Antara COVID-19, Anak-anak Sekolah dan Kita

Pagi ini saat saya jalan kaki menelusuri jalan-jalan di Kota Sukabumi, terasa ada sesuatu yang beda. Ya, jalanan tampak sepi. Saya tak melihat anak-anak sekolah yang biasanya sudah ramai hilir mudik di sekitar jam 07.00 pagi.

Biasanya di sudut jalan antara Jln. Jend. Sudirman dan Jln. Sriwijaya banyak angkutan kota berwarna putih berjejer menanti penumpang. Angkutan-angkutan kota ini menanti anak-anak sekolah yang akan diantarkan ke sekolahnya di sekitar Jln. Kabandungan. Ada beberapa sekolah disana diantaranya SMKN 1, SMKN 3 dan SMAN 2. Pagi ini, tak satupun angkutan kota berada disana.

Suasana yang sama saya temukan juga di Perempatan Dago – entah kenapa perempatan ini kini populer dengan sebutan Perempatan Dago – yaitu perempatan antara Jln. RE. Martadinata, Jln. Ir. H. Juanda dan Jln. Zaenal Zakse, terlihat sepi.

Perempatan Dago pada hari-hari biasa selalu ramai dengan anak-anak sekolah. Bagaimana tidak, di Jln. Ir. H. Juanda terdapat 5 sekolah yaitu SMPN 1, SMPN 2, SMAN 4, SD Mardi Waluya dan SMP Mardi Waluya.

Di seberang Jln. Ir. H. Juanda terdapat sekolah SDK – BPK Penabur, sedangkan sedikit ke sebelah timur, di Jln. RE. Martadinata, terdapat SMA Mardi Yuana.

Dapat dibayangkan ramainya Perempatan Dago pagi hari sekitar jam 07.00-an, baik oleh anak-anak sekolah yang baru turun dari angkutan kota maupun yang berjalan bergerombol menuju sekolahnya masing-masing.

SMP Negeri 1 Sukabumi
SMP Negeri 1 Sukabumi, sepi tanpa kehadiran murid-murid.

Selain sekolah-sekolah yang sepi tanpa kehadiran murid-muridnya, saya perhatikan juga hanya beberapa kios pedagang makanan yang masih tetap buka.

Ya, ketiadaan anak-anak sekolah untuk sementara waktu menghentikan juga usaha-usaha para pedagang makanan yang konsumen mayoritasnya adalah anak-anak sekolah tersebut.

Jadi, sekolah libur?

Tidak. Sekolah tidak libur, hanya anak-anak sekolah belajar dirumah.

Kegiatan belajar mengajar di rumah akan berjalan selama 2 pekan, mulai tanggal 16 Maret  2020 s.d. 29 Maret 2020, sesuai ketetapan yang tertulis pada surat pemberitahuan Nomor 421/244/Set-Disdik/III/2020 yang dikeluarkan dan ditanda-tangani oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, Nicke Siti Rahayu, sebagai hasil rapat koordinasi bersama Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, pada tanggal 15 Maret 2020.

Ketetapan tersebut diatas sesuai dengan keputusan yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat pada konferensi pers tentang perkembangan Corona Virus Disease-19 atau COVID-19 di Jawa Barat, di Gedung Pakuan, Bandung, Minggu (15/3/2020).

Kegiatan belajar di rumah ini dilakukan dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19.

***

Tentang COVID-19

COVID-19 (Corona Virus Disease-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, jenis baru virus Corona. Virus baru ini, yang masih satu keluarga dengan virus penyebab SARS dan MERS, menyerang sistem pernafasan.

Virus Corona jenis baru  ini pertama kali dikonfirmasi pada 31 Desember 2019 dan menjadi perhatian dunia setelah pada tanggal 20 Januari 2020, otoritas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, mengatakan tiga orang tewas karena menderita pneumonia disebabkan oleh virus tersebut.

Virus Corona dengan cepat menyebar ke banyak negara sehingga pada tanggal 12 Maret 2020 Badan Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan status secara global menjadi Pandemi, mengingat lebih dari 114 negara telah terjangkit virus tersebut.

Hingga saat ini, di seluruh dunia tercatat sebanyak 220.313 orang dinyatakan positif COVID-19, 8.983 orang meninggal dunia dan 85.769 orang dinyatakan sembuh. Sedangkan di Indonesia tercatat sebanyak 309 orang dinyatakan positif COVID-19, 25 orang meninggal dunia dan 15 orang sembuh. Data ini bersumber dari CNN Indonesia per tanggal 19 Maret 2020.

