Jazz Goes to Kampunk 2018: Ketika Jazz Tidak Hanya sebagai Aliran Musik

Pergelaran Jazz Goes to Kampunk membawa saya untuk pertama kali mengunjungi Kandank Jurank Doank, tempat pergelaran itu berlangsung, pada hari Minggu, 4 Februari 2018.

Sumber twiter @dd_dikDOANK

Terus terang ketika pertama mendapat informasi tentang pergelaran Jazz Goes to Kampunk ini saya sama sekali belum tahu dimana lokasi Kandank Jurank Doank (KJD) itu berada. Ini kepenasaran pertama saya untuk menghadiri Jazz Goes to Kampunk.

Kepenasaran kedua, pergelaran Jazz Goes to Kampunk ini sepertinya di dukung dengan penuh oleh Komunitas Jazz Kemayoran (KJK) seperti yang saya baca dari rilis informasinya. Ada hubungan apakah antara KJD dengan KJK?

Itulah kepenasaran yang saya rasakan hingga akhirnya saya memutuskan untuk menghadiri pergelaran Jazz Goes to Kampunk.

***

Antara KJD dan KJK

Kandank Jurank Doank (KJD) dibangun dan dirintis oleh penyanyi dan seniman Dik Doank sejak tahun 1993. Saat ini KJD dikenal sebagai tempat wisata edukatif berbasis alam di Tangerang Selatan, walaupun pada awal pembangunannya ditujukan sebagai sekolah alam bagi anak-anak kurang mampu yang tinggal di kampung sekitar. Cita-cita Dik Doank saat itu sederhana saja yaitu ingin agar anak-anak itu bisa belajar di sekolah yang sebenarnya yaitu alam.

Gerbang Kandank Jurank Doank

KJD yang tepatnya berlokasi di Kompleks Alvita, Desa Sawah Baru, Ciputat terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya untuk memasuki areanya.

Adapun Komunitas Jazz Kemayoran (KJK) resmi dibentuk pada tanggal 17 Maret 2004 atas prakarsa Beben Jazz. Kata “Kemayoran” diambil dari tempat dimana komunitas ini dibentuk dan dipusatkan yaitu di rumah kediaman keluarga Beben Jazz di daerah Kemayoran.

Dari perbincangan saya dengan Beben Jazz – selanjutnya saya panggil saja Kang Beben – terungkap bahwa ternyata Kang Beben adalah kakak kandungnya Dik Doank.

A ha, terjawab sudah kepenasaran saya tentang hubungan mesra yang terjadi antara KJD dan KJK.

Saya, Dik Doank dan Beben Jazz

Tentang Beben Jazz

Telah lama saya mengenal Kang Beben, namun baru pertama kali menyimak langsung penampilannya saat di Ramadhan Jazz Festival 2015. Penampilan panggungnya yang khas, selalu berkaca mata, bertopi dan berkaos hitam, berikut improvisasi permainan gitarnya dan kekompakan bermain bersama grupnya, Beben Jazz n Friends, benar-benar telah menyuguhkan jazz yang nyaman untuk disimak.

Logo KJK | sumber: bebenjazz.com

Namun yang saya kagumi dari Kang Beben bukan hanya karena ia musisi jazz semata tapi karena perjuangannya yang terus menerus dalam memperkenalkan jazz kepada masyarakat luas dan upaya menempatkan jazz dalam perkembangan musik Indonesia yang masih dianggap minoritas. Upaya ini diwujudkan Kang  Beben melalui wadah yang dibentuknya yaitu Komunitas Jazz Kemayoran (KJK).

Dengan visi Jazz untuk Semua, ada 3 misi yang diemban oleh KJK. Misi tersebut meliputi Brotherhood ( Silaturahmi lewat jazz), Educative ( Memperkenalkan lebih jauh tentang jazz kepada masyarakat melalui edukasi) dan Usefull ( Melalui pembinaan kepada anggotanya agar menjadi manusia yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara).

Beben Jazz dan saya

Setelah 14 tahun KJK berdiri, kini tercatat tidak kurang dari 1000 orang telah bergabung sejak pertemuan pertamanya yang hanya dihadiri 14 orang. Tercatat juga sekitar 100 grup jazz band telah lahir maupun yang bergabung setelah terbentuk.

KJK juga pernah membuat rekor “Bermain Jazz 31 Jam Non Stop” yang didukung oleh 41 grup jazz band dari KJK dan dicatat oleh Indonesian Book of Records, yang berlangsung pada tanggal 30 – 31 Mei 2008 di JaCC Foodcourt Wisata Makanan.

Selain mengajarkan tentang jazz, Kang Beben juga mengingatkan peserta didiknya akan konsep untuk selalu bermain musik sepenuh hati, penuh semangat dan tetap berkualitas baik pada saat tampil dengan penonton ramai maupun sepi, karena ada YANG MAHA yang selalu menyaksikan setiap gerak langkah dan aktivitas apapun yang dilakukan termasuk dalam bermain musik.

Konsep tersebut digambarkan melalui puisi yang ditulis oleh Kang Beben berjudul “Allah is My Audience”, seperti yang Kang Beben sampaikan pada pembukaan pergelaran Jazz Goes to Kampunk.

Berikut penggalan puisi “Allah is My Audience”,

Penonton ramai penting,
kadang dapat membuatmu bersemangat,
namun kadang juga dapat membuatmu gugup.
Tapi ramai dan sepi tidak akan berpengaruh bagi kualitas semangatku
“Karena Allah My Audience”

Aku akan bersemangat saat penonton ramai gegap gempita,
dan aku tetap bersemangat saat penonton sepi beberapa orang saja. 
Karena Penontonku sesungguhnya adalah
“Allah My Audience”

Persentuhan Kang Beben dengan budayawan Emha Ainun Najib melalui komunitas Kenduri Cinta, melahirkan konsep Jazz 7 Langit yang akhirnya sampai pada titik pencapaian filosofis bahwa jazz itu “mengalir”, bukan hanya “aliran” dalam musik. Hal ini mengandung makna bahwa jazz tidak terbatas hanya dalam musik, tetapi juga dalam bentuk-bentuk proses kehidupan yang kita jalani.

jazz itu “mengalir”, bukan hanya “aliran” dalam musik, karenanya jazz tidak terbatas hanya dalam musik tapi juga dalam bentuk-bentuk proses kehidupan…

Menurut penilaian saya, apa yang telah Kang Beben lakukan baik dengan jazz itu sendiri maupun melalui komunitas bentukannya menunjukkan bahwa jazz telah “mengalir” dalam proses kehidupan yang Kang Beben jalani sampai saat ini.

Jazz Goes to Kampunk

Pergelaran Jazz Goes to Kampunk kali ini adalah pergelaran yang ketiga. Pergelaran ketiga ini agak khusus karena selain dimeriahkan oleh musisi-musisi muda hasil didikan Kang Beben yang tergabung dalam beberapa band, juga sekaligus dalam rangka ulang tahun Kang Beben ke-51 yang jatuh pada tanggal 2 Februari.

Beberapa penampil yang menarik mulai dari penampil pertama yang menamakan dirinya sebagai KJD Band. Dua lagu mereka sajikan, Route 66 dan Fly Me to The Moon.

Dengan aransemen yang rapi dan vokal yang prima dari penyanyinya, penampilan mereka sungguh tidak mengecewakan apalagi ketika lagu Fly Me to The Moon mereka bawakan.

KJD Band, memikat dengan Fly Me to The Moon

Nawfal, violis yang masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar membuka penampilannya dengan membawakan lagu karya alm. Benyamin S. Berjudul Gerimis Aje. Selain permainan biolanya yang sudah baik, saya perhatikan Nawfal juga sudah mampu berimprovisasi dan menjadikan lagu Gerimis Aje mendapat sentuhan nada yang penuh warna.

Nawfal mengakhiri penampilannya dengan membawakan lagu Fly Me to The Moon melalui olah vokalnya.

Nawfal, violis dan vokalis

Trio musisi yang tergabung dalam Project Jass bolehlah saya sebut band yang mewakili fusion jazz. Mereka menyampaikan komposisi berjudul All Blues secara instrumental sebagai sajian pertamanya. Sentuhan fusion dengan beat yang kuat sangat terasa pada komposisi ini. Melihat penampilan mereka, saya berkesimpulan kalau jam terbang mereka dalam bermain jazz sudah cukup tinggi.

Sajian Project Jass yang keras, dipermanis dengan menampilkan vokalis wanita bernama Elis. Elis membawakan 2 lagu berjudul Cintaku dan Just The Two of Us. Pada 2 lagu ini tetap sentuhan fusion dapat dirasakan, namun tidak sekeras saat komposisi tanpa vokal mereka sajikan.

Ber-fusion bersama Project Jass

Kepenasaran saya akan vokal Elis terbayar saat grup band yang menamakan dirinya EL n Friends tampil di panggung. Mungkin EL ini singkatan dari Elis, entahlah, namun yang bertindak sebagai vokalis pada grup band ini adalah Elis yang tadi tampil bersama grup band Project Jass.

Syahdu bersama EL n Friends

Lagu pertama yang disajikan EL n Friends berjudul Aqua de Beber. Vokal Elis demikian pas membawakan lagu ini, ditambah dengan sentuhan bossa pada aransemen musiknya menambah keindahan lagu ini. Band ini dilengkapi juga dengan pemain sax, yang memperkaya nuansa jazz yang mereka suguhkan.

Penampilan Elis bersama EL n Friends ditutup dengan lagu Summertime yang disampaikan dengan cukup memesona dengan sentuhan jazz yang lembut di sepanjang lagu ini.

Grup band lain yang juga memeriahkan pergelaran ini antara lain grup band UNUSIA, dari UKM Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia; Trial Project, yang menonjolkan instrumen trumpet sebagai melodi utamanya; dan Match Box Blues, menyajikan blues yang mendapat sambutan hangat dari penonton terutama saat mereka menyampaikan lagu Still Got the Blues-nya Gary Moore.

