Begitu cepat waktu berlalu,
meninggalkan butiran rindu.
Terkapar di senja waktu,
kala tubuh bersemu biru..
Rindu.
Masa lalu.
Kini yang tersisa di kalbu ,
hanya seuntai sendu,
juga seuntai kelabu.
Duhai sang Waktu,
bersalahkah diriku?
Maka,
kulukis rindu,
kala langit tak lagi berwarna biru.
Hingga,
jatuhlah butiran hujan,
bak butir air mata.
air mata lara…
Bekasi, 20 Maret 2011,
Supermoon 02.00 dini hari
Posted with WordPress for BlackBerry.
Ass. Siapa yang bisa mengendalikan perasaan? Seringkali kerinduan datang pada waktu yang salah. Berdosakah manusia kala rasa rindu datag tanpa mampu dibendung? Hanya Allah yang mampu menilai. Masihkah manusia ditolerir untuk tetap merasaka kerinduan itu. Bravo Bro
>>Wa’alaikum salam,
Sis benar dengan apa yg Sis katakan, hanya Allah yang mampu menilai. Penilaian kita terbatas dalam alam fisik, alam metafisik tentu hanya Dia yang ber-otoritas.
Tetap merindu, merindu akan hari esok yg lebih baik dalam segala hal baik.
Salam,
Puisinya bagus, tapi isi dari puisinya begitu menyentuh mengundang pilu…
>>Met sore,
Makasih telah berkunjung ke blog saya. Makasih juga anda bilang puisi ini bagus. Saya pribadi kadang tidak memahami akan bagus atau tidaknya satu puisi, mungkin masing-masing mempunyai otoritas untuk menilai, seperti anda ini.
Salam,