Jazz Band dalam Kenangan, Bhaskara’86

Minggu pagi ini tiba-tiba terkenang jazz band yang pernah menggebrak belantika jazz di tanah air. Ini gara-gara iseng buka-buka folder file lagu-lagu jadul dan bertemulah dengan lagu indah ‘Life is too Short to Worry‘. Ini membawa pikiran dan kenangan saya ke masa sekitar 86’an.

Di era 80’an menjelang 90’an, banyak musisi jazz yang tampil, seperti Ireng Maulana, Christ Kayhatu juga Chandra Darusman. Tapi ada satu band yang menarik perhatian publik dan menggebrak, ialah Bhaskara Band.

Seperti tiba-tiba menyeruak, Bhaskara memulai debutnya di tahun 86. Grup ini terdiri dari 8 musisi dan 1 vokalis. Mereka menyebut dirinya Bhaskara’86.

Bhaskara dimotori by Udinsach dan Bambang Nugroho. Udin sendiri bermain sax, sedangkan Bambang bermain keyboard. Dari 9 lagu dalam albumnya, Udinsach menangani 6 komposisi lagu.

Bhaskara menampilkan keunikan. Band ini menampilkan violin, seorang dara jelita, Luluk Purwanto. Ia khas dengan biolanya yang berwarna hijau

Ini cover kaset Bhaskara’86 yang sampai saat ini masih saya simpan…

Cover luar kaset Bhaskara'86.
Cover luar kaset Bhaskara’86.

Musisi lain Bhaskara’86, Joko WH pada rhytm, Mathes pada bass, Didi Haju pada keyboard, Karim Suweileh pada drums dan Dullah pada perkusi. Sedangkan Vonny Sumlang bertindak sebagai lead vocals.

Cover bagian dalam album Bhaskara’86 seperti ini…

Cover dalam kaset Bhaskara'86.
Cover dalam kaset Bhaskara’86.

 

Bhaskara’86 sempat menggegerkan panggung North Sea Jazz Festival, karena ia tampil disana. Hal ini terjadi konon atas sponsor dari fihak keluarga Cendana saat itu.

Pada album Bhaskara’86 mungkin hanya satu lagu dengan lirik full, yaitu lagu Life is Too Short to Worry. Lirik lagu ini ditulis oleh Rudy G dan arransmen oleh Udinsach. Life is Too Short to Worry dinyanyikan dengan indah oleh Vonny Sumlang. Ketukan piano yang panjang membuat lagu ini lebih romantis…

Ada satu lagu menarik yang berjudul Putri. Disini gesekan biola Luluk Purwanto menjadi pengganti vocal. Lagu luar biasa. Siapa pencipta komposisi ini?

Bhaskara’86 membawa misteri. Lagu Putri, ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal di belantara musik tanah air. Sang penulis lagu ini ber-nickname Yanti R. Dari sponsorship Bhaskara untuk tampil di North Sea, yaitu keluarga Cendana, akhirnya terkuak misteri nickname pencipta lagu Putri itu. Pemilik nickname Yanti R. itu tak lain dari Yanti Rukmana, atau lebih dikenal sbg Mbak Tutut, putri dari Soeharto, Presiden RI saat itu. Coba dengarkan Putri, sungguh melo..

Kaset Bhaskara koleksi saya lebih indah dan berkesan dengan adanya tanda tangan Luluk Purwanto disana. Tanda tangan Luluk Purwanto di album Bhaskara saya dapatkan seusai nonton konser Friday Jazz Night-nya Ireng Maulana di Pasar Seni, Taman Impian Jaya Ancol, tanggal 2 Oktober 1986.

Tanda tangan Luluk Purwanto.
Tanda tangan Luluk Purwanto.

 

Dahulu pada tahun 86’an tiap jumat malam ada konser jazz gratis di Taman Impian Ancol. Kerap jadi tujuan saya dan rekan-rekan peyuka musik jazz. Tempat yang layak untuk dikunjungi mengingat uang saku seperti saya ini yang terbatas.

Demikian sekilas tentang Jazz yang saya cintai dan Bhaskara’86. Entahlah, jazz telah menjadi semacam bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup saya.

