Karena hari-hari belakangan ini saya lebih banyak di rumah dan tetap mengikuti anjuran untuk di rumah saja, banyak waktu bagi saya untuk melihat-lihat kembali koleksi rekaman-rekaman musik. Rekaman-rekaman dalam bentuk kaset dan CD, saya bersihkan satu per satu terutama dari debu yang menebal. Media rekaman dalam bentuk fisik ini tidak pernah saya putar, karena kini mendengarkan musik saya lakukan lewat format digital melalui laptop atau gawai.
Diantara rekaman-rekaman musik tersebut, terdapat beberapa kaset dan satu CD yang spesial. Kaset-kaset dan CD itu rekaman dari – saya anggap saja dirinya sebagai – sang “kasih” dari tahun 80-an. Betapa tidak demikian, ia setia menemani hari-hari saya mulai dari awal tahun 80-an dengan suaranya yang lembut, lirik lagu-lagunya yang romantis penuh cinta dan genre musiknya yang saya suka.
Sang “kasih” dari tahun 80-an itu bernama Ermy Kullit. Karena ia sering menyanyikan lagu-lagu penyanyi jazz legendaris dari Amerika Serikat Salena Jones, dan suaranya yang konon mirip, ia dijuluki sebagai Salena Jones Indonesia. Selain itu karena karakter vokal yang dimilikinya dan intens-nya ia bergaul dan membawakan lagu-lagu dalam genre jazz, ia pun dijuluki sebagai Lady of Jazz.
Mari berkenalan dengan Ermy Kullit, sang “kasih” dari tahun 80-an…
***
Selintas Perjalanan Karir Musik Ermy Kullit
Ermy Kullit, demikian nama populer penyanyi jazz yang lengkapnya bernama Ermy Maryam Nurjannah Kullit, lahir di Manado pada 13 Mei 1955.
Karir profesionalnya sebagai penyayi dimulai pada tahun 1973, saat ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman dan pindah ke Jakarta dan mulai tampil sebagai penyanyi pada Hotel Marcopolo yang pada saat itu merupakan tempat mangkalnya penyanyi dan pemusik top Indonesia.
Tak lama berselang, tepatnya pada tahun 1974, Ermy merilis album dalam format piringan hitam bertajuk Cinta. Dalam album ini Ermy membawakan lagu-lagu milik Favorite’s Grups dalam alunan musik pop.
Sekitar tahun 1981, Ermy mulai bekerja sama dengan gitaris dan pemusik jazz Ireng Maulana. Kerja sama ini berlanjut ke dapur rekaman dan menghasilkan album dalam alunan musik jazz dixie pada album Nikmatnya Cinta (1982), dan dalam alunan musik bossas dengan membawakan lagu-lagu karya Rinto Harahap pada album Aku Jatuh Cinta (1983).

Tahun 1983 terjadi lompatan besar dalam karir musik Ermy Kullit. Bila dalam rekaman sebelumnya Ermy hanya tampil sebagai bintang tamu atau membawakan kembali lagu-lagu yang telah populer, kini Ermy merilis album solo pertamanya, bertajuk Pub Music, dengan membawakan lagu-lagu baru. Dengan melibatkan Ireng Maulana sebagai penata musiknya, Ermy kian memantapkan dirinya sebagai penyanyi jazz.
Namun Ermy baru mencapai puncak kesuksesannya pada tahun 1986, saat ia merilis album ke-3 yang bertajuk Kasih. Lagu berjudul “Kasih” ciptaan Richard Kyoto berhasil melejitkan nama Ermy Kullit di blantika musik Indonesia. Lagu “Kasih” bahkan menembus batas puluhan tahun ke depan, hingga tak aneh bila lagu ini masih sering diperdengarkan hingga kini.
Lebih dari 20 album telah Ermy rilis sampai pada tahun 2007. Namun dari sekian banyak lagu-lagu yang Ermy dendangkan dan menjadi hits pada masanya, mungkin hanya 2 lagu yang benar-benar inheren dengan Ermy dan boleh dibilang lagu-lagu tersebut merupakan masterpiece-nya Ermy. Lagu itu adalah “Kasih” (terdapat pada album ke-3 bertajuk Kasih, 1986) dan “Pasrah” (terdapat pada album ke-5 bertajuk Pasrah, 1989).

Pada tahun 2015, bertepatan dengan 60 tahun usianya, Ermy merilis album kompilasi lagu-lagunya dari periode 80-an hingga 90-an. Album kompilasi ini diberi judul Timeless Hits yang dirilis dalam 4 volume dengan masing-masing volume diberi kode dari setiap huruf nama Ermy. Timeless Hits volume 1 diberi judul Timeless Hits – E, volume berikutnya berturut-turut berkode R, M dan Y.
Ini beberapa album Ermy Kullit dalam bentuk kaset dan CD yang masih tersimpan pada koleksi saya,

Ermy Kullit yang Saya Kenal
Sebetulnya secara tak sengaja saya mengenal Ermy Kullit. Saat itu tahun 1983, saya baru lulus dari SMA dan sedang antri untuk mengambil formulir pendaftaran mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Selama proses dalam antrian yang lumayan panjang, terdengar sayup-sayup lagu-lagu berirama jazz yang dibawakan oleh vokalis wanita. Lagu-lagu itu membuat saya penasaran, karena baru pertama kali itu saya mendengarnya.
Ketika sampai di hadapan loket pengambilan formulir pendaftaran, saya baru tahu darimana asal lagu-lagu jazz itu mengalun. Rupanya mahasiswa-mahasiswi senior yang melayani penyerahan formuli ini dihibur oleh lagu-lagu jazz dari kaset yang diputar. Rasa penasaran membuat saya bertanya siapa nama penyanyinya dan bahkan minta diperlihatkan sampul kasetnya.
Pulang dari Bandung, saya tak langsung ke rumah tapi menuju ke salah satu toko penjual kaset yang saya tahu paling lengkap koleksinya di Sukabumi. Akhirnya saya dapatkan juga kaset yang sama dengan yang saya lihat di Bandung. Kaset tersebut adalah kaset rekaman Ermy Kullit volume pertama yang bertajuk Pub Music. Kaset saya beli pada tanggal 5 Agustus 1983 dengan harga Rp 1600,- demikian tertulis pada sampul bagian dalam.
Belakangan saya baru tahu kalau album pertama Ermy Kullit ini disampul dalam dua versi. Versi pertama bertajuk Pub Music seperti yang saya miliki, versi lainnya bertajuk Cintaku Abadi. Perbedaannya terletak pada sampul album dan susunan lagu-lagu.

Dalam album pertama ini ditampilkan 12 lagu-lagu baru, lagu-lagu yang belum pernah direkam oleh penyanyi manapun. Melalui album ini, selain pendengar dapat menyimak kualitas vokal Ermy yang prima, lembut dan jernih, pendengar juga disuguhi aransemen musik yang cantik dan rapi dengan tidak hanya menyuarakan irama bossas – yang memang menjadi andalan – tapi juga irama swing, fusion jazz dan juga pop.
Bila saya harus menentukan album Ermy Kullit mana yang paling disuka, saya akan memilih album pertama ini yang paling saya suka, terfavorit dari album-album lainnya. Namun pasar menentukan lain, pasar memilih album ke-3 Ermy Kullit bertajuk Kasih sebagai album favorit dan melejitkan nama Ermy Kullit sebagai penyanyi jazz tanah air lewat lagu “Kasih” ciptaan Richard Kyoto.
Tahun 1986, tepatnya 2 Oktober 1986, untuk pertama kali saya menyimak langsung penampilan Ermy Kullit pada pergelaran Friday Jazz Night di Pasar Seni, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Saat itu Ermy Kullit dan violis jazz wanita – yang khas dengan biolanya yang berwarna hijau – Luluk Purwanto tampil sebagai bintang tamu pada Ireng Maulana All Stars yang tampil sebagai bintang utama malam itu.
Saya masih mengingat penampilan Ermy yang tampil menawan dengan bergaun putih dan menyanyikan lagu “Kasih” dengan amat manis. Sayang tidak ada dokumentasi dalam bentuk foto, namun saya sempat meminta tanda tangan kepada Luluk Purwanto yang dibubuhkan pada sampul album Bhaskara ’86, yang sore itu albumnya baru saya beli.
Luluk Purwanto merupakan personel jazz band Bhaskara ’86, yang beberapa waktu sebelumnya mereka tampil di North Sea Jazz Festival.

Pada dua festival jazz – di Locafore Jazz Festival 2014 yang berlangsung di Kota Baru Parahyangan, Bandung dan di Jazz Kota Tua 2015 yang berlangsung di Museum Sejarah, Jakarta – saya kembali dapat menyimak langsung penampilan Ermy Kullit.
Yang paling berkesan saat menyimak penampilan Ermy Kullit di Locafore Jazz Festival. Pada festival ini Ermy tampil sore hari. Dengan diselimuti udara sejuk, Ermy mendendangkan lagu-lagu hits nya sekitar 45 menit.
Ledakan histeris dari penonton yang hadir tak terbendung saat Ermy membawakan lagu “Kasih”. Pada bagian refrain penonton turut bernyayi bersama dengan melantunkan kata demi kata lirik lagu tersebut.
Kasih dengarlah hatiku berkata,
Aku cinta kepada dirimu sayang,
Kasih percayalah kepada diriku,
Hidup matiku hanya untukmu…

Apa yang harus saya katakan lagi mengenai lagu “Kasih” ini selain lagu ini begitu indah, begitu puitis, begitu nyaman disimak, begitu bossas…
Terakhir, saya menemukan video penampilan Ermy Kullit di TVRI membawakan lagu “Kasih”. Mungkin ini penampilan Ermy tahun 1986-an, dengan bergaun serba putih, menyanyikan lagu “Kasih” versi orisinal seperti pada albumnya.
Abaikan kualitas video ini, fokus pada bagaimana “Kasih” disajikan.
Dan saya, senyum-senyum sendiri, mata berkaca-kaca, ada rasa haru juga saat saya menyimaknya…
***
Walau musim telah berganti dan selera musik masyarakat mengalami banyak perubahan, namun tetap ada musik-musik masa lalu yang tetap masih diperdengarkan hingga kini.
Musik dan lagu-lagu masa lalu tetap indah, terutama bila didalamnya tersimpan kenangan masa lalu. Mendengarkannya kembali akan membuka lembar-lembar kenangan yang tetap segar dalam ingatan. Seperti itulah ketika kini saya kembali menyimak lagu-lagunya Ermy Kullit.
Bagi saya, Ermy Kullit tetap menjadi sang “Kasih” dari tahun 80-an.
Sukabumi, 12 April 2020
Catatan Tambahan:
- Sebagian tulisan ini bersumber dari laman Wikipedia mengenai Ermy Kullit, dapat disimak pada tautan ini.
Aku masih ingat lagu ini dan waktu kanak² masih sering mendengarnya di TVRI. Tapi tidak sampai ngefans karena waktu itu sepertinya kami lebih tertarik dengan lagu-lagu yang dibawakan grup musik negara tetangga dengan genre pop rock.
Sering menyimak “Kasih” di TVRI ya Mbak? Selintas ingat saya dulu juga pernah menyaksikan lagu ini di TVRI, makanya pas ketemu klip yang di TVRI di youtube, duh rasanya baru kemarin..padahal sudah lama banget.
Memang sepertinya kalau remaja lebih dekat seleranya ke pop rock deh Mbak.
Salam,
Sering Pak. Dulu TVRI punya acara musik Jazz gitu. Kalo tak salah usai Dunia dalam Berita gitu. Dan tidak ada pilihan lain, hanya itu yg mau ditonton. Apalagi kalo sdh bersama orangtua nontonnya.
Iya, Pak saat remaja lebih suka pop rock gitu😄
Iya benar dulu TVRI ada acara jazz, bulanan kalau gak salah. Selain di TVRI saya suka simak jazz lewat RRI. Setiap hari Minggu, kalau gak salah jam 14.00 ada acara jazz.
Salam,
Suaranya Ermy Kullit ternyata merdu juga ya, Pak? Emosinya dapet, terdengar jujur dan nggak dibuat-buat. Agak beda dari Rafika Duri yang suaranya menggema seperti Lisa Ono.
Omong-omong, saya jadi penasaran, Pak Asa. Apakah awal 80-an dulu jazz sempat populer di Indonesia sampai-sampai mahasiswa tahun itu memutar lagu jazz(y) Ermy Kulit di loket pengambilan formulir penerimaan mhs baru? Bagaimana keadaannya dulu, Pak? Soalnya sekarang jazz benar-benar seperti subkultur. Memang banyak yang nonton festival jazz (atau musisi-musisi yang mengusung genre jazzy), tapi yang nonton acara jamming mingguan komunitas sepertinya juga sudah jauh berkurang.
Ah iya Mas, vokal Ermy lembut, merdu dan khas juga. Itu yang saya suka dari Ermy. Wah, suka dengar juga Lisa Ono dan Rafika Duri ya Mas?
Betul Mas, 80-an jazz populer di tanah air. Banyak penyanyi jazz bermunculan seperti Ermy Kullit, Utha Likumahuwa, Nunung Wardiman. Musisi yang berkibar saat itu ada Ireng Maulana ( yang bermain dixie dan bossas), Christ Kayhatu ( yang bermain fusion). Jazz band juga mulai berkibar seperti Krakatau ( dimotori oleh Indra Lesmana), Karimata (dimotori oleh Chandra Darusman). Di Bandung saat itu sudah ada stasion radio yang hanya memutar jazz dan sampai saat ini masih tetap demikian, radio KLCBS.
Kurang lebih demikian, Mas.
Salam.
Sama Lisa Ono lumayan familiar soalnya sering denger suaranya pas meng-cover lagu-lagunya Tom Jobim, Pak. Lucunya, saya jadi tertarik buat dengerin komposisi-komposisinya Tom Jobim justru karena dengerin Olivia Ong 😀
Wah, ternyata legenda-legenda itu banyak yang dari tahun 80-an. Dari nama-nama yang bapak sebutkan di atas, saya baru pernah nonton Trie Utama (Krakatau) dan Chandra Darusman pas manggung bareng Chaseiro. Wah tampaknya menarik itu dengerin KLCBS. Mudah-mudahan ada streamingnya hehehe… 😀
Jobim memang keren-keren lagu ciptaannya. Malah dengernya lewat vokal Olivia Ong ya Mas? Pas memang karakter vokalnya. Btw, kalau denger nama Ong, ada vokalis jazz tanah air namanya Amelia Ong. Mungkin Mas pernah dengar lagu-lagunya?
Tahun 80-an memang lagi popuper jazz, terutama fusion jazz. Krakatau salah satu “raksasa” fusion saat itu. Kalau dari Jepang ada Casiopea yang produktif merilis album. Beruntung saya pernah menyimak Krakatau dan Casiopea di Economics Jazz-nya UGM tahun 2015. Kalau berkenan sila ke tulisan saya ini >> https://sisihidupku.wordpress.com/2015/10/14/economics-jazz-2015/
KLCBS – the jazz wave, bisa disimak via streaming. Saya masih sering menyimaknya.
Salam,
Kalau saya lihat-lihat, Jobim ini ibarat Duke Ellington-nya skena jazz bossa ya, Pak? Lagu-lagu jazz standar bossa sebagian besar gubahan Jobim sepertinya.
Iya, Pak. Karakternya Olivia Ong ini pas banget buat bossa. Ada getaran merdu di tiap tarikannya. Amelia Ong saya belum pernah dengar, Pak. Musisi lawaskah? Habis ini bakal saya coba cari di YouTube.
Wah, kayaknya menarik, nih, mengulik dunia jazz 80-an Indonesia. Mungkin itu bisa jadi kata kunci buat tahu sejarah jazz Indonesia. Penasaran juga, sih, Pak. Soalnya saya cuma tahu sepotong-sepotong saja, itu pun cuma musisi dan band tanpa tahu era kejayaan mereka masing-masing.
Habis ini saya baca juga tulisannya Pak Asa tentang Economic Jazz 2015–dan buka-buka streaming KLBCS juga. 😀
Terima kasih, Pak Asa. 🙂
Saya kalau dengar nama Ermi Kullit ingatnya juga lagu Kasih ini.
Jatuh cinta sama suara di album perdana Ermy Kullit pada pendengaran pertama saat mendaftar menjadi mahasiswa baru itu ya, Kang.
Koleksinya selalu tersimpan rapi sekali, Kang.
Lagu “Kasih” memang banyak disuka ya Mbak. Inget Kasih, inget Ermy Kullit, jadinya demikian deh.
Iya betul Mbak, jatuh cinta kepada Ermy semenjak pertama kali mendengar saat pendaftaran mhs itu. Sampai sekarang tetap saya sering memutar lagu-lagunya.
Sebagian koleksi sudah hilang Mbak. Ini hanya yang masih tersimpan saja.
Salam,
Kalo ke blog ini terasa kembali ke masa lalu, mulai dari perangko, Sukabumi tempo dulu, dan sekarang tentang penyanyi jazz bernama Ermy Kullit.
Lagunya kasih pasti terkenal pada zamannya ya kang, begitu juga dengan lagu pasrah. Sayangnya saya tidak koleksi kedua kasetnya, karena dulu bapak saya sukanya lagu dangdut dan itu menurun pada saya.😊
Ah iya Mas saya sekadar menuliskan apa yang saya alami di masa muda saya. Barangkali saja menambah wawasan, atau ya bisa menghibur.
Sebenarnya saya suka jenis musik selain jazz. Kalau dangdut, belakangan saya suka dengan Via Vallen. Kalau yang penyanyi lamanya saya suka dengan lagu-lagu Oma Irama. Kalau penyanyi wanitanya saya suka Ike Nurjanah.
Salam,
Anjuran untuk di rumah membuat saya ngeblog lagi. Tentunya, berkunjung juga ke blog yang saya menemukan banyak kenangan, terutama lagu, di masa lalu. Makasih banyak ya, Pak, Ermy Kullit memang TOP menurut saya. Vokalnya enak di telinga. Lembut sekaligus bersemangat.
Saya senang banget Mas Azzet suka nulis lagi di blog. Saya suka tulisan Mas yang ringkas, padat namung tidak menggurui.
Suka juga dengan Ermy Kullit ya Mas? Tulisan ini cuma mengingatkan saja bahwa ada penyanyi sehebat beliau di tanah air.
Salam,
Seingatku, papaku punya album Kasih berula kaset Ermy Kullit.
Coba nanti akan kucari.
Aku kecil masih keingetan sama gayanya dia bernyanyi dan suaranya yant serak berat.
Jangan-jangan papanya Mas seangkatan dengan saya nih. Kejutan juga bila kaset Kasih bisa ditemukan Mas. Beberapa kaset Ermy koleksi saya sudah tidak ada, cuma yang di foto diatas saja yang tertinggal.
Ada juga kenangan Mas waktu kecil dengan Ermy ini rupanya.
Salam,
om tahun 83 baru lulus SMA, saya malah belum lahir 😦
semenjak baca ini, saya langsung cari di yutub… asik juga lagunya, tenang..
-arenapublik.com-
83 belum lahur Mas? Duh…betapa tuanya saya ini ya…
Iya Mas di youtube banyak lagu-lagu Ermy Kullit. Saya sering menyimaknya juga.
Salam,
wah akang kog sama sih, saya juga suka banget sama ermi. suaranya bagus banget sayang aja kalah populer dengan artis2 kesayangan produser yang menentukan pasaran musik kita.
Mbak penyuka Ermy juga rupanya.
Ermy memang luar biasa ya Mbak. Banyak yang suka Ermy pada zamannya. Tapi memang pasar menentukan lain.
Btw, Mbak sekarang masih suka menyimak lagu-lagunya di Ermy di perantauan?
Salam,
tergantung mood kang. ada saat-saat ingin mendengarkan tembang2 dari masa2 tertentu.
Mendengarkan lagu lawas tentunya membawa kenangan ke masa-masa lalu ya Mbak. Kenangan-kenangan seperti berlarian dalam imajinasi…
Salam,
Ya ampunnn, 1983?
Saya masih bayi Pak hahahahaha
Dulu, bapak saya suka koleksi kaset, tapi kayaknya nggak ada deh Ermy Kullit, tapi memang saya familier sama namanya, cuman lagu-lagunya hanya hanya dengar pas mama saya bersenandung gitu 😀
Lagu-lagu zaman dahulu itu liriknya bagus-bagus ya, dan mudah diikutin lagunya 😀
Tahun 1983 masih bayi Mbak?
Sebenarnya saya nyesel juga menuliskan apa adanya pada tulisan ini seperti tahun kelulusan SMA saya, jadi ketahuan deh betapa tuanya saya ini…hehehe
Mbak, jangan-jangan usia bapaknya tidak jauh terpaut dengan usia saya nih…
Lagu-lagu lama banyak yang bagus liriknya. Memang beberapa lagu cukup sederhana dan mudah dinyanyikan. Untuk hal ini lagu-lagu Koes Plus juarnya deh Mbak.
Salam,
Mantap sekali tu
Punya CD dan kaset pitanya
Kalau saya belum kenal kayaknya nih
Sebab saya juga punya koleksi anek musik, tapi hanya ermy kullit yang tak ada.
Iya Mas hanya sebagian dari rekaman-rekaman Ermy yang saya miliki.
Koleksi rekaman-rekaman musik juga ya Mas? Boleh dong Mas sekali-sekali di share di blognya.
Salam,