Tangsel Jazz Festival 2017 yang digelar Sabtu, 9 Desember 2017 benar-benar memikat hati saya untuk menghadirinya. Beberapa penampil memang sangat layak untuk disimak, namun yang paling memikat saya adalah penampilan musisi jazz senior, para maestro jazz. Mereka adalah Benny Mustafa (78 tahun, satu-satunya personil The Indonesian All Stars yang pernah tampil di Berlin Jazz Festival tahun 1967, yang saat ini masih ada) – pada drums, Benny Likumahuwa (71 tahun) – pada trombone, Oele Pattiselanno (71 tahun) – pada gitar dan Jeffrey Tahalele (61 tahun) – pada bass, didampingi oleh musisi muda Fanny Kuncoro (piano) dan vokalis Amelia Ong. Mereka menamakan dirinya sebagai The Indonesian All Stars.
Selain rasa penasaran yang sangat untuk menyimak langsung sajian jazz dari The Indonesian All Stars, saya juga mempunyai agenda khusus, yaitu keinginan untuk jumpa dan berbincang – kalau memungkinkan – dengan vokalisnya, Amelia Ong. Ia bukan hanya vokalis jazz namun juga composer dan arranger.
Kenapa saya demikian ngebet ingin jumpa dan berbincang dengan Amelia Ong?
Begini ceritanya…
***

Pertama kali saya menyimak penampilan Amelia Ong di Bogor Jazz Reunion 2014. Saat itu ia tampil menawan dengan membawakan beberapa lagu jazz standar dan diakhiri dengan lagu Prahara Cinta, lagu yang populer di tahun 80-an, yang mau tidak mau membawa kenangan saya ke zaman SMA.
Akhir tahun 2015 Amelia Ong merilis album Self-Titled. Bagi saya ini hal yang mengejutkan. Bagaimana tidak, album yang berisi 7 buah lagu ini, 6 buah lagu diciptakan oleh Amelia Ong sendiri. Saya tak habis berpikir, bagaimana ia mempunyai keberanian yang luar biasa untuk mengerjakan albumnya tersebut.
Bolak-balik saya menyimak lagu demi lagu pada albumnya itu. Penilaian sederhana saya, album itu sangat menarik, sangat memikat dan sangat nge-jazz. Ujungnya saya gregetan ingin menuliskan kesan saya – atau kalau boleh sebutlah sebagai review – atas album tersebut. Anggap saja sebagai bentuk apresiasi dari seorang pencinta jazz terhadap karya musik jazz Amelia Ong.
Dalam proses penulisan sampai di titik dimana saya merasa kekurangan bahan – karena selain membahas album tersebut saya berkeinginan juga untuk menyertakan sedikit gambaran perjalanan hidup dan perjalanan karir musiknya dalam tulisan itu – saya mencoba menghubungi Amelia melalui email. Dalam email itu saya sampaikan keinginan saya untuk menulis tentang albumnya beserta beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Sempat ragu juga, apakah ia berkenan membalas email saya.
Diluar dugaan, email balasan datang juga. Penjelasan atas beberapa pertanyaan yang saya ajukan ditulis dengan panjang lebar. Satu hal lagi, diluar jawaban yang jelas dan panjang lebar, secara tersirat saya menangkap kesan kalau Amelia Ong berkepribadian ramah dan terbuka. Ah, tentunya hal ini membutuhkan pembuktian bila suatu saat nanti bisa berjumpa dan berbincang.
Penjelasan Amelia di email dan ditambah beberapa bahan masukan lainnya akhirnya saya rangkum dalam tulisan yang saya posting di blog ini dengan judul Amelia Ong: Album Jazz Penuh Cinta.
Album Amelia Ong Self-Titled meraih kesuksesan pada AMI Award 2016 dengan menyabet 2 nominasi untuk kategori Artis Jazz Vokal Terbaik dan Album Jazz Terbaik. Namun kesuksesan lebih hebat terjadi pada AMI Award 2017 dimana lagunya yang berjudul Have Yourself A Merry Little Christmas – terdapat dalam album Christmas Songbook – dinyatakan sebagai pemenang untuk kategori Karya Produksi Lagu Berlirik Spiritual Nasrani.
Nah, secara saya pengagum karya musiknya Amelia Ong, saya pernah menghubunginya via email dan juga saya pernah menulis tentang albumnya, rasanya wajar saja bila saya ingin sekali berjumpa dan berbincang sejenak dengannya.
***
Akhirnya ada juga kesempatan untuk berjumpa dan berbincang dengan Amelia Ong, setelah sebelumnya saya terpesona menyaksikan penampilannya bersama Indonesia All Stars. Menurut saya, penampilan The Indonesian All Stars ini adalah penampilan ter-jazz di Tangsel Jazz Festival kali ini.

Amelia Ong tampil membawakan 3 buah lagu. Pada lagu berjudul Lincah, lagu tahun 60-an yang ditulis oleh Mus Mualim, karakter vokal Amelia terasa demikian pas dengan nuansa lagu ini. Apalagi Amelia membawakan lagu ini juga dengan lincah. Bergerak menari dari satu ujung panggung ke ujung panggung lainnya. Siapapun pasti terpesona menyimak penampilannya.

Setelah saya memperkenalkan diri, pertanyaan pertama dari Amelia, “Sebenarnya nama mas siapa?”. Pertanyaan wajar yang biasa saya alami saat berjumpa dengan sahabat blogger, karena saya tulis di blog kalau nama yang disampaikan disana adalah nama saya di dunia maya.
Amelia memperkenalkan saya dengan Oma-nya yang secara khusus datang dari Purwokerto untuk menyaksikan penampilannya, memperkenalkan saya kepada kakaknya dan terakhir kepada pacarnya. Kemudian mengalirlah pembicaraan yang hangat dan akrab.
Ternyata benar dugaan saya seperti tersirat dari tulisan pada emailnya, Amelia berkepribadian ramah dan terbuka.
Sebuah Harapan
“Kenapa mbak gak membuat album bersama Indonesian All Stars?”, demikian terlontar pertanyaan saya.
Sebenarnya pertanyaan saya lebih ke sebuah harapan. Harapan untuk terciptanya dokumentasi jazz yang dimainkan oleh The Indonesian All Stars kedalam bentuk album rekaman dengan Amelia Ong sebagai vokalisnya. Saya pikir ini akan menjadi rekaman jazz lintas generasi yang menggambarkan bagaimana jazz dimainkan oleh para maestro jazz dan bagaimana jazz menembus batas-batas zaman dan generasi.

Saya hanya membayangkan, bagaimana bila pada tahun 1967 tidak dibuat rekaman The Indonesian All Stars saat itu kedalam satu album berjudul Djanger Bali. Pastilah generasi saat ini, puluhan tahun kemudian, hanya mendapat cerita saja tanpa bisa mendengarkan bagaimana hebatnya mereka bermain jazz saat di Berlin Jazz Festival 1967, dengan membawakan komposisi-komposisi seperti yang terdapat pada album Djanger Bali.
Album rekaman Indonesian All Stars feat Amelia Ong akan menjadi rekaman jazz lintas generasi yang menggambarkan bagaimana jazz dimainkan oleh para maestro jazz dan bagaimana jazz menembus batas-batas zaman dan generasi.
Saya besar berharap kepada Amelia Ong untuk memprakarsai pembuatan album bersama Indonesian All Stars ini. Saya merasa yakin Amelia mempunyai keberanian akan hal ini seperti keberaniannya saat membuat album Self-Titled. Atau mungkin bersama fihak demajors – yang setahu saya sampai saat ini tetap rajin merilis album-album baru dalam bentuk CD dan yang telah merilis album Djanger Bali secara resmi pada tahun 2015, termasuk album Self-Titled Amelia Ong – menjajaki kemungkinan mewujudkannya.
Mungkin ini harapan yang muluk dari seorang pencinta jazz, yang tidak begitu faham dengan seluk beluk dunia industri musik dan hambatan-hambatan yang ada didalamnya. Tapi siapa tahu harapan ini bisa diwujudkan suatu saat nanti.
Pertemuan dan perbincangan saya dengan Amelia ditutup dengan berfoto di photobooth. Ini benar-benar menjadi very special moment bagi saya di Tangsel Jazz Festival 2017 ini.

***
Sebagai tambahan, saya menemukan video di youtube penampilan Indonesian All Stars membawakan lagu Lincah. Perbedaan dengan yang tampil di Tangsel Jazz Festival 2017 terletak pada vokalisnya. Pada video ini vokalisnya adalah vokalis jazz senior Margie Segers.
Perbedaan lainnya, Margie Siegers bernyanyi sambil duduk, sedangkan Amelia Ong bernyanyi sambil berdiri dan bergerak menari, yang lebih memberikan kesan lincah seperti judul lagunya.
Dengan menyimak video ini, satu kesan yang pasti, bagaimana para maestro jazz ini bermain musik dengan rileks namun energi jazz tetap terasa kuat dan menyajikannya dengan apik disaat usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
Benar-benar mengagumkan…
Sukabumi, 13 Desember 2017
Catatan:
- Tulisan lengkap tentang pergelaran Tangsel Jazz Festival 2017 sedang dipersiapkan. Terima kasih.
memang mas ini penggemar jazz bener ya sampai memperhatikan setiap penyanyi secara detail sekali
Begitulah mbak, kalau sudah kagum dan penasaran sampai saya repotin mereka dengan email dari saya. Termasuk mbak Amelia ini…
Salam,
Tentunya sebagai pecinta dan penggemar dari musik jazz si harus banyak yang digali dan diabadikan. Bila perlu di tuliskan dalam sebuah torehan sederhana dari para penggemarnya. Mungkin hal ini akan menjadi sebuah catatan tersendiri bagi para penggemar jazz suatu saat kelak ya kang, Salut deh sama hasil besutan liputan dan opininya kang. ha,, ha, ha,
Betul Mas. Menuliskan sejauh kemampuan rupanya jadi catatan yg menarik juga untuk dibaca di kemudian hari.
Salam,
bisa ketemu idola langsung dan foto bareng … wah senang banget nih … mungkin layak disebut number 1 big fans-nya Amelia ong .
saya jadi lebih mengenal jazz setelah baca2 tulisan akang
Iya Mas seneng banget. Semacam agenda khusus yang akhirnya ter-realisasi.
Demikian juga saya lebih mengenal tempat-tempat baru yg layak dikunjungi dari tulisan-tulisan Mas di blog.
Salam,