Sukabumi, 13 Maret 2011

 

17 respons untuk ‘Jazz Band dalam Kenangan, Bhaskara’86

Add yours

  1. hello salam kenal yah
    kebtulan aku pengemar bhaskara..
    Aku lgi nyari lirik Life is too short to worry tpi ng ketemu..ketemu…
    Boleh yah aq minta..
    kirim ke email aja 🙂

    thanks

    Salam kenal kembali
    Well, anda penggemar Bhaskara juga rupanya…
    Tentang lirik lagu itu, ah sayang sekali saya juga ga punya, mohon beribu maaf…
    Salam,

    1. Terima kasih telah berkunjung ke blog tak terawat ini…
      Wah wah, berarti masih sangat muda dong ya secara thn 86 belum lahir…
      Makasih link-nya. Cekidot ke tekapeh… :))

  2. “Life is too short to worry” menjadi tagline dalam blog-ku.
    Dulu pernah punya kasetnya pas albumnya keluar, seiring berjalannya waktu kaset itu rusak setelah beberapa kali pindah tangan / dipinjamkan. Kemudian berburulah saya, akhirnya nemu juga dg penjual kaset bekas, ia nawarin harga kasetnya Rp 75ribu. Tahu banget kalo kaset spt ini langka dan banyak dicari orang, akhirnya setelah tawar menawar jatuh ke harga Rp 55ribu. langsung saya ambil.

    Bersyukur Mas Asa bisa ngedapetin tandatangannya langsung dari sang maestro violin Luluk Purwanto.

    1. Wah mahal juga ya sampe 55ribu begitu. Lupa dulu thn 86 berapa harga kaset itu.
      Iya Mas, tanda tangan Luluk Purwanto itu jadi semacam lambang akan kecintaan saya thd musik jazz.
      Entah dimana sekarang Luluk berada. Kangen melihat ia menggesek biola hijaunya…
      Salam,

      1. Dulu kaset-kaset jazz produksi Buletin dan Aquarius biasanya di bandrol harga Rp 2.250,- ~ Rp 2.750,-. Kaset saya rusak sekitar tahun 1992an. Setelah berburu sekian lama, ahirnya nemu penjual kaset bekas yg biasa mangkal di komplek Gelora Bung Karno di tahun 2006, itupun setelah dapat info dari teman. Setelah jalan-jalan di sana, memang ternyata banyak juga kaset2 lama yang langka, ngiler juga pengen banyak yg dibeli, tapi dg harga yg selangit gitu jadi mikir-mikir juga mau beli 🙂 Akhirnya kubawa album Lady Bird dan Putri dari Bhaskara, kemudian Albumnya Karimata (Lima dan Jezz) dan Halmahera. Kondisinya masih bagus.

        Malah saya lihat di internet, ada yg menjual kaset Bhaskara ini seharga Rp 105ribu lho, ckckck.

        Lulu Purwanto kini tinggal di Amsterdam, Belanda bersama suaminya. Kabarnya setelah meninggalkan Indonesia ikut suaminya yg juga musisi jazz, ia makin berkibar, mengelilingi 350 panggung jazz dunia.

        1. Betul juga harga kaset2 sekitar segitu di masa itu. Saya cek kaset2 Ermy Kullit lawas yg masih saya miliki memang berkisar sekian harganya.

          Wah, sampai semahal itu ya kaset Bhaskara di internet. Mahal banget.

          Makasih infonya tentang Lulu Purwanto. Makin hebat dong sekarang beliau ya. Tp sayang gak pernah rekaman lagi ya Mas? Atau saya tidak tahu nih. Seingat saya Lulu hanya mengeluarkan satu album. Tapi gak sukses di pasar. Satu hits di albumnya itu berjudul Segenggam Harap.

          Salam,

          1. Gak sukses dipasar karena segmen-nya kecil, masyarakat di sini saat itu juga masih asing dg gaya musik jazz. Beda dg masyarakat Jepang & Belanda (Eropa) yg antusiasnya gede banget. Makanya grup semacam Krakatau kalo konser di Eropa dan Jepang, peminatnya banyak banget.

            Sebanrnya banyak juga album yg dirilis Luluk Purwanto, antara lain:

            Ketika masih di Indonesia:
            (1987) Segenggam Harap

            Bersama Bhaskara:
            (1986) Bhaskara 86
            (1987) Bhaskara volume 2 (Lady Bird)
            (1991) Bhaskara 91 (Putri)

            Sebagai Musisi Pendukung:
            (1981) Indahnya Sepi – Candra Darusman.
            (1981) Sarjana Muda – Iwan Fals.
            (1982) Opini – Iwan Fals.

            Bersama suaminya, René van Helsdingen, di Amsterdam:
            (1986) Impressions of Indonesia
            (1986) Protection
            (1987) Spirit of ….
            (1989) The Walz
            (1992) Ojongono
            (1994) The Stage
            (1999) Born Free
            (2000) FILM2000
            (2002) Born Free
            (2002) Brushes the Clip
            (2003) Brushes the CD & the Clip
            (2004) Impression of a tour”/ Mahabharata Jazz and Wayang
            (2007) Aysha Luluk Purwanto

            1. Luar biasa nih Mas discography tentang Lulu Purwanto. Yang rekaman bersama suaminya itu belum satupun yang saya miliki. Jadi perlu berburu dulu nih…
              Terimakasih Mas atas sharingnya.
              Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