Locafore Jazz Festival merupakan salah satu tema dari keseluruhan festival yang berlangsung di Bale Pare, Kota Baru Parahyangan. Festival yang digelar selama tiga hari ini, 19 – 21 September 2014, yang lengkapnya bernama Locafore Art, Design and Jazz Festival.

Festival seni ini mulai diadakan pada tahun 2010 yang saat itu diberi nama JazzCraftVaganza. Festival yang terdiri dari pameran seni rupa, kriya dan pertunjukkan musik jazz ini ternyata merupakan semacam ramuan yang memberi nuansa meriah sebuah pergelaran seni dan budaya. Adapun ide nama Locafore muncul untuk mendukung produk lokal berkualitas mengingat kata Locafore sendiri menunjukkan suatu gaya hidup baru yang ramah lingkungan dan budaya yang memanfaatkan produk lokal. Tahun ini merupakan tahun yang ke-lima festival ini diselenggarakan.
Sebagai pencinta musik jazz tentu saja festival ini sangat menarik bagi saya untuk dikunjungi. Saya tidak dapat menghadiri pergelaran musisi-musisi jazz dari hari pertama, karena saya hanya dapat hadir di hari ketiga festival ini berlangsung. Itupun tidak keseluruhan musisi jazz yang tampil pada hari ketiga dapat saya saksikan, hanya tiga musisi jazz saja, yang berlangsung dari jam 13.00 sampai jam 18.00.
Namun demikian festival jazz ini memberikan kesan yang demikian mendalam pada diri saya…
***
Banyak musisi jazz yang ditampilkan pada Locafore Jazz Festival selama tiga hari ini, tapi terus terang, nama Ermy Kullit seperti mempunyai daya magnet yang kuat menarik-narik diri saya untuk datang ke festival ini. Ermy Kullit sendiri dijadwalkan untuk tampil pada hari Minggu, 21 September, jam 15.00, pada salah satu panggung dari tiga panggung yang dipersiapkan pada festival ini, yaitu pada panggung Amphitheatre Stage.
Berbicara mengenai Ermy Kullit, mau tidak mau ingatan saya surut ke tahun 1983. Saya masih ingat pada tahun 1983, setelah saya lulus dari SMA, saya sedang antri menyerahkan formulir pendaftaran di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Dari ruang senat mahasiswa, mengalun musik jazz Indonesia dengan lembut. Proses antri penyerahan formulir yang panjang dan lama itu menjadi saat yang menyenangkan karena diiringi alunan musik jazz yang saya sukai.
Karena rasa penasaran akhirnya saya bertanya kepada salah seorang mahasiswa disana. Saya mendapat jawaban bahwa musik jazz yang sedang di stel itu adalah album rekaman Ermy Kullit. Saat itu nama Ermy Kullit adalah nama yang asing bagi saya.
Di Sukabumi saya mengnjungi beberapa toko kaset untuk membeli kaset Ermy Kullit ini. Saat itu Ermy Kullit belum begitu populer, sehingga mencari kasetnya memang agak susah, sebelum saya temukan juga di salah satu toko kaset yang lumayan lengkap.
Inilah kaset album Ermy Kullit pertama yang saya miliki. Album itu berjudul Ermy Kullit – Pub Music. Kaset tersebut saya beli pada 5 Agustus 1983, seharga Rp 1600,- saja, seperti yang saya tuliskan pada lembaran kaset bagian dalam.
Lagu yang paling menawan pada album pertama Ermy Kullit ini berjudul Pesona. Lagu yang diciptakan oleh Paul Irama ini demikian merdu dengan dibuka oleh solo keyboard yang panjang dan dikawal oleh nada-nada indah tiupan flute yang menari-nari di sepanjang lagu. Bagi saya pribadi, Pesona merupakan lagu Ermy Kullit yang terindah sepanjang masa.
Nama Ermy Kullit melejit pada tahun 1986, saat dikeluarkan album ketiganya yang berjudul Kasih. Pada album ini lagu Kasih tampil diurutan pertama. Lagu ini diciptakan oleh Richard Kyoto. Saya yakin lagu ini masih menempati hati pendengar musik Indonesia hingga saat ini.
Beberapa kaset Ermy Kullit masih tersimpan pada koleksi kaset saya hingga kini…
Ermy Kullit on Stage
Tepat jam 15.00, Ermy Kullit naik ke panggung. Penampilannya tetap menawan di usianya yang telah menginjak 59 tahun, merupakan pengobat rindu bagi para penggemarnya, termasuk saya.
Lagu pertama yang dibawakan merupakan lagu lawas jazz standard yang berjudul Mack the Knife. Vokal Ermy Kullit masih tetap prima, vokal yang khas, yang banyak dipersamakan dengan vokal penyanyi jazz Amerika sehingga kerap Ermy Kullit disebut sebagai Salena Jones Indonesia.
Lagu-lagu hits Ermy Kullit dibawakan satu persatu dengan apik dengan diselingi obrolan dengan penonton diantara jeda dari satu lagu ke lagu berikutnya. Lagu-lagu Ermy Kullit yang pernah berjaya di blantika musik tanah air mengalir dengan syahdu. Tercatat lagu-lagu seperti Tergoda, Pasrah, Masa Silam dan Siapa Sangka memenuhi ruangan pergelaran sore itu.
Sayang lagu terfavoritnya bagi saya, Pesona, hanya dibawakan sebagian saja dari medley beberapa lagunya. Kekecewaan saya ini terbayar saat Ermy Kullit membawakan lagu Kasih sebagai penutup penampilannya. Lagu Kasih ini dibawakan dengan mengajak menyanyi pada beberapa penonton yang berani bernyanyi bersahutan dengan Ermy Kullit.
Dan, potongan syair lagu Kasih yang tetap terngiang dalam ingatan,
Kasih dengarlah hatiku berkata,
Aku cinta kepada dirimu sayang,
Kasih percayalah kepada diriku,
Hidup matiku hanya untukmu…
Ah, romantisnya syair lagu Kasih itu…
Tjut Nyak Deviana on Stage
Terus terang saya belum mengenal jauh Tjut Nyak Deviana, atau nama lengkapnya Tjut Nyak Deviana Daudsjah, selama ini. Kepenasaran saya timbul setelah melihat namanya berada di daftar musisi jazz yang tampil di Locafore Jazz Festival. Kepenasaran yang membuat saya untuk searching informasi mengenai dirinya via internet.
Dari informasi yang berhasil saya dapatkan, saya benar-benar terkejut membaca prestasi wanita ini yang luar biasa di bidang musik, khususnya musik jazz.
Tjut Nyak Deviana yang berdarah campuran Aceh dan Minahasa ini lahir di Jakarta, 13 Februari 1958. Ia seorang musisi dan professor yang mengenyam pendidikan tinggi musik di Musikhochschule Freiburg, Jerman pada tahun 1977, jurusan piano klasik dan komposisi. Bahkan dari tari tahun 1990 sampai 1995 Deviana pernah menjabat sebagai rektor sebuah perguruan tinggi musik bernama Jazz & Rockschulen Freiburg, Jerman. Salah satu proyek terbesarnya adalah menyusun kurikulum pendidikan tinggi musik yang diakui oleh pemerintah Jerman.
Sekitar tahun 2000, Deviana kembali ke tanah air. Beliau kemudian mendirikan Institut Musik Daya Indonesia. Patut dicatat, pada tahun 2005 Deviana mendapat anugerah penghargaan Citra Kartini Indonesia dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan untuk kontribusinya dalam pendidikan musik Indonesia.
Demikian sekelumit tentang Tjut Nyak Deviana yang luar biasa ini.
Sekitar Jam 17.00, Deviana tampil di panggung. Penampilan Deviana kali ini menyertakan kelompok vokal bernama AAMOS. Inilah penampilan mereka di panggung…
Permainan piano Deviana yang indah dan apik, jazz standard yang mengalun dengan syahdu sangat pas dengan olah vokal yang dibawakan oleh AAMOS. Pergelaran ini sangat menarik terutama saat dibawakan beberapa lagu daerah yang telah diaransir dengan sentuhan jazz standard. Beberapa lagu jazz barat lawas dibawakan sampai akhir pergelarannya ini, termasuk lagu My Cherie Amour yang dipopulerkan oleh Stevie Wonder pada tahun 1969.
Inilah beberapa foto penampilan Tjut Nyak Deviana featuring AAMOS sore itu…
BLP on Stage
BLP singkatan dari Barry Likumahuwa Project, merupakan grup band yang dimotori oleh Barry Likumahuwa yang bermain pada electric bass. BLP populer dikalangan remaja masa kini, tak heran bila penampilannya siang itu dipadati oleh penonton yang kebanyakan berusia muda.
BLP tampil di panggung pada jam 13.00, sebelum penampilan Ermy Kullit. Musik BLP yang khas, merupakan campuran berbagai akar musik dengan jazz fusion sebagai intinya. Setidaknya itu pendapat saya saat menyaksikan aksi panggung mereka.
Saya kurang mengenal lagu-lagu BLP, tapi satu hal yang pasti mereka bermain musik dengan demikian kompak dan kepiawaian masing-masing personal memainkan alat musik yang menjadi pegangannya, patut diacungi jempol.
Penampilan grup band BLP yang energik dapat dilihat pada beberapa foto berikut…
Sudut-sudut Locafore
Locafore Art, Desing and Jazz Festival ini berlangsung di Bale Pare yang berlokasi di Kota Baru Parahyangan. Memasuki area Locafore, akan disambut oleh gerbang yang sudah dihias yang menunjukan lokasi dimana festival ini berlangsung. Melewati gerbang ini terdapat karya seni yang panjang yang bergambar artis-artis yang mengisi festival kali ini.
Terdapat area terbuka dengan meja-meja dan tempat-tempat duduk ditengahnya. Di sisi area ini berjajar kios-kios penjual berbagai jenis makanan dan minuman. Sambil menikmati makanan dan minuman di area ini, kita tak akan melewatkan pergelaran yang sedang berlangsung, ah bahkan penyuka kopi seperti saya ini menemukan juga kios kopi yang bagus disini.
Dan, kita dapat tetap menikmati pergelaran yang sedang berlangsung melalui layar lebar yang di pasang di area ini.
Pameran Lukisan yang Menawan
Saya sempat juga memasuki ruang pameran lukisan. Berbagai corak Lukisan-lukisan yang menawan ditampilkan di ruang ini. Keadaan di dalam ruang pameran lukisan berikut lukisan-lukisan yang dipamerkan disana saya tampilkan dalam beberapa foto dibawah ini.
Sungguh, asyik sekali saat berada di ruang pameran lukisan ini dan menikmati karya-karya seni yang dipamerkan disana.
***
Sungguh, berkunjung ke Locafore sangat mengesankan. Walau hanya sejenak menyaksikan tiga artis jazz yang ditampilkan dari keseluruhan Locafore Jazz Festival ini tetap saya bisa menangkap apresiasi yang baik dari masyarakat yang menonton pergelaran ini berlangsung. Seni, budaya dan musik, terkhusus musik jazz, telah menyatu dan menjadi icon bagi Kota Baru Parahyangan.
Festival ini tetap menjadi sarana hiburan yang murah bagi masyarakat luas, karena untuk memasuki festival ini sama sekali kita tidak dipungut bayaran.
Semoga tahun depan saya bisa kembali menghadiri dan menyaksikan keseluruhan artis jazz yang tampil pada pergelaran Locafore Jazz Festival…
Bekasi, 24 September 2014
Catatan
Posting ini telah di publish di VIVAlog-VIVAnews disini. Terima kasih.
Waaaa……asliii..ini reportase nonton jazz nya bikin iri, Kang.😕
(Kabita uey…hoyong nonton yg keren kyk gini)
Punten Kang…ini acara Locafore mmng sllu diadakan setiap tahun ya..
Ermy Kullit ratu jazz Indonesia yg mmng luar biasa sekali.
Beruntung banget Kang bisa lihat konser nya…
Salam
Mangga atuh Bunda, nanti kalau festival ini berlangsung kembali, hadiri walau hanya sejenak.
Festival ini berlangsung setiap tahun. Ini sudah kali ke-lima diadakannya.
Tentang Ermy Kullit, ah beliau tetap mempesona apalagi mengenangkan saya ke masa muda saya…
Salam,
walau tdk hadir di locafore, gw rasa trut mnikmati jg reportasenya broo; ingat ermy kulit jd ingat cidy kuliit ni bams? maaf sdikit ngawur bro”, maksud ane ingat kmar ente yg di Sukabumi yg dlu didpnnya tanam ikan, ttp klo mlm dengerin lagu jazzy dr ermy kulit + +derassnya suara air mengalir serasa nikmat aja bams, walau wkt itu gw krang sehat plang dr pantai ratu selatan. Ttp stlah ke alun2 mkn tauge goreng khas sukabumi + sdikit obat flu, plang kekamar itu sma Azwar kredit, Sugi, dll dgrin sus Ermy kulit nyanyi lwt kaset nikmat &jadi tidur nyenyak bams! Slam buat your parent H Suhanda & family, thaks beraat tulisannya, see you soon guy..?
Ah iya Cindy Kullit, yunior kita di kampus. Kemana dia sekerang ya?
Aih masih inget saja masa-masa indah saat kuliah dan sempat menginap di rumah.
Bapak dan Emak sehat-sehat, nanti salamnya sampaikan kepada beliau.
Salam,
Postingannya semakin nge-jazz aja nih 🙂 Semangaaat muda ya Kang?.
Saking saya suka saja dgn jazz, Kang. Dan ada beberapa lagi festival jazz sampai penghujung November tahun ini yang menantang juga untuk saya kunjungi.
Betul juga, semangat tetap muda, tapi ketika lihat Ermy Kullit tampil saya semakin menyadari ketuaan usia saya nih Kang…
Salam,
Ermy Kullit baru tau nih kang.
Suka pameran yg instalasi seninya, asyik buat foto-foto di sana teh. 😀
Begitu ya Kang? Wajar saja kali secara Ermy Kullit sudah kurang berkibar di belantika musik tanah air saat ini.
Kemarin sempat ke Locafore juga Kang? Saya terpikat juga sama pameran lukisan disana…
Salam,
Salam kenal dari Muara gembong bekasi…
Salam kenal juga dan terima kasih atas kunjungannya ke blog saya.
Pernah menyusuri Muara Gembong sampai ke mesjid alam Blacan. Sungguh mempesona…
Salam,