Perkembangan COVID-19 per 19/3/2020 | Sumber: CNN Indonesia

Di negara kita, pada tanggal 2 Maret 2020 Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan bahwa 2 orang WNI dinyatakan positif COVID-19. Setelah pengumuman resmi ini, berbagai daerah berupaya meningkatkan kewaspadaan untuk pencegahan, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Di bawah ini disajikan data kasus positif terpapar virus corona setelah tanggal 2 Maret 2020. Perhatikan tingkat kenaikannya yang demikian tinggi terlihat dari grafik yang kian menanjak dari hari ke hari terutama mulai tanggal 12 Maret 2020.

Kasus Corona di Indonesia s.d. 19 Maret 2020
Kasus Corona di Indonesia s.d. 19 Maret 2020 | Sumber: BBC News Indonesia

Upaya yang Dilakukan di Provinsi Jawa Barat

Untuk peningkatan kewaspadaan penyebaran COVID-19, Gubernur Jawa Barat menerbitkan Surat Edaran Nomor 400/26/HUKHAM tanggal 13 Maret 2020 tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Risiko Penularan Infeksi Corona Virus Disease-19 (COVID-19), yang pada intinya berisikan arahan dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dan dijalankan oleh seluruh Bupati dan Wali Kota di Jawa Barat.

Sebagai kelanjutannya, Pemerindah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat mengeluarkan keputusan kegiatan belajar mengajar di rumah selama dua pekan, mulai dari Senin, 16 Maret 2020.

Konsepnya bukan libur, yaitu bersekolah di rumah. Jadi, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat selama dua minggu, yaitu dari besok (16/3/20) sampai dua minggu berikutnya akan menyekolahkan anak belajar di rumah dengan kurikulum yang seharian kemarin kami siapkan.” demikian penjelasan Ridwan Kamil saat menggelar konferensi pers perkembangan COVID-19 di Jawa Barat, yang berlangsung di Gedung Pakuan, Bandung, Minggu (15/3/2020) seperti dikutip dari rilis pers pada situs PIKOBAR atau Pusat Informasi & Koordinasi COVID-19 Provinsi Jawa Barat.

Adapun kurikulum yang akan diterapkan untuk kegiatan belajar di rumah, selain pelajaran yang biasa dilakukan di sekolah, adalah kurikulum tambahan tentang pendidikan COVID-19 melalui interaktif dan teknologi.

PIKOBAR, Pusat Informasi & Koordinasi COVID-19 Provinsi Jawa Barat

Selain rilis pers, pada situs PIKOBAR ditampilkan juga Peta Sebaran Kasus COVID-19 di Jawa Barat.

Pada peta sebaran terdapat titik-titik yang mewakili lokasi dan kasus yang ditemukan. Setiap titik diberi warna tertentu – BIRU, KUNING dan MERAH – sesuai dengan tingkat keparahan kasusnya.

Titik warna BIRU menunjukkan ODP (Orang Dalam Pemantauan), artinya tidak sakit tapi dimonitor pergerakannya. Titik warna KUNING menunjukkan PDP (Pasien Dalam Perawatan), artinya dirawat di rumah sakit tapi belum tentu positif. Dan titik warna MERAH berarti pasien Positif oleh virus COVID-19.

Perkembangan selanjutnya, warna identifikasi bertambah dari 3 warna menjadi 9 warna, untuk mengakomodir data pasien yang meninggal, data pasien yang sembuh dan lebih memerinci kasus ODP dan PDP.

Bila satu titik disorot, akan tampil data detil dari kasus tersebut menyangkut Status, Usia, Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota.

Peta Sebaran Kasus COVID-19 di Jawa Barat per 19 Maret 2020
Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Data pada peta dapat dijadikan acuan bagi para pimpinan daerah untuk melakukan antisipasi dan edukasi, sedangkan bagi masyarakat dapat digunakan untuk bertindak proaktif baik untuk saling mengingatkan maupun untuk mengurangi interaksi sosial, terutama di zona warna merah dan kuning.

Selain Peta Sebaran Kasus COVID-19, pada PIKOBAR juga ditampilkan data Rumah Sakit Rujukan, Infografis terkait COVID-19, Rilis Pers dan Angka Kejadian yang berisi informasi total kasus sampai dengan tanggal dan waktu tertentu.

Per tanggal 19 Maret 2020, jam 21.00, angka kejadian ini menunjukkan sebanyak 1.412 orang sebagai ODP, 132 orang sebagai PDP26 orang positif COVID-19, 3 orang meninggal dan 3 orang sembuh.

Angka Kejadian di Jawa Barat per 19 Maret 2020 jam 21.00
Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Untuk lebih memudahkan akses informasi maupun pelaporan, kini PIKOBAR sedang dikembangkan ke aplikasi berbasis Android dan iOS.

Semoga saja pengembangan aplikasi ini selesai dalam waktu dekat dan segera dapat digunakan oleh masyarakat luas.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Mengingat COVID-19 di negara kita yang semakin menyebar berikut jumlah korban terinfeksinya yang meningkat dengan cepat dan kian mengkhawatirkan, kiranya perlu disadari bahwa kini COVID-19 ini telah menjadi masalah bersama, bukan hanya masalah Pemerintah atau masalah individu saja.

Sebagai individu, ada langkah proaktif dan upaya-upaya yang dapat dilakukan secara mandiri untuk mencegah penyebaran COVID-19, diantaranya:

1. Mengenali Gejala Klinis

Gejala klinis umum dapat berupa demam dengan suhu tubuh ≥ 380 Celcius, batuk dan sesak napas. Terutama jika orang dengan gejala klinis tersebut yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit atau pernah merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19, maka orang tersebut harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan  untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Gejala klinis COVID-19
Gejala klinis COVID-19 | Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Perlu diingat, seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Jika ada orang menyentuh benda yang sudah terkontamintasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (area segitiga wajah), maka orang tersebut dapat terinfeksi COVID-19.

Selain itu, seseorang dapat terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah pentingnya untuk menjaga jarak sekitar 1-2 meter dengan orang lain, terutama dari orang yang sakit.

2. Melakukan Pencegahan

Pencegahan penyebaran COVID-19 dilakukan dengan Pencegahan Secara Umum, Mencuci Tangan dengan Benar, Membudayakan Hidup Sehat, Menjalani Social Distancing dan Anjuran Tetap di Rumah.

Pencegahan Secara Umum. Hal ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas sederhana dengan catatan aktivitas tersebut harus dilakukan dengan disiplin dan konsisten.

Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi:

  • Sering mencuci tangan dengan memakai sabun
  • Memakai masker bila batuk atau pilek
  • Konsumsi gizi seimbang dengan memperbanyak buah dan sayuran
  • Hati-hati kontak dengan hewan
  • Rajin olahraga dan istirahat yang cukup
  • Jangan mengonsumsi daging yang tidak dimasak
  • Bila batuk, pilek dan sesak napas segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan

Infografis berikut menjelaskan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan agar terhindar dari terinfeksi COVID-19, termasuk tambahan aktivitas pencegahan bila melakukan perjalanan ke China.

Pencegahan terinfeksi COVID-19
Pencegahan terinfeksi COVID-19 | Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Mencuci Tangan dengan Benar. Kenapa mencuci tangan perlu khusus dibahas? Alasannya karena mencuci tangan besar manfaatnya dalam mencegah penyebaran COVID-19 dan sering kali kita melakukannya dengan sembarangan. Asal mencuci tangan dengan memakai sabun, kita rasa itu sudah cukup. Padahal untuk mendapat hasil dan manfaat yang optimal dari mencuci tangan tersebut diperlukan metode tertentu.

Metode mencuci tangan yang benar terdiri dari 6 urutan langkah yang membutuhkan waktu selama 60 detik untuk menyelesaikannya, seperti dapat dipelajari dari infografis dibawah ini:

6 Langkah Cuci Tangan
6 Langkah Cuci Tangan | Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Perlu diingat, ada 5 waktu penting untuk mencuci tangan yaitu:

  1. Sebelum makan
  2. Setelah buang air besar
  3. Sebelum menjamah makanan
  4. Sebelum menyusui
  5. Setelah beraktivitas

Membudayakan Hidup Bersih dan Sehat. Membudayakan hidup bersih dan sehat dapat menjadi perisai untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari terinfeksi COVID-19.

Bagaimana caranya? Lakukan 10 hal penting dibawah ini untuk menciptakan budaya hidup bersih dan sehat:

  • Makan makanan bergizi seimbang
  • Jaga kebersihan lingkungan
  • Minum air putih 8 gelas/hari
  • Rajin olahraga – dengan mengutamakan olahraga dengan minimal sosial kontak seperti jalan kaki, lari, bersepeda – dan istirahat yang cukup
  • Tidak merokok
  • Makan makanan yang dimasak sempurna dan jangan makan daging hewan yang berpotensi menularkan
  • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
  • Gunakan masker bila batuk atau tutup mulut dengan lengan atas bagian dalam
  • Berdoa selalu
Mencegah COVID-19 dengan GERMAS
Mencegah COVID-19 dengan GERMAS | Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Upaya dan doa, demikian tersirat dari 10 hal penting diatas, merupakan hal-hal yang harus dilakukan dan dijalankan sesuai anjuran GERMAS, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Upaya dan doa harus berjalan selaras dengan tidak meninggalkan salah satunya.

Menjalani Social Distancing. Social distancing merupakan upaya pencegahan yang dijalankan melalui menjaga jarak antar-manusia dengan meminimalisir kontak langsung, menjauhi perkumpulan dan menghindari pertemuan massal. Jika kita tidak melakukan upaya pencegahan tersebut, jumlah orang terinfeksi akan meledak dan fasilitas layanan kesehatan akan kewalahan sehingga banyak kasus akan tidak tertangani.

Social distancing akan mengurangi laju penularan dan mengizinkan pasien terinfeksi untuk ditangani, seperti terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik Social Distancing
Grafik Social Distancing | Sumber: pikobar.jabarprov.go.id

Studi empiris menunjukkan efektivitas social distancing berdasarkan data kasus wabah flu yang terjadi pada tahun 1918 di kota Philadelphia dan St. Louis. Grafik dibawah ini, diambil dari IG @ridwankamil, menunjukkan efek social distancing pada dua kota tersebut:

Studi empiris social distancing
Studi empiris social distancing | Sumber: IG @ridwankamil

Dengan bahasa yang sederhana Kang Emil – demikian sapaan akrab Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil – menjelaskan makna grafik tersebut, dengan menulis, “Kota warna kuning warganya tidak melakukan social distancing, masih wara wiri berkerumun, masih bikin kegiatan penuh keramaian dan tidak jaga jarak, penyebaran virus cepat dengan korban yang meninggal begitu banyak. Ini adalah Philadelphia tahun 1918.”.

Kang Emil melanjutkan penjelasannya, “Kota warna biru, warganya taat dan disiplin melakukan social distancing, penyebaran virus lambat dan akhirnya tertangani dengan korban yang meninggal sedikit. Ini adalah kota St. Louis di tahun yang sama.”.

Kesimpulannya, social distancing tidak akan berhasil mencapai sasarannya bila tidak ditaati dan dijalani dengan disiplin oleh segenap anggota masyarakat.

Terkait social distancing, Presiden Jokowi menyampaikan seruannya pada konferensi pers di Bogor, Minggu, 15 Maret 2020. Beliau mengatakan, “Saatnya kita kerja di rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah”.

Social distancing dapat dilakukan atas prakarsa pemerintah diantaranya dengan memberlakukan belajar di rumah yang saat ini sedang dijalankan selama 14 hari antara tanggal 16 – 29 Maret 2020, menutup ruang publik seperti tempat wisata, menunda agenda acara yang melibatkan banyak orang dan mendorong perusahaan memberlakukan kerja jarak jauh atau work from home.

Perusahaan-perusahaan dapat melakukan social distancing diantaranya dengan memberlakukan kerja dari rumah, membatasi jumlah peserta rapat dan tidak mengadakan kegiatan massal.

Apa yang dapat dilakukan oleh individu-individu?

Dengan taat dan disiplin masing-masing individu diharuskan menjauhi keramaian atau pertemuan massal, menjaga jarak dengan orang lain 1-2 meter, tidak berjabatan tangan, bergandengan atau berpelukan dan mengurangi frekuensi ke toko atau ke pasar dan dilakukan hanya saat mendesak saja.

Social distancing oleh individu | Sumber: CNN Indonesia

Ajakannya, jalani social distancing dengan taat dan disiplin. Mari mengisolasi diri selama 14 hari, dari tanggal 16 Maret 2020 s.d. 29 Maret 2020, dengan tinggal di rumah.

Anjuran Tetap di Rumah. Bagaimana bila merasa kurang sehat? Ketika seseorang merasa kurang sehat, secara sukarela agar tinggal di rumah dan tidak pergi ke tempat umum. Kriteria kurang sehat meliputi gejala klinis seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan sesak nafas.

Beberapa hal berikut ini harus dilakukan di rumah saat merasa kurang sehat:

  • Selalu gunakan masker. Ganti setiap hari. Buang masker bekas ke tempat sampah tertutup.
  • Konsumsi makanan bergizi. Istirahatlah dengan cukup.
  • Upayakan ruang terpisah dengan anggota keluarga yang lain. Jaga jarak dengan orang sehat minimal 1 meter.
  • Hindari pemakaian bersama alat makan.
  • Jika terpaksa harus keluar rumah, gunakan masker. Hindari kerumunan.
  • Jaga kebersihan rumah.
  • Hubungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Demikian anjuran tetap di rumah yang disosialisasikan oleh Kemenkes RI dengan hashtag #YukDirumahSaja, seperti disampaikan dalam infografis di bawah ini:

#YukDirumahSaja
#YukDirumahSaja | Sumber: Twitter @KemenkesRI

***

Kini yang perlu dilakukan untuk pencegahan penyebaran COVID-19 adalah sinergi antara apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan individu-indvidu.

Ya, perjuangan panjang dan melelahkan menanti di depan. Upaya dan doa tetap harus dilakukan seiring dan sejalan. Yakinlah, seperti kata judul lagu “Badai Pasti Berlalu”, begitupun dengan COVID-19, pada akhirnya akan berlalu dan keadaan akan kembali normal seperti sedia kala.

Namun, entah kapan hal itu akan tercapai. Semoga tak terlalu lama bagi kita untuk sampai disana.

Semoga.

Sukabumi, 20 Maret 2020

Update, 29 Maret 2020:

  • Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah di Wilayah Kota Sukabumi diperpanjang sampai batas waktu yang belum ditentukan, sesuai tertuang pada Surat Pemberitahuan Nomor 421/307/Setdis P dan K/III/2020, perihal Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 tertanggal 28 Maret 2020. (Lihat Lampiran).

Catatan:

  • PIKOBAR, Pusat Informasi & Koordinasi COVID-19 Provinsi Jawa Barat, dapat dikunjungi pada tautan ini.
  • Tulisan ini hanya sekadar sumbangan kecil terhadap masalah besar yang sedang dihadapi bangsa ini, COVID-19, dan merupakan perwujudan dari gerakan menulis tentang COVID-19 yang digagas oleh Komunitas Blogger Sukabumi (bumiblogger).

Lampiran:

  • Surat Pemberitahuan Nomor 421/244/Set-Disdik/III/2020, tentang Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah di Wilayah Kota Sukabumi. Sumber: Twitter @Pemkot_Sukabumi
  • Surat Pemberitahuan Nomor 421/307/Setdis P dan K/III/2020, tentang Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah di Wilayah Kota Sukabumi diperpanjang sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sumber: Twitter @Pemkot_Sukabumi
Iklan

61 respons untuk ‘Antara COVID-19, Anak-anak Sekolah dan Kita

Add yours

  1. Makin ke sini saya jadi makin sering cuci tangan, Pak. Terlebih waktu jumlah pasien positif yang meninggal makin meningkat. Infografis soal mencuci tangan itu membantu sekali. Sekarang saya bisa cuci tangan dengan benar. 🙂

    Untungnya sekarang teknologi komunikasi sudah canggih ya, Pak. Tanpa diajari pun sepertinya siswa sekolah sudah bisa mengikuti apa yang diinstruksikan untuk pembelajaran jarak jauh ini.

    Terima kasih atas informasi mendalamnya soal pencegahan COVID-19, Pak. Bermanfaat dan membantu sekali. Semoga wabah ini lekas berakhir dan manusia bisa berinteraksi lagi seperti sedia kala.

    1. Kita ini sudah mengawang-awang kemana-mana di tahun 2020 ini, eh keadaan menampar kita dan bahkan urusan cuci tangan saja kita ini belum benar. Saya juga baru tahu ternyata ada langkah-langkah bagaimana mencuci tangan dengan benar. Jadi kita belajar dari nol besar lagi ya Mas?

      Belajar jarak jauh sekarang sudah lebih mudah ya Mas. Tahun 90-an, saya ikuti kulian di UT. Belajar melalui buku paket, bacanya kebanyakan membacanya dalam perjalanan menuju tempat kerja di bus kota. Belum ada model interaktif. Saat itu asik saja belajar model demikian Mas.

      Oh iya, bagaimana situasi di Yogja Mas sehubungan dgn covid-19 ini?

      Terima kasih komentarnya Mas.

      Salam,

      1. Ironis juga ya, Pak? Voyager 1 dan 2 kabarnya sudah keluar dari tata surya tapi kita di sini masih berkutat dengan persoalan cuci tangan. 😦 Kalau dipikir-pikir, memang terkadang kita lupa sama yang dasar-dasar, Pak, misalnya persoalan cara cuci tangan ini, atau etika berlalu lintas.

        Sudah beda sekali ya, Pak Asa? Sekarang semua materi bisa diunduh, tugas bisa diunggah, dan tatap muka bisa lewat layar gawai. Mungkin justru kita-kitalah yang sekarang agak susah membiasakan diri dengan pola itu. 😀

        Di Jogja jalanan sudah agak sepi, Pak. Mahasiswa sudah banyak yang cuma di pondokan saja, atau malah pulang kampung, sebab kampus-kampus sudah banyak yang memberlakukan kuliah online. Tongkrongan saya biasanya juga sudah lumayan sepi, Pak. Teman-teman sudah banyak yang memilih di rumah saja.

        Semoga Pak Asa selalu sehat di Sukabumi. 🙂

        1. Sangat ironis Mas. Masalah besar yang akhirnya menyadarkan dan memaksa kita kembali ke dasar.

          Ah Yogja sepi juga ya Mas. Padahal selalu ramai ya di Malioboro. Saya pernah menikmati Minggu pagi disana, jalan kaki, makan gudeg juga. Nikmat banget…

          Semoga Mas & keluarga tetap sehat juga di Yogja.

          1. Iya, Pak. Mungkin waktunya sama-sama merenungkan kemanusiaan kita lagi.

            Beberapa kampus sudah mulai benar-benar menyuruh civitas akademika untuk nggak beraktivitas di luar sampai batas yang belum ditentukan, Pak.

            Mungkin kita bisa mengobati rindu pada Malioboro dengan mendengar Yogyakarta-nyay KLa Project, Pak Asa. 🙂

            Amin, Pak. Terima kasih. Tetap sehat juga di Sukabumi. 🙂

            1. Sepakat Mas, kembali kita harus merenungkan sisi-sisi kemanusiaan kita dan mungkin “memaksa” untuk menata ulang kembali.

              Ah ya saya baru ingat lagunya Katon Bagaskara itu, benar bisa jadi medium untuk membawa kenangan akan Yogja.

              Salam dari Sukabumi, Mas

                  1. Orang tua sibuk mengawasi dan membimbing dan ya…ada tambahan pengeluaran untuk membeli kuota internet.
                    Kemajuan zaman…jauh sekali dari bayangan saya zaman dahulu mah Mas.

                    Salam.

  2. Di Jawa Tengah juga anak-anak sudah diliburkan sejak Senin, 14 Maret, lalu. Saya mendukung penuh langkah ini. Bahkan saya juga sudah menghentikan sementara salat di masjid/mushala, yang biasanya selalu mengajak anak laki-laki. Bukannya apa-apa, sebagai upaya pencegahan saja karena masjid tempat saya biasa berjamaah terletak di pinggir jalan besar, lalu lintas antarkota. Tidak pernah tahu siapa saja dan dari mana saja mereka yang ikut berjamaah di sana.

    Soal belajar di rumah, sebelnya saya, ada guru yang agaknya menganggap ini libur, sehingga tidak ada kontak sama sekali dengan murid-murid. Jadi, dari dua anak saya, yang satu gurunya aktif memberi tugas dan pelajaran lewat WA group, yang satunya sama sekali tidak. Untungnya anaknya senang membaca. Jadi hari-hari dia membaca saja.

    1. Berarti sama ya Mas, sekolah sudah “diliburkan” melalui belajar di rumah. Tapi konyol juga ya ternyata ada guru yang menganggapnya libur shg tidak bisa kontak. Aneh juga ya Mas dgn sikap guru model begitu.

      Riskan juga Mas kalau melihat masjid nya terletak di pinggir jalan besar. Siapapun bisa mampir disana, dan kita gak pernah tahu apa ada diantara mereka yang “carrier”.
      Di lingkungan saya, relatif masjid hanya berisi penduduk kampung saja, karena masjid agak jauh dari jalan raya. Jadi sampai saat ini saya masih berjamaah di masjid.

      Terima kasih komentarnya, Mas

      Salam,

  3. Wah, baca artikel Om ini saya langsung “NGEH” lupa mengedukasi anak saya tentang Virus ini. Sehingga dia suka nyeletuk ga bener. Meskipun Zafa masih 5 tahun, saya rasa saya perlu memasukkan ke dalam kurikulum pendidikan saya ke dia.

    Sejauh ini, saya hanya meberi tahu dia untuk sering cuci tangan, menjaga kebersihan dan tidak boleh keluar rumah. Bisa dijadikan contekan ini gambar-gambar ilustrasinya karena menjelaskan ke anak 5tahun susah tanpa gambar.

    Makasih, OM remindernya.

    Saya juga ga tahu apakah ponakan saya yang sudah SD kelas 5 di Bali dan Malang mendapatkan kurikulum tambahan ini. Besok saya mau check.

    1. Benar Mbak harus dijelaskan kepada anak mengenai bahaya dan ancaman virus ini. Dan urusan cuci tangan, pengalaman saya memang ini sering dilakukan, tapi ya itu ternyata asal saja cuci tangan. Belakangan akhirnya saya belajar lagi bagaimana mencuci tangan yang benar sesuai infografis yang saya temukan dan saya sampaikan dalam posting ini dan semoga ini membantu juga.

      Terima kasih atas komentarnya Mbak.

      Salam,

  4. social distancing nih yang susah ya kang. tapi kita harus belajar dari kasus di italia kasusnya parah karena mereka kan kaya kita kang suka ngumpul-ngumpul dan larangan untuk ngumpul-ngumpul dicuekin aja sama mereka. gimana caranya hindari keramaian dan stop acara kumpul-kumpul dulu. btw disini kita udah dibekali surat keterangan dari tempat kerja kalau nanti ternyata benaran ada larangan untuk keluar rumah kecuali kerja, belanja dan ke dokter.

    1. Demikian ya Mbak masyarakat di Italia dengan ledakan kasus yang dahsyat. Mirip ya masyarakatnya. Disini kan suka banget kumpul-kumpul, ngrumpi… jadi memang urusan social distancing ini bukan urusan gampang dan ini justru akan gagal kalau tidak ditaati dengan disiplin yang tinggi oleh masyarakat.

      Jadi disana belum ada anjuran kerja dari rumah ya Mbak? Semoga saja dengan ketaatan masyarakat yang tinggi, kasus Italia tidak terjadi di Jerman ya Mbak.

      Terima kasih komentarnya Mbak.

      Salam,

      1. kebanyakan kantor dan pabrik-pabrik udah tutup kang. belum lock down but yang pasti ruang gerak tiap hari makin dipersempit. untuk yang masih boleh kerja dikasih surat keterangan kalau ybs memang menuju tempat kerja. selainnya saat ini kalau keluar diperbolehkan untuk belanja, ke dokter dan ke apotik. pesen ke restoran masih bisa tapi take-away. oh ya btw di jerman juga agak sulit ngaturnya kang karena banyak sekali pendatang.

        1. Pabrik-pabrik sudah banyak yang tutup Mbak? Disini hanya kantor-kantor yang sudah banyak menerapkan work from home bagi karyawannya. Kalau pabrik-pabrik di sekitaran Sukabumi masih tetap operasi. Kebanyakan disini pabrik garmen dan sepatu. Gak jelas juga perkembangan ke depannya. Namun status darurat nasional telah diperpanjang menjadi sampai 29 Mei 2020.

          Oh di Jerman ada sedikit masalah dalam social distancing karena banyak pendatang ya Mbak? Tapi semoga tidak seperti di Itali yang demikian besar akibatnya.

          Sehat selalu Mbak bersama keluarga di Jerman.

          Salam,

  5. Di serang Banten sekolah juga sudah diliburkan pak, anak disuruh belajar dari rumah, memang agak susah mengajar anak dari rumah karena maunya bermain melulu.

    Sekarang jumlahnya sudah meledak 450, jumlah meninggal nya juga cukup banyak 38 orang dan seperti nya keadaan ini masih berlanjut.

    Semoga saja tidak seperti di Italia atau Spanyol, tenaga medis kita disini belum cukup banyak untuk menangani keadaan seperti itu, bahkan dokter dan perawat juga ada yang kena virus juga.😭

    1. Sudah sepi juga Mas keadaan sehari-hari mengingat sekolah sudah diliburkan. Mungkin beberapa kantor juga sudah memberlakukan hal yang sama disana.

      Jumlah yang terinfeksi kian mengkhawatirkan nih Mas. Saat menulis balasan komentar ini, kasus positif sudah 514 orang dengan yang meninggal sudah 48 orang. Pertambahan korbannya demikian cepat…

      Saya berharap demikian juga Mas, tidak seperti di Italia atau Spanyol yang disanapun tenaga medisnya sudah kewalahan. Ah tak terbayang kalau terjadi disini, padahal prediksinya…duh…

      Semoga Mas dan keluarga sehat selalu di Banten.

      Salam,

  6. Semoga kita semua dalam keadaan sehat ya Pak. Dan badai wabah virus corona ini cepat berlalu.

    Social distancing ini yang agaknya sulit di masyarakat kita ya Pak Asa. Semua lini diliburkan (sekolah dan tempat kerja). Tapi tetap saja banyak yang bepergian kesana kemari.

    Mungkin kita merasa baik2 saja dengan kondisi tubuh kita yang fit. Tapi kita tidak tau bahwasanya bisa saja kita yang menjadi “carrier” si virus ini ya Pak.

    1. Benar Mas sayapun agak ragu dengan social distancing, ditaati dengan disiplin atau tidak oleh masyarakat luas. Semoga saja kian disadari manfaat social distancing sehinggal masyarakat luas sukarela mentaatinya.

      Demikian juga harapan saya, semoga wabah virus corona ini segera cepat berlalu dan kehidupan kembali normal seperti sedia kala.

      Semoga Mas sehat selalu.

      Salam,

  7. Menurut saya, social distancing yang agak sulit diterapkan di Indonesia, karena tingkat mobilitas orang Indonesia cukup tinggi, belum lagi mereka yang bekerja di lapangan seperti ojek online dan kurir jasa pengiriman cukup banyak, akan sulit untuk stay at home bagi mereka.

    Semoga kita semua dalam keadaan sehat pak, tetap waspada dan jaga kesehatan.

    Salam kami dari Amsterdam

    1. Saya meragukan juga efektivitas gerakan social distancing ini Mas. Kalaupun berjalan, harus dengan upaya besar juga dari pemerintah, seperti saat ini dengan “meliburkan” sekolah. Kalau ke perusahaan2 sepertinya baru himbauan saja. Dan anggota masyarakat, semoga timbul kesadaran tentang manfaat social distancing. Ini juga harus dipromosikan besar-besaran ke tengah masyarakat.

      Semakin hari semakin mengkhawatirkan nih Mas pertambahan positif dan meninggalnya disini.

      Semoga Mas sehat selalu di Amsterdam.

      Salam,

  8. Gerakan social distancing yang ditetapkan, belum terlaksana maksimal.
    Ya bagaimana juga ya kalau sangat terpaksa harus keluar rumah untuk mengurus suatu keperluan atau membeli kebutuhan yang tak tersedia dirumah.
    Mau tak mau setiapkali setelah sampai dirumah, cepat-cepat mencuci tangan sampai bersih.
    Malah saking khawatirnya, wajah juga ikut kami cuci bersih dengan face soap.

    Semoga ya bencana skala international ini cepat segera berakhir.

    1. Barangkali itu salah satu masalah dalam masyarakat kita yang relatif senang berkumpul sehingga social distancing sulit juga dijalankan, padahal sudah diserukan oleh presiden. Tapi semoga saja kedepan semakin disadari oleh masyarakat akan pentingnya social distancing dalam pencegahan penyebaran virus ini.

      Akhirnya keluar rumah untuk keperluan mendesakpun harus benar-benar kita pertimbangkan ya Mas.

      Terima kasih komentarnya, Mas

      Salam,

  9. Sepertinya rata-rata kota besar di Indonesia sudah melakukan sistem belajar dari rumah selama 2 minggu sampai akhir bulan Maret ya, mas. Di Korea sendiri pun sudah mulai belajar dari rumah sejak bulan Februari, dan masih harus berlanjut sampai bulan April nanti. Untungnya memang tahun ajaran baru di Korea itu jatuh di bulan Maret, jadi memang pas pandemik menyebar luas, pas kebetulan anak-anak sedang libur sekolah 😊

    Semoga wabah ini segera berakhir, soalnya di Indonesia agak susah kalau harus lockdown ataupun ditutup semua aksesnya. Kasihan sama orang-orang yang memang mencari uang dari kerja di luar dan nggak bisa dikerjakan dari rumah. Sehat selalu untuk mas dan keluarga. Salam 😄

    1. Betul Mbak belajar di rumah sejak 16/3 sd 29/3. Namun ada kabar beredar bahwa akan terus berlanjut sesuai dengan status bencana nasional yang diperpanjang sd 29 Mei. Entahlah untuk hal ini belum ada kabar resmi.

      Di Korea panjang juga status belajar di rumahnya ya Mbak. Dari Februari sd April, berarti 3 bulan. Bagaimana dengan anjuran lain seperti bekerja di rumah, apakah dianjurkan juga selama 3 bulan Mbak?

      Ya, semoga serangan wabah ini cepat berakhir dan semoga keadaan kembali normal seperti sedia kala.

      Sehat selalu di Korea ya Mbak.

      Salam,

  10. Informasi yg pak Titik sampaikan sangat lengkap. Terima kasih, Pak.

    Dan sekaran perkembangan jumlah terdeteksi Covid19 makin banyak bahkan berlipat. Sdh 48 meninggal, itu info terakhir 1 atau 2 hari lalu ya.

    Jalanan Jakarta hari Minggu 23 Maret juga sangat sepi. Saya keluar karena terpaksa haru mengirim pesanan minuman Jahe, makanya sy terapkan jaga jarak, bawa sanitizer dan tetap memakai masker. Selesai transaksi langsung pulang.

    Sungguh berat cobaan yang sedang melanda dunia inj ya
    ,Pak. Smg makin banyak masyarakat yang feredukasi dan memahami betapa bahayanya apabila kita tidak mengikuti himbauan pemerintah yg memang tidak secara Keras menerapkan LockDown.

    Smg pak kita semua terhindar dari penularan virus ini. Karena kasihan juga orang2 di sekitar kita yg berpotensi tertular juga.

    Maka sy bersyukur perusahaan memberlakukan Work From home.

    Salam dari Depok, Pak titik.

    1. Wah, Jakarta menjadi sepi ya Mas. Berkurang dong ya tingkat kemacetan. Bagus juga Mas dengan tetap menjaga jarak dengan pelanggan, selalu membawa sanitizer dan tetap memakai masker. Upaya-upaya proaktif dan mandiri memang sebaiknya dilakukan sendiri denga penuh kesadaran seperti yang Mas lakukan.

      Semoga Mas dan keluarga selalu dalam keadaan sehat di Depok.

      Terima kasih atas komentar, Mas.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: