Ritual Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng

Dataran Tinggi Dieng yang menyimpan kecantikan alam disertai dengan udaranya yang demikian sejuk dan bahkan sangat dingin, juga menyimpan tradisi budaya yang masih dipegang secara turun-temurun hingga saat ini. Salah satu tradisi budaya tersebut adalah ritual pemotongan rambut gimbal.

ID Card DCF6Ritual pemotongan rambut gimbal kini menjadi puncak acara dalam festival budaya yang diselenggarakan di Dieng, atau yang dikenal dengan sebutan Dieng Culture Festival. Tahun lalu saya menghadiri festival budaya ini, namun baru pada festival tahun ini, bertepatan dengan Dieng Culture Festival ke-6 yang berlangsung pada tanggal 31 Juli – 2 Agustus 2015, saya baru dapat menyaksikan prosesi pemotongan rambut gimbal ini dari dekat.

Menyaksikan detik demi detik prosesi pemotongan rambut gimbal, terbersit rasa kagum yang luar biasa. Betapa tradisi budaya ini masih demikian kuat dipegang oleh masyarakat Dieng dan, melalui pengelolaan yang baik oleh masyarakat disana, ternyata ritual ini demikian menarik untuk digelar dan disaksikan oleh masyarakat luas, tidak hanya masyarakat Dieng, yang menghadiri prosesi tersebut.

***

Fenomena anak berambut gimbal ini terjadi di sejumlah desa di Dataran Tinggi Dieng. Beberapa anak Dieng memiliki rambut gimbal yang asli dan alami. Anak berambut gimbal ini awalnya terserang demam dengan suhu tubuh yang tinggi disertai dengan mengigau pada saat tidur. Ketika gejala tersebut hilang dan kembali normal rambut anak tersebut sebagiannya berubah menjadi gimbal.

Anak dengan rambut gimbal, atau menurut istilah Dieng, anak dengan rambut gembel atau anak bajang, oleh masyarakat Dieng diyakini sebagai anak titisan leluhur warga suku Dieng yaitu Eyang Agung Kaladate dan Nini Ronce. Karena dianggap titisan leluhur maka pemotongan rambut gimbalnya tidak dapat dilakukan dengan sembarangan namun harus melalui acara ritual yang khusus. Jika pemotongan rambutnya tidak melalui ritual yang khusus itu maka si anak akan jatuh sakit dan dipercaya akan mendatangkan bencana bagi keluarga.

Pemotongan rambut gimbal hanya dapat dilakukan bila sudah ada permintaan dari anak itu sendiri dengan berbagai permintaan anak yang harus dipenuhi. Apapun permintaan anak yang akan di ruwat itu harus dipenuhi oleh orang tua/wali dan diberikan pada anak saat ritual pemotongan rambut gimbal tersebut berlangsung.

Ada enam prosesi yang merupakan rangkaian ritual pemotongan rambut gimbal ini, yaitu:

  • Napak Tilas, yaitu prosesi dengan mendatangi tujuh mata air yang berada di kawasan Dieng yang masih dianggap sakral, diantaranya adalah Tuk Bima Lukar, Tuk Sendang Buana, Tuk Kuncen, Tuk Gua Sumur, Tuk Pepek dan Tuk Pitu.
  • Kirab, yaitu prosesi arak-arakan anak berambut gimbal yang bermula dari rumah pemangku adat menuju area pencukuran dengan diiringi dengan pergelaran kesenian dan diiringi pula dengan para pembawa permintaan-permintaan anak berambut gimbal.
  • Jamasan, yaitu prosesi pemandian atau persucian yang merupakan tahap awal sebelum prosesi pemotongan rambut gimbal dimulai. Anak berambut gimbal dimandikan oleh air jamasan yang berasal dari sendang sedayu dan ketujuh mata air ditambah dengan kembang tujuh rupa (sapta warna). Prosesi Jamasan ini dilangsungkan di area Darmasala. Setelah prosesi Jamasan selesai, anak berambut gimbal ini kemudian di arak ke area pemotongan rambut di area Candi Arjuna.
  • Pemotongan Rambut Gimbal, prosesi pemotongan rambut gimbal yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat dengan didampingi oleh para pemangku adat.
  • Ngalap Berkah, prosesi yang dipercaya dapat mendatangkan berkah bagi yang mengikutinya ini dilakukan setelah prosesi pemotongan rambut gimbal selesai dilakukan. Prosesi yang berbentuk selamatan ini dilakukan dengan memperebutkan tumpeng dan makanan selamatan yang dipimpin oleh pemangku adat dan tokoh masyarakat.
  • Pelarungan, yaitu prosesi melarungkan rambut-rambut gimbal yang telah dipotong dan diberkahi doa tersebut ke Sungai Serayu yang akan bermuara ke Laut Selatan atau ke telaga.

