekat pada diri penyanyi ini.

Dibawah ini adalah foto sebagian koleksi kaset-kaset lama yang masih saya simpan dengan baik.

Dari keseluruhan koleksi kaset yang saya miliki, barangkali kaset jazz band Bhaskara’86 merupakan kaset yang paling bernilai. Pada kaset ini terdapat tanda tangan Luluk Purwanto, pemain biola, salah satu personil Bhaskara’86. Tanda tangan ini saya peroleh pada tanggal 2 Oktober 1986, saat Luluk Purwanto tampil sebagai guest star pada penampilan Ireng Maulana di panggung Friday Jazz Night di Taman Impian Jaya Ancol, seperti yang saya tuliskan dalam posting berjudul Jazz Band dalam Kenangan, Bhaskara’86.

Dari Festival ke Festival…

Mendengarkan jazz secara langsung terasa lebih nikmat dibanding dengan hanya mendengarkan melalui rekaman audio saja. Hal inilah yang mendorong saya untuk menikmati jazz secara langsung melalui festival-festival jazz.

Beberapa festival jazz telah saya hadiri di tahun 2014 ini. Satu diantaranya adalah Jazz Atas Awan, yang berlangsung di dataran tinggi Dieng bersamaan dengan pelaksanaan Dieng Culture Festival V, 27-28 Agustus 2014, merupakan festival jazz terjauh yang saya hadiri.

Secara ringkas, berikut adalah festival-festival jazz yang telah saya hadiri di tahun ini.

Kampoeng Jazz, Unpad, Bandung, Sabtu, 3 Mei 2014

Kampoeng Jazz yang pelaksanaannya dikoordinir oleh BEM FH UNPAD ini berlangsung di pelataran kampus Unpad. Hal yang menarik bagi saya adalah menikmati jazz dalam suasana kampus. Sambil menikmati jazz yang syahdu, bolehlah kenangan melayang-layang ke masa kuliah dahulu.

Pada festival jazz ini saya menyaksikan penampilan musisi jazz Mus Mujiono. Mus Mujiono yang terkenal dengan gaya permainan gitarnya yang disejajarkan dengan Goerge Benson ini tetap dikenal hingga kini lewat lagu masterpiece-nya yang berjudul Arti Kehidupan. Penampilan Mus Mujiono ini sangat berkesan bagi saya, selain juga artis-artis jazz hebat lainnya, sebut saja Krakatau Reunion, Maliq and D’Essentials dan The Groove, termasuk penyanyi jazz muda Amerika, Renee Olstead, yang tampil menawan di panggung Kampoeng Jazz.

Mus dan Ari, On Broadway.
Mus dan Ari, On Broadway.

Catatan lengkap saya mengenai Kampoeng Jazz dapat dibaca pada posting Menikmati Jazz di Kampoeng Jazz.

Ngariung Jazz, Sukabumi, Jumat, 30 Mei 2014

Akhirnya ada juga festival jazz yang berlangsung di kampung sendiri, Sukabumi. Saya sungguh salut kepada Komunitas Jazz Sukabumi sebagai penggagas acara ini. Beberapa jazz band lokal Sukabumi ditampilkan pada festival ini, selain ada juga jazz band dari Cianjur. Patut dicatatat kehadiran gitaris jazz ternama, Donny Suhendra, pada acara ini. Kehadirannya lebih sebagai guru musik jazz ketimbang pemain jazz karena ada sessi diskusi dan sessi ber-jam session dengan musisi-musisi jazz Sukabumi.

Ekspresi. Donny Suhendra dan artis jazz Sukabumi.
Ekspresi. Donny Suhendra dan artis jazz Sukabumi.

Untuk lebih lengkap mengenai Ngariung Jazz, sila baca posting saya yang berjudul Berkumpul Menikmati Jazz.

Jazz Atas Awan, Dieng, Sabtu, 27 Agustus 2014

Inilah festival jazz terjauh yang saya hadiri tahun ini. Menikmati jazz di alam terbuka dengan suhu 4 derajat celcius, begitu yang selalu diberitakan mengenai festival jazz ini. Sungguh menantang untuk dihadiri.

Dan benar, itulah yang khas dari Jazz Atas Awan. Meskipun saya sudah berjaket tebal, bersarung tangan, berkaus kaki dan kepala memakai kupluk, sungguh saya tak tahan dengan dinginnya udara Dieng saat berlangsung pergelaran ini. Saya hanya bertahan dari dinginnya udara dataran tinggi Dieng sampai jam 23.00, saat saya meninggalkan area pergelaran untuk kembali ke homestay dan segera berselimut tebal. Jazz Atas Awan sendiri pergelarannya berlangsung  hingga jam 24.00 tengah malam.

Pentas Jazz Atas Awan.
Pentas Jazz Atas Awan.

Mengenai Jazz Atas Awan saya telah tuliskan dalam satu posting yang menceritakan kunjungan saya ke Dieng bertepatan dengan pelaksanaan Dieng Culture Festival ke-5 pada posting yang berjudul Dieng Plateau nan Mempesona.

Coopfest, Cooperative Festival, Bandung, Sabtu, 6 September 2014

Festival ini merupakan festival yang digagas dan dikoordinir pelaksanaannya oleh IKOPIN, Institut Koperasi Indonesia. Festival yang dilangsungkan di Gedung Sabuga, Bandung ini menarik untuk saya hadiri karena tampilnya Mocca, Tulus dan Raisa disana.

Penampilan Mocca bagaikan pengobat rindu sejak “hilang” nya grup ini dari belantika musik tanah air dari tahun 2010, saat terakhir mereka merilis album yang berjudul Mini Album – Happy Birthday. Adapun Tulus dan Raisa, mereka adalah penyanyi jazz yang saat ini kian melambung namanya. Tiga nama itulah yang mempunyai daya tarik yang kuat sehingga saya hadir di festival ini.

Tulisan lengkap saya mengenai festival ini dapat dibaca pada posting berjudul Bertemu Mocca, Tulus dan Raisa di Coopfest.

Locafore Jazz Festival, Bandung, Minggu, 21 September 2014

Locafore Jazz Festival merupakan salah satu agenda dari festival yang dilaksanakan selama 3 hari, 19-21 September 2014, berlangsung di Kota Baru Parahyangan, Bandung. Nama lengkap festival ini adalah Locafore Art, Design & Jazz Festival.

Festival jazz nya sendiri, berlangsung selama 3 hari, mulai dari jam 13.00 sampai jam 23.00. Saya hanya dapat hadir di hari ke-3 saja dari jam 13.00 sampai jam 18.00. Bagi saya nama Ermy Kullit seakan “memaksa” saya untuk mendatangi Locafore di hari Minggu, 21 September 2014.

Setelah sekian lama, akhirnya saya kembali dapat menikmati langsung penampilan Ermy Kullit di atas panggung. Usianya yang kini menginjak 59 tahun tidak memudarkan penampilan dan gaya bernyanyinya yang khas itu.

Ulasan lengkap mengenai festival jazz ini dapat dibaca pada posting saya berjudul Sejenak di Locafore Jazz Festival.

Sabar Menanti Bogor Jazz Reunion…

Bogor yang saya kenal, jazz yang saya suka dan festival jazz yang kian saya gandrungi rasanya akan lengkap bersatu saat nanti saya menghadiri pergelaran jazz di kota Bogor, Bogor Jazz Reunion, yang pelaksanaannya dikelola oleh Moksa Event Management dan direncanakan akan berlangsung pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014.

Bogor Jazz Reunion 2014.
Bogor Jazz Reunion 2014.

Idang Rasjidi , Chairman Bogor Jazz Reunion dan juga musisi jazz yang kini tinggal di Bogor, pernah mengungkapkan impiannya akan sebuah kota dan kaitannya dengan kesenian berikut ini,

Saya bermimpi tentang sebuah kota yang indah. Tentang sebuah kota yang sejuk. Sebuah kota yang masyarakatnya murah senyum. Dan sebuah kota yang menghargai kesenian sebagai salah satu cara untuk mendidik bagaimana rakyat berani mengekspresikan kebebasannya dan sama-sama mengontrol pemerintah, yang kadang lupa dengan tanggung jawabnya

Kalimat impian Idang Rasjidi tersebut saya temukan dalam salah satu posting pada blog Kang MT, mataharitimoer, yang berjudul Bogor Jazz Reunion 2013.

Bogor Jazz Reunion, saya pikir, merupakan upaya perwujudan dari pemikiran dan mimpi Idang Rasjidi tersebut.

***

Bogor Jazz Reunion tahun ini merupakan pergelarannya yang ke-3, setelah pergelaran pertama dan keduanya yang berlangsung pada tahun 2011 dan 2013. Bagi saya ini adalah salah satu festival jazz yang harus saya hadiri, melengkapi festival-festival jazz yang telah dan akan saya hadiri di sepanjang tahun 2014 ini.

Seperti Idang Rasjidi, sayapun bermimpi, pada suatu saat nanti Bogor tidak hanya terkenal lewat icon Kebun Raya Bogor dan Museum Zoologi, seperti apa yang ada pada benak pemikiran saya saat ini, namun juga terkenal lewat icon jazz, sebagai kota dengan agenda festival jazz yang baik dan konsisten dilaksanakan setiap tahun, melalui festival jazz yang bernama Bogor Jazz Reunion.

Sukses untuk pelaksanaan Bogor Jazz Reunion. Saya tetap sabar menanti hingga saatnya tiba…

Sukabumi, 5 Oktober 2014

24 respons untuk ‘Menanti Bogor Jazz Reunion 2014

Add yours

    1. Iya Kang, kaset lawas yg masih tersimpan tapi sudah tidak pernah lagi diputar karena saya tidak punya tape aka cassette player saat ini.

      Salam,

  1. Aha….Michael Frank, Selena Jones, Nat King Cole, James Ingram…..hingga Ermy Kullit…..
    sederet nama beken di dunia jazz yg kebetulan juga bunda suka lagu2 mereka .. 😊
    (Kisah dibalik Cookies Jar nya M.Frank cukup membuat mata berembun).

    Bedanya bunda sdh cukup puas mendengar hasil rekaman mereka….tanpa pernah menonton live music nya seperti Kang Titik Asa…

    Jadi…bunda tunggu dgn sangat reportase Bogor Jazz Reunion nya ya Kang 😊

    Salam

    1. Ah, ternyata Bunda suka juga dengan musik jazz rupanya…
      Lagu Michael Franks yang itu, When the Cookie Jar is Empty ya Bunda?

      Baik Bunda, nanti saya akan tuliskan catatan saya setelah menghadiri Bogor Jazz Reunion.

      Salam,

    1. Iya Mas, sebagian saja. Kebanyakan kenang-kenangan masa SMA dan masa kuliah. Saat ini koleksi saya sudah ke bentuk digital, kaset sudah tidak lagi saya putar.
      Mus Mujiono dan Arti Kehidupan itu seperti satu kesatuan. Tetap nikmat didengarkan lagunya hingga saat ini.

      Salam,

    1. Komentar ini membuat saya penasaran, ternyata setelah saya cek di situs Mas saya mendapatkan hadiah buku “7 Cara Agar Rezeki Semakin Bertambah dan Barakah” karya Mas, yang sudah cetak ulang yang ke-6.

      Alhamdulillah. Terima kasih, Mas. Semoga bukunya mendapat perhatian yang baik dari khalayak pembaca sehingga nanti akan di cetak ulang kembali.

      Salam,

  2. Bagi akang sendiri Mus Mudjiono masih sebagai gitaris terbaik di Indonesia. Meski awal belajar gitar akang mengidolakan Ian Antono, Eet Syahrani (caritana anak metal :mrgreen: ) tapi setelah mendengar petikan gitar Mus Mudjiono ternyata ada nilai musikalitas tersendiri yang tak gampang dicari padanannya. Ditunggu reportasenya Kang dari Bogor 🙂

    1. Wah, Akang pernah belajar gitar juga rupanya. Sekarang masih suka main gitar Kang?
      Saya sudah tidak bermain gitar lagi. Sayang juga rasanya koq tidak dikembangkang, padahal dulu waktu SMA petikan gitar saya boleh juga… 🙂

      Petikan gitar Mus Mujiono memang luar biasa. Susah mengikutinya walau hanya meniru melodi gitarnya.

      Salam,

  3. Koleksi kaset jazz sungguh lengkap Kang,
    saya kaset yang tahun2 sebelum berubah jadi CD tinggal sarangnya aja.
    Informasi jazz-nya lengkap, ditunggu pandangan mata dan reportase lengkapnya Kang.
    Kalau nyebut Mus Mujiono ingatnya, tanda-tandanya,,,

    1. Kaset-kaset lama peninggalan masa remaja saya, mbak. Sekarang sudah tidak lagi mengoleksi kaset.

      Ah iya lagu Mus Mujiono yang tanda-tandanya. Masih ingat saya melodinya.

      Salam,

  4. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Titik Asa…
    Senang ya punya hobi sendiri yang tentunya mempunyai banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan. masih simpan lagi kaset2nya. Kalau saya kaset-kaset lagu atau apa sahaja semuanya sudah dibuang. hanya ada CD atau DVD. Lagu jazz memang enak didengar terutama alunan muziknya yang sederhana nemun menambat hati.

    Salam hormat dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    1. Wa’alaikum salam wr.wb, mbak Fatimah.

      Ah iya mbak, senang mempunyai hobi yang masih tetap bisa dinikmati hingga kini. Kaset lama, lagu lama, isinya bukan hanya musik dan syair lagu saja namun juga kenangan indah dimasa lalu. Mendengarkannya kembali bagai medium untuk kembali ke masa lalu walau hanya lewat imajinasi.

      Salam persahabatan selalu dari saya di Sukabumi,

    1. Beberapa festival jazz diadakan gratis Mbak. Seperti Jazz Atas Awan di Dieng dan festival jazz Locafore. Selalu saya suka menghadiri festival jazz, termasuk Bogor Jazz Reunion yg akan 25 Oktober mendatang.

      Salam,

  5. kalau saya menanti Ngayogjazz mas.. sayangnya berkali-kali acara terlelenggara belum pernah sekalipun bisa datang… hiks masih dituntut kuliah ini..

    1. Ngayogjazz juga salah satu pergelaran jazz yang saya rencanakan untuk saya hadiri di tahun ini Mbak.
      Semoga saja saya bisa menghadirinya, masih banyak waktu sampai pergelaran Ngayogjazz yang akan berlangsung 22 November nanti. Namun agak worry juga gak bisa saya hadiri, maklum kesibukan di pabrik suka agak meningkat menjelang akhir tahun.

      Salam,

Tinggalkan Balasan ke amongraga Batalkan balasan

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