Trial Project

Akhirnya Kang Beben naik ke panggung ditemani rekannya yang tergabung dalam grup band Beben Jazz n Friends. Lagu pertama yang dibawakan secara vokal oleh Kang Beben adalah lagu lawas yang pada masanya dipopulerkan oleh penyanyi Frank Sinatra, It Had to be You. Sentuhan swing pada lagu ini membuat suguhan ini nyaman untuk disimak.

Beben Jazz n Friends, Satu yang Pasti

Yang menarik, Kang Beben juga membawakan lagu ciptaannya sendiri berjudul Satu yang Pasti. Lagu dengan lirik romantis dan berirama swing ini tercatat sebagai nomine untuk kategori Lagu Jazz Vokal Terbaik pada AMI Award 2008.

Penasaran dengan lagu Satu yang Pasti? Sila disimak video klip dibawah.

Mengakhiri penampilannya di panggung, Kang Beben mengundang Dik Doank untuk bernyanyi. Dik Doank membawakan 2 lagu ciptaannya.

Dan, Dik Doank tetaplah Dik Doank yang saya kenal selama ini lewat lagu-lagunya yang sarat dengan fenomena sosial dan bernyanyi dengan ekspresif dan meledak-ledak.

Dik Doank, ekspresif dan meledak-ledak

Penampilan Beben Jazz n Friends dan Dik Doank mengakhiri kehadiran saya di pergelaran Jazz Goes to Kampunk.

***

Bagi saya, menyaksikan pergelaran Jazz Goes to Kampunk yang berlangsung di Kandank Jurank Doank bagaikan menyaksikan semacam parade keberhasilan Kang Beben dalam mengajarkan jazz kepada generasi muda.

Betapa tidak, semua yang tampil pada pergelaran ini adalah anak-anak didik Kang Beben baik mereka yang tergabung di KJK, KJD maupun di Beben Jazz Music Course.

Tentulah ada perasaan bangga pada diri Kang Beben menyaksikan anak-anak didiknya yang tampil pada panggung Jazz Goes to Kampunk ini. Dan saya sebagai pencinta jazz terpesona melihat bagaimana anak-anak didik Kang Beben ini telah menyuguhkan jazz dengan indah dan menawan.

Salut untuk Beben Jazz…

Sukabumi, 13 Februari 2018

Catatan :

  • Lebih jauh dengan Beben Jazz dan Komunitas Jazz Kemayoran dapat dibaca pada situs bebenjazz.com pada tautan ini.
  • Artikel tentang Jazz 7 Langit dapat dibaca pada tautan ini.

Catatan Tambahan :

  • Artikel ini juga di publish di viva, dapat dikunjungi pada tautan ini.

Galeri Fotoklik foto untuk memperbesar tampilan.

Iklan

17 respons untuk ‘Jazz Goes to Kampunk 2018: Ketika Jazz Tidak Hanya sebagai Aliran Musik

Add yours

    1. Iya Mas, dia bernyanyi dgn ekspresif dan meledak-ledak.
      Ini baru pertama kali saya menyksikan langsung penampilannya di panggung.

      Salam,

  1. Press yang betul2 nikmat dan mengalir deras untuk melepaskan dahaga akan Jazz.

    WordPress is Jazz.
    Brotherhood is Jazz.
    Kampunk is Jazz.
    Everything nice is Jazz.

  2. Kang..acaranya keren pisan! Dan the fact that Kang Beben sudah mengajarkan banyak tentang Jazz kepada anak-anak membuat saya makin salut! It’s just lovely to see they way they appreciate this wonderful music!

    1. Iya, ini adalah pergelarannya yg ke-3 dan baru kali ini saya hadir disini karena baru tahu beberapa hari sebelum pergelaran ini berlangsung.

      Salam,

    1. Terus terang saya juga surprise saat bertemu langsung dg Dik Doank. Rasanya baru kemarin lihat di TV, padahal itu sekian tahun lalu, jadi benar-benar sangat jauh dari apa yg saya gambarkan ttg dirinya.

      Ah gak hebat sih Teh, hanya suka keluyuran saja nonton festival-festivalnya…

      Salam,

  3. Salut dengan perjuangan musisi memperkenalkan musik jazz untuk dikenal di tengah masyarakat Indonesia dengan mengikuti perkembangan Jakarta, wadah ini juga bisa menjadi penyaluran bakat musik bagi generasi muda Indonesia juga ya kang. Sukses untuk Jazz Indonesia dan juga senimannya.

    1. Demikian juga dgn saya Mas. Salut kpd perjuangannya – terkhusus kepada Kang Beben –
      memperkenalkan jazz dan mengajarkannya kpd generasi muda. Dan kalau melihat hasilnya saat ini, sangat luar biasa.

      Salam,

  4. Saya juga jazz mas, tapi sayang di daerah saya music jazz jarang kedengeran.Semoga aja acara semacam Goes To Campus nih bisa nyampe ke sulawesi biar bisa ngerasain langsung music jazz kayak gimana.

    1. Salam sesama penyuka jazz,

      Wah, tinggal di Sulawesi ya Mas? Tepatnya dimana Sulawesi-nya, kalau boleh saya tahu.
      Semoga akan ada pergelaran2 jazz disana.

      Salam persahabatan dari saya di Sukabumi.

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: