Margie Segers dan Rekaman Jazz Pertama di Indonesia

Bila waktu kita mundurkan ke pertengahan tahun 70-an, rasanya saat itu musik jazz sedang menggeliat di tanah air. Tak aneh bila saya sering mendengar lagu-lagu dalam irama jazz diputar di radio-radio swasta.

Salah satu lagu yang seingat saya sering saya dengar adalah lagu yang didendangkan oleh seorang dara dengan irama jazz yang manis.

Begini lirik pembuka lagu tersebut,

Kalau kau benar-benar sayang padaku,
Kalau kau benar-benar cinta,
Tak perlu kau katakan semua itu,
Cukup cinta daku…

Memang lagu berjudul “Semua Bisa Bilang” tersebut sebelumnya dinyanyikan oleh sang penciptanya, Charles Hutagalung, bersama grup bandnya The Mercy’s. Namun lagu tersebut dibawakan kembali dalam irama jazz dan melambungkan kepopuleran dara tersebut sebagai penyanyi jazz tanah air.

Sang dara pembawa lagu “Semua Bisa Bilang” tersebut adalah Margie Segers.

***

Mari berkenalan dengan Margie Segers

Margie Segers lahir di Cimahi, Jawa Barat, pada 16 Agustus 1950. Nama Margie Segers disematkan oleh pelawak ternama saat itu yaitu Mang Udel, mengingat nama asli Margie Segers adalah Margaretta Gerttruda Maria.

Margie Segers melewatkan masa kecilnya di Belanda sampai kembali ke tanah air pada usia 18 tahun. Memulai karir profesionalnya dengan sering tampil di Radio Singapore dan TVRI sejak tahun 1968 dan di berbagai klub, pub dan hotel bintang lima di tanah air.

Margie Segers pada dasarnya adalah penyanyi blues, dan sampai saat ini ia lebih suka disebut sebagai penyanyi blues ketimbang penyanyi jazz, demikian selalu ia ungkapkan pada berbagai kesempatan.

Namun tuntutan pada tahun 70-an dimana jazz sedang cukup populer di tanah air membawanya untuk mempelajari olah vokal jazz dan kemudian banyak menimba ilmu dari musisi jazz papan atas saat itu seperti Bubi Chen, Jack Lesmana dan Ireng Maulana dan banyak menyimak rekaman penyanyi jazz antara lain Ella Fitzgerald, Sherley Bassey dan Sarah Vaughan. Margie Segers kemudian menjelma menjadi seorang penyanyi jazz.

Puluhan album telah Margie Segers rilis sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 2009. Namun pada koleksi saya hanya tersimpan dua album fisik, album Terpikat yang dirilis pada tahun 1975 merupakan album keduanya setelah album Semua Bisa Bilang dan album The Lady of Jazz, yang dirilis pada tahun 2005.

Terpikat (1975) dan The Lady of Jazz (2005)
Terpikat (1975) dan The Lady of Jazz (2005) | Dok. pribadi

Dari sekian banyak lagu yang Margie Segers bawakan pada album-albumnya tersebut, tak ada satu lagupun yang melebihi kepopuleran lagu “Semua Bisa Bilang”. Lagu tersebut benar-benar melekat kepada diri Margie Segers.

Mari lanjutkan perkenalan melalui beberapa album Margie Segers berikut.

Semua Bisa Bilang (1975)

Pada album Semua Bisa Bilang disajikan 10 lagu dengan 8 lagu disajikan dengan vokal Margie Segers dan 7 lagu lainnya dalam bentuk instrumental. Lagu “Semua Bisa Bilang” ditampilkan pada track pertama, sedangkan aransemen musik digarap oleh musisi jazz top saat itu Jack Lesmana.

Lewat album ini nama Margie Segers mulai dikenal di kancah belantika musik tanah air sebagai penyanyi jazz. Disamping itu, album ini menempati tempat yang khusus dalam dunia rekaman musik jazz di tanah air mengingat bahwa album ini merupakan rekaman album jazz yang pertama di Indonesia.

Jack Lesmana menulis catatan pada sampul album tertanggal 7 November 1975, “Saya berterima kasih kepada Hidajat & Co terutama kepada temanku Bill Firmansjah yang telah memungkinkan beredarnya rekaman kaset jazz yang pertama di Indonesia ini.

Margie Segers - Semua Bisa Bilang (1975)
Margie Segers – Semua Bisa Bilang (1975) | Sumber: kasetlalu.com

Jack Lesmana, “…rekaman kaset jazz yang pertama di Indonesia.

Lagu “Semua Bisa Bilang” juga ditampilkan Margie Segers pada album lainnya, yaitu pada album Jazz Vocal Indonesia Volume 1 yang dirilis pada tahun 1980. Pada album ini, lagu “Semua Bisa Bilang” disajikan dengan sentuhan jazz yang berbeda karena aransemen musik pada album ini ditangani oleh musisi jazz Ireng Maulana.

Terpikat (1975)

Terpikat merupakan album kedua Margie Segers dengan format tidak jauh berbeda dengan album pertama yaitu lagu-lagu disajikan dalam bentuk vokal dan instrumental.

Ada 12 track pada Terpikat dengan menampilkan lagu-lagu ciptaan musisi terkenal saat itu antara lain Mochtar Embut, pada lagu “Biduk Kasih”, Ismail Marzuki, “Kasih Putus ditengah Jalan” dan A. Riyanto “Layu Sebelum Berkembang”. Sedangkan lagu “Terpikat”, ciptaan penyanyi Broery Pesulima yang notabene merupakan judul album ini, ditempatkan pada track nomor 5.

Bubi Chen, penata musik pada album Terpikat, memberikan catatan khusus kepada Margie Segers, seperti tertulis pada sampul album, “Disamping menampilkan lagu-lagu secara intrumental, dalam kaset ini kami mengiringi suara Margie Segers. Saya yakin dengan latihan yang tekun nona manis ini akan dapat menjadi penyanyi jazz yang baik.

Margie Segers - Terpikat (1975)
Margie Segers – Terpikat (1975) | Dok. pribadi

Bubi Chen, “…dengan latihan yang tekun nona manis ini akan menjadi penyanyi jazz yang baik.

Dalam penggarapan album ini, Bubi Chen melibatkan musisi lain – yang disebutnya sebagai ‘kawan-kawan lama’ – yaitu Jack Lesmana dan Benny Mustafa.

Bubi Chen bersama ‘kawan-kawan lama’ yang merupakan musisi jazz papan atas saat itu pernah membentuk grup jazz The Indonesian All Stars. Mereka tampil di Berlin Jazz Festival 1967, dan merekam komposisi-komposisi yang mereka sajikan pada festival jazz tersebut kedalam album yang diberi judul Djanger Bali.

The Indonesian All Stars - Djanger Bali (1967)
The Indonesian All Stars – Djanger Bali (1967) | Dok. pribadi

Personel lengkap The Indonesian All Stars yaitu Bubi Chen (piano, kecapi), Jack Lesmana (gitar), Benny Mustafa (drums), Marjono (tenor sax, flute) dan Yopi Chen (bass) dan menampilkan bintang tamu, seorang musisi jazz Amerika, pemain klarinet, Tonny Scott.

Tulisan lengkap mengenai perjalanan The Indonesian All Stars, penampilannya di Berlin Jazz Festival dan album Djanger Bali telah saya sampaikan pada tulisan Djanger Bali: Tonggak Sejarah Musik Jazz Indonesia.

The Lady of Jazz (2005)

Album The Lady of Jazz menampilkan 10 lagu yang populer di era 80-an yang dikemas dan dibawakan kembali oleh Margie Segers. Musik digarap oleh musisi jazz Ireng Maulana (gitar) dengan melibatkan musisi utama lainnya seperti Idang Rasjidi (piano), Mus Mujiono (gitar) dan Didiek SSS (sax).

Ki-ka: Ireng Maulana, Idang Rasjidi, Margie Segers, Mus Mujiono, Didiek SSS – The Lady of Jazz (2005)
Ki-ka: Ireng Maulana, Idang Rasjidi, Margie Segers, Mus Mujiono, Didiek SSS – The Lady of Jazz (2005) | Dok. pribadi
Margie Segers - The Lady of Jazz (2005)
Margie Segers – The Lady of Jazz (2005) | Dok. pribadi

Pada liner notes Ireng Maulana menyebut Margie Segers sebagai the First Lady of Jazz, selengkapnya, “Known in the bussiness as the First Lady of Jazz, Margie Segers is a true and very consistent jazz vocalist; jazz is her life.

Liner Notes - The Lady of Jazz (2005)
Liner Notes – The Lady of Jazz (2005) | Dok. pribadi

Ireng Maulana, “…as the First Lady of Jazz, Margie Segers is a true and very consistent jazz vocalist; jazz is her life.

Jazz yang disajikan pada album ini jazz yang tidak njlimet, katakanlah semacam smooth jazz, yang ringan dan nyaman mengalir di telinga. Walau lagu-lagu yang disampaikan pada album ini akrab di telinga saya, sebut saja “Give Me The Night” yang dipopulerkan oleh George Benson dan “Antonio’s Song”  populer dibawakan oleh Michael Franks, namun bagi saya terasa ada yang mengganjal, salah satunya karena tidak disertakannya lagu karya musisi tanah air pada album ini.

Pada dua festival jazz, Pemalang Jazz Festival 2015 dan Locafore Jazz Festival 2016, saya sempat menyaksikan penampilan langsung Margie Segers di panggung.

Yang paling mengesankan saat menyimak penampilan Margie Segers di Locafore Jazz Festival, karena penampilannya dalam format akustik dan minimalis dengan hanya diiringi oleh gitar, bass dan trompet.

Margie Segers di Locafore Jazz Festival 2016
Margie Segers di Locafore Jazz Festival 2016 | Dok. pribadi

Saya menemukan video penampilan Margie Segers membawakan lagu berjudul “Lincah” diiringi oleh The Indonesian All Stars formasi baru – karena hanya Benny Mustafa (drums) yang merupakan formasi awal yang tampil di Berlin Jazz Festival tahun 1967 – mereka terdiri dari Benny Likumahuwa (trombone), Oele Pattiselanno (gitar), Jeffrey Tahalele (bass) dan Fanny Kuncoro (piano).

Satu kesempatan yang langka saat saya dapat menyimak langsung bagaimana The Indonesian All Stars ini memainkan jazz dengan kompak, memukau dan mengalir pada penampilannya di Tangsel Jazz Festival 2017.

Mari simak bagaimana jazz dengan irama swing disajikan dengan indah oleh The Indonesian All Stars mengiring vokal Margie Segers yang tetap prima.

Salut dengan para maestro jazz ini yang tetap memainkan jazz dengan energik dan menyajikannya dengan apik mengingat usia mereka yang sudah tidak muda lagi.

***

Sebagai vokalis, Margie Segers telah menukilkan sejarah dalam dunia rekaman jazz di tanah air dengan melahirkan album Semua Bisa Bilang (1975) sebagai album rekaman jazz pertama di Indonesia. Tak salah bila maestro jazz Ireng Maulana menyebutnya sebagai the First Lady of Jazz.

Bila album Semua Bisa Bilang (1975) menduduki tempat sebagai album jazz vokal pertama yang direkam dalam bentuk kaset, maka terdapat 2 album jazz pertama lainnya di tanah air, yaitu:

  • Album Sarinande (1956) dari band jazz The Progressief, dengan Nick Mamahit (piano) sebagai leader. Album jazz instrumental ini dikemas dalam bentuk piringan hitam dan dirilis oleh label rekaman pertama di Indonesia, Irama Records.
  • Album Djanger Bali (1967) dari The Indonesian All Stars merupakan album jazz pertama karya musisi jazz Indonesia yang direkam di luar negeri, tepatnya sesaat mereka tampil di Berlin Jazz Festival.

Demikian sekelumit tentang penyanyi jazz Margie Segers dan album-album jazz pertama karya musisi jazz tanah air.

Sebagai penutup, tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Jazz Internasional yang jatuh pada setiap tanggal 30 April.

Sukabumi, 30 April 2020

Catatan:

  • Perusahaan rekaman Irama Records didirikan pada tahun 1954 oleh pensiunan Angkatan Udara yang pencinta musik, Soejoso Karsono, atau biasa dipanggil sebagai Oom Yos. Irama Records merupakan label rekaman pertama di Indonesia dengan album pertama yang dirilisnya berupa album jazz instrumental berjudul Sarinande (1956) karya pianis jazz Nick Mamahit yang direkam dalam bentuk piringan hitam. Oom Yos juga membiayai The Indonesian All Stars untuk berangkat ke Berlin Jazz Festival 1967. Sumber: Historia.id, The Singing Commodore, pada tautan ini.
  • Margie Segers, Wikipedia, pada tautan ini.

34 respons untuk ‘Margie Segers dan Rekaman Jazz Pertama di Indonesia

Add yours

  1. Saya sering dengar lagu Semua Bisa Bilang, especially di acara-acara pernikahan yang mana biasanya lagu tersebut dinyanyikan oleh orang tua seperti om-om dan tante saya, tapi jujur saya nggak tau siapa penyanyi aslinya dan baru tau sekarang saat membaca post mas Asa 😆

    Terus karena penasaran, sekarang saat menulis komentar ini, saya buka Youtube untuk mendengar lagu Semua Bisa Bilang versi Jazz-nya Margie Segers hihi. Bagus juga meski agak berbeda sama versi aslinya yang sering saya dengar dinyanyikan oleh The Mercy’s 😁

    Terima kasih mas Asa, sudah mengajak saya flashback 😍

    1. Jadi tambah lagi ilmu pengetahuan saya, dan jadi tau nama The Mercy’s dan Margie Segers 🤣 karena dulu, saya taunya cuma lagu ini dinyanyikan para pria ~ sering diputar jaman saya kecil 😁

      1. The Mercy’s sangat populer pada masanya. Saat itu ada Koes Plus, Panbers, D’lloyd juga Bimbo. Kehadiran Margie Segers memberi warna baru karena dia bernyanyi gaya jazz, sedangkan yang lain pop yang rata-rata berkiblat ke the beatless.

        Memang “Semua Bisa Bilang” sering dinyanyikan pada acara-acara pernikahan sampai saat ini.

        Nah, selamat menelusuri lagu-lagu Margie Segers dan the Mercy’s, Mbak.

        Salam,

    1. Nah, jadi lewat tulisan ini saya perkenalkan dengan penyanyi yang mempopulerkan lagu ini dan penciptanya.

      Terima kasih telah membaca artikel ini.

      Salam,

  2. Bisa dibilang lagu Semua Bisa Bilang termasuk lagu Indonesia legendaris …
    Saat aku SMA lagu lawas ini masih sering diputar di radio.

    Info menarik, mas.

    1. Sepakat kalau lagu Semua Bisa Bilang termasuk lagu legendaris. Walau saat ini sudah jarang terdengar di radio-radio, tapi di acara-acara pernikahan yang menyajikan live music masih sering lagu ini dibawakan.

      Salam,

  3. Saya baru tahu soal lagu semua bisa bilang dari Margie Segers, mungkin karena beda musik yang disukai kali, tapi memang dibandingkan Margie, Ireng Maulana lebih aku dengar namanya, tapi ngga tahu lagunya apa saja sih.

    1. Benar Mas boleh jadi karena selera musik yang berbeda sehingga Masbaru tahu tentang lagu Semua Bisa Bilang ini.

      Tentang Ireng Maulana, beliau musisi jazz yang banyak mengorbitkan penyanyi jazz tanah air diantaranya Ermy Kullit dan beliau juga sebagai penggagas Jakarta International Jazz Festival.

      Salam,

      1. Betul sekali pak, kalo saya lebih suka lagu dangdut atau mungkin orkes Melayu dari penyanyi seperti Ida Laila atau S. Akhmadi.

        Tapi biarpun begitu penting juga mengetahui genre musik lain seperti Jazz untuk menambah wawasan.😊

  4. Semua Bisa Bilang,,, yang kutahu malah hanya yang dinyanyikan Charles Hutagalung. Dan jujur baru dari tulisan ini tahu tentang Margie Segers. Mungkin karena beda zaman. Tapi kalau Charles,
    walaupun beda zaman, mungkin karena kebetulan berasal dari Sumatera jadi tetap familiar di kalangan kami.

    1. Ternyata Mbak malah lebih mengenal Semua Bisa Bilang yang dibawakan oleh sang penciptanya, Charles Hutagalung ya Mbak? Tapi benar lagu ini berjasa membawa Margie Segers menempati tempat yang khusus pada belantika musik tanah air.

      Pasti Mbak mengenal juga Rinto Harahap, pendiri The Mercy’s, lewat karya-karyanya dan juga pengorbit penyanyi-penyanyi baru pada era 80-an.

      Salam,

      1. Benar Pak, lagu-lagu Rinto Harahap tahu dan sering dengar juga. Walaupun lagu baru bermunculan tapi tembang nostalgia dari mereka tetap abadi. Demikian juga kalau ada pesta, lagu2 mereka pasti lebih sering dinyanyikan daripada lagu baru. Zaman kami mulai remaja, putri Rinto Harahap pun mulai muncul menyanyikan lagu ayahnya ( Cindy Claudia Harahap). Tapi sepertinya tetap lebih tenar ayahnya.

        1. Saya jadi terkenang karya Rinto Harahap dan penyanyi-penyanyi yang diorbitkannya nih Mbak. Sebut saja Iis Sugianto, Christine Panjaitan, Betharia Sonata… ah siapa lagi ya. Zaman saya SMA, penyayi-penyanyi tersebut sangat populer.

          Salam.

          1. Saya kurang tahu sih Pak siapa² yang diorbitkan beliau. Tapi waktu saya kecil, saya ingat bapak kami mengoleksi kaset Dian Pisesha, Ria angelina, Helen Sparingga dan beberapa lagi yang mirip begitu. Cuma aku sudah lupa siapa saja.

  5. Wah, Kang Asa ini rupanya seniman beneran ya? Banyak sekali hal-hal baru di dunia musik yang saya tau dari Akang. Aku kagumnya tuh, koq hari gini koleksi kaset pitanya masih bagus Kang? Kayaknya kalau dilelang mahal tuh? Haha…

    Salam…

    1. Duh Mas, saya bukan seniman hanya pencinta musik biasa saja, yang kebetulan juga suka mengoleksi rekaman-rekaman musik.

      Mengenai kaset, secara fisik masih bagus Mas. Cuma entahlah dalam hal kualitas suara, karena kaset-kaset itu tidak lagi pernah diputar, hanya disimpan saja sebagai koleksi. Solanya saat ini saya sudah tidak punya pemutar kaset.

      Salam,

  6. Walau telat, Selamat Hari Jazz Internasional pada penggemar musik jazz.
    Lagu Margie Segers yang Semua Bisa Bilang gaungnya masih terdengar di radio-radio saat saya SMA, Kang.

    1. Hari Jazz Internasional biasanya ada pergelaran jazz di Jakarta, Mbak. Cuma dengan kondisi saat ini, jadi tidak ada nih. Sedih deh saya…

      Kini lagu Semua Bisa Bilang-nya Margie Segers sudah jarang sekali saya dengar di radio ya Mbak.

      Salam,

  7. Selamat hari jazz juga ya Pak Asa, telat beberapa hari saya ngucapinnya hehe

    Saya jadi nambah wawasan seputar jazz era-era Bapak Ibu saya masih muda dulu
    Bapak saya kelahiran 58, ibuk saya 64
    Dan yak, lagu semua bisa bilang ini paling ga asing di telinga
    Mendayu2, ringan, tidak begitu njlimet, paling enak didengarkan sambil santai-santai atau bercanda ria bareng pasangan ya, sesuai liriknya

    Btw, nama Margie Segers ternyata lengkapnya cantik sekali ya Pak, Margaretta Gerttruda Maria, ^_^

    Salam

    (gembulnita blogspot dot com)

    1. Iya Mbak selamat hari jazz internasional juga. Walau tahun ini minus pergelaran jazz karena kondisi pandemi, saya tetap berharap semoga tahun depan kembali meriah.

      Ternyata Mbak cukup mengenal lagu Semua Bisa Bilang ini rupanya… Dan ah ternyata tahun kelahiran ibu-nya Mbak sama dengan tahun kelahiran saya nih Mbak…

      Titip salam kepada Bapak dan Ibu ya Mbak. Mereka sezaman dengan saya.

      Salam,

  8. Enak juga ternyata suaranya Margie Segers, Pak. Nuansa blues-nya masih ada tapi jazz-nya sekarang lebih dominan kayaknya. Tapi, musisi jazz yang akar blues-nya kental biasanya lebih khas musiknya, Pak. Dulu sempat dengar satu-dua lagu Margie Segers tapi cuma lewat aja. Karena belum sempat baca-baca soal latar belakangnya, lama-lama terlupakan.

    Di antara nama-nama di atas (di antara yang masih hidup kala itu), baru beberapa yang pernah saya tonton penampilan langsungnya: Benny Likumahua, Oele Pattiselanno, Idang Rasjidi.

    Terima kasih sudah sekali lagi berbagi pengetahuan baru soal jazz Indonesia, Pak Asa. 🙂

    1. Saya pikir juga demikian Mas tentang vokal Margie Segers ini. Akar bluesnya kuat juga dan memberi warna pada lagu-lagu jazz yang ia bawakan.

      Wah ternyata Mas sudah pernah menyaksikan langsung penampilan Benny Likumahuwa, Oele Pattiselanno dan Idang Rasjidi. Benar-benar saya kangen menyaksikan mereka lagi di panggung dan menyimak pentas-pentas jazz. Biasanya bulan Ramadhan ada Ramadhan Jazz Festival yang digelar selama 2 malam, seusai shalat tarawih, di halaman Masjid Cut Meutia Jakarta. Kini terpaksa di cancel karena pandemi.

      Terima kasih kembali Mas.

      Salam,

      1. Iya, Pak. Covid-19 ini bikin semua pertunjukan dan konser live batal. Dan bahaya juga buat para musisi jazz legendaris yang rata-rata sudah lumayan berumur itu. Tapi kayaknya banyak juga musisi yang bikin konser virtual kayak Mocca itu. Jangan-jangan ada musisi jazz Indonesia yang bikin konser di YouTube. 🙂

  9. Bener ya, setiap kali berkunjung ke sini, saya jadi nambah ilmu tentang musik jazz dan musik dari jaman lalu.

    Saya paling sering dengar mama saya bersenandung lagu semua bisa bilang ini loh Pak, tapi saya baru tahu penyanyinya sekarang hahaha.

    Etapi Pak, memang kalau didengar-dengar lebih ke blues ya, agak beda dengan jazz 🙂

    Btw selamat hari Jazz international ya Pak, senang banget pastinya, sebagai pecinta musik jazz, dan saya jarang menemukan ada blogger yang ebnar-benar mencintai musik jazz dan mendedikasikan banyak tulisannya tentang musik jazz dari masa lampau 🙂

    1. Terima kasih Mbak bila tulisan apa adanya ini memberi sedikit pengetahuan akan musik jazz ataupun musik jadul di tanah air.

      Orang-orang tua seangkatan saya pasti akrab dengan lagu Semua Bisa Bilang ini Mbak. Karena mama-nya Mbak sering menyenandungkan lagu ini, sepertinya saya seangkatan dengan beliau.

      Selamat hari jazz internasional juga Mbak. Terima kasih telah berkunjung kembali dan berkomentar disini.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