Dari keenam prosesi tersebut, saya hanya dapat menyaksikan dari dekat dua prosesi saja yaitu prosesi Jamasan dan prosesi Pemotongan Rambut Gimbal.

Prosesi Jamasan

Sekitar jam 09.00 saya sudah berada di area Darmasala. Di area inilah prosesi Jamasan akan dilangsungkan. Siang itu matahari demikian kuat bersinar. Saya dan pengunjung lainnya duduk di lapangan yang cukup luas menghadap ke bangunan Darmasala yang sudah ditata dengan baik untuk pelaksanaan prosesi Jamasan.

Suasana di area Darmasala

Tak lama kemudian, arak-arakan memasuki area Darmasala. Anak-anak berambut gimbal kemudian ditempatkan di kursi yang sudah dipersiapkan. Rupanya ada 10 anak berambut gimbal yang akan dipotong rambut gimbalnya. Anak-anak ini dikenakan pakaian adat berwarna putih dengan ikat kepala berwana putih pula. Dari belakang, anak-anak ini dipayungi oleh payung-payung yang berwarna kuning keemasan.

10 anak rambut gimbal

Satu demi satu anak-anak itu secara bergiliran diperciki air jamasan oleh beberapa orang pemangku adat. Prosesi yang menarik ini berlangsung dengan singkat, sebelum anak-anak tersebut kemudian di arak menuju area Candi Arjuna dimana prosesi pemotongan rambut gimbal akan dilangsungkan.

Prosesi Jamasan_1

Prosesi Pemotongan Rambut Gimbal

Bergegas saya dan pengunjung lainnya berdesakan menuju area Candi Arjuna yang tak jauh letaknya dari area Darmasala. Seperti halnya di area Darmasala, di area Candi Arjuna pengunjung dipersilakan duduk di lapangan rumput menghadap candi dimana akan dilangsungkan prosesi pemotongan rambut gimbal.

Suasana di area Candi Arjuna jelang prosesi pemotongan rambut gimbal

Di halaman candi telah dipersiapkan semacam panggung dengan dilapisi semacam kain berwarna hitam. Ditengahnya telah dipersiapkan semacam altar yang berbentuk undak-undak yang juga dilapisi kain berwarna hitam. Ditengah undakan itu dilapisi kain berwarna putih. Beberapa pemangku adat telah berdiri disekitar undakan ini. Mereka sudah siap dengan prosesi yang sesaat lagi akan segera dilaksanakan.

Pemangku adat sudah siap

Ketika pemotongan rambut gimbal dimulai, satu demi satu anak akan dipanggil untuk segera menuju panggung. Anak-anak ini dengan dipangku oleh orang tuanya dibawa menuju undakan dan mendudukkannya di undakan paling atas. Kemudian dipanggil nama tokoh masyarakat yang akan memotong rambut gimbal anak tersbut untuk menaiki panggung.

Sesaat kemudian, dilakukanlah pemotongan rambut gimbal oleh tokoh masyarakat tersebut dengan dibantu oleh para pemangku adat yang sudah bersiap disana.

Usai pemotongan rambut gimbal tersebut dilaksanakan, anak tersebut akan dipangku kembali oleh orang tuanya. Kepada anak tersebut langsung diberikan apa yang anak tersebut minta sesuai dengan permintaannya pada saat akan dipotong rambut gimbalnya.

Ketika pemotongan rambut gimbal dilaksanakan

Prosesi pemotongan rambut ini berulang sampai kesepuluh anak berambut gimbal itu tuntas dipotong rambutnya.

***

Demikianlah salah satu tradisi budaya yang saya saksikan dari dekat yang pelaksanaannya berlangsung dengan khidmat.

Pemotongan rambut gimbal hanyalah salah satu tradisi budaya yang masih hidup pada masyarakat kita, khususnya masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Berbagai tradisi budaya tersebar di tanah air kita yang kaya ini. Menjaga, melestarikan dan mewariskan budaya warisan nenek moyang agar tetap hidup pada generasi sekarang dan generasi mendatang sungguh merupakan semacam kewajiban yang diemban oleh setiap generasi.

Dieng Culture Festival hanyalah satu dari berbagai festival budaya yang kini banyak diselenggarakan di tanah air yang menurut saya adalah merupakan perwujudan dari semangat menjaga, melestarikan dan mewariskan budaya lokal agar tetap hidup dan bermakna dalam jiwa masyarakat.

Sukabumi, 15 Agustus 2015

Galery Fotoklik foto untuk memperbesar tampilan.

Iklan

39 respons untuk ‘Ritual Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng

Add yours

    1. Betul, tahapannya rupanya sebanyak itu Mbak..
      Anak terakhir di foto diatas? Gimbal kan gak seluruh bagian rambut Mbak, mungkin yg gimbalnya ada dibagian kepala yang sebelahnya. Tapi perhatikan potongan rambut yang dipegang oleh pemangku adat yang wajahnya menghadap kamera…

      Salam,

  1. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Titik Asa…

    Ternyata adat leluhur dipertahankan sehingga sekarang ya. Generasi sekarang jadi bisa meliatnya kembali. Begitu adatnya dipegang sehingga bersabar dengan tahap prosesi yang nampak banyak untuk dilaksanakan, ya. Bisa jadi acara wisata kepada masyarakat Dieng tersebut.

    Silakan sudi mengambil AWARD BERGAYA SENIDIRI sempena Ulang Tahun Ke-5 Kelahiran Blog LMGS G2 di maya pada. Semoga silaturahmi ini diberi kebaikan. Aamiin.

    https://webctfatimah.wordpress.com/2015/08/15/ct346-launching-banner-baru-lmgs-g2-ulang-tahun-ke-5-bergaya-sendiri/

    Salam sejahtera dan sukses dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    1. Wa’alaikum salam wr. wb. Apa kabar Mbak Faimah?

      Btul Mbak, adat leluhur masih dipegang kuat, dan kini diupacarakan dalam bentuk festival budaya yang memang menjadi salah satu agenda pariwisata di provinsi Jawa Tengah.

      Selamat ulang tahun blog-nya yang ke-5, Mbak. Semoga tetap share pengalaman-pengalaman Mbak melalui media blog sebagai media silaturahmi kita di alam maya. Terima kasih juga award-nya.

      Salam persahabatan selalu dari saya di Sukabumi,

    1. Kalau berdasar pengalaman saya dibanding tahun lalu, DCF kali ini tidak sebanyak tahun lalu pengunjungnya. Ngobrol selintas dengan warga disana rupanya festival tidak hanya dipusatkan di satu titik, ada juga acara-acara yang diselenggarakan di lokasi lainnya.

      Salam,

  2. Waaaah akhirnya muncul juga dan bisa bacain prosesi potong rambut gimbal ini hehehe. Keren ya, unik banget…

    Btw, kalau bukan tamu VIP, boleh nggak sih ke Candi Arjunanya pas acara pemotongan rambut om?

    1. Memang, unik juga ritual pemotongan rambut gimbal ini Mas. Sungguh berkesan kalau melihat detail prosesinya yang banyak tahapannya.

      Sepertinya kalau tidak punya id card VIP itu tidak bisa menyaksikan prosesi pemotongan rambut gimbal ini dari dekat Mas.

      Salam,

  3. Saya dari kemarin ingin ke sini, namun masih belum punya kesempatan pak. Ingin melihat dan merasakan pesona Dieng. Hem, semoga kebudayaan seperti itu, terus terjaga ya pak. Dan semoga saya juga bisa konsisten menjadi pejuang kebudayaan-pariwisata Indonesia.
    Salam perjuangan pak 🙂

    1. Pesona alam Dieng sangat menawan, Mas. Telah dua kali saya berkunjung dan tak membosankan.
      Semoga konsisten menjadi pejuang pariwisata Indonesia.

      Salam,

        1. Oh itu id card, Mas. Dibeli di jauh-jauh hari sebelum festival berlangsung. Dg id card itu, memasuki lokasi-lokasi wisata yg ada di Dieng tidak perlu bayar lagi dan juga mendapat kesempatan untuk menyaksikan ritual pemoongan rambut gimbal dari dekat.

          Salam,

            1. Betul Mas, bayar. Id card vip ini kalau gak salah Rp 200 ribu. Saya tidak mengurus sendiri pembelian id card ini tapi oleh biro wisata yang saya ikuti tour-nya ini.

              Salam,

                1. Mungkin saja bisa gratis untuk blogger atau wartawan yg akan meliput acara budaya ini Mas. Mungkin bisa dikontak langsung ke panitia penyelenggaranya.
                  Saya pribadi datang kesana sbg wisatawan lokal saja, Mas.

                  Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: