Situ Batu Karut: Setelah Puluhan Tahun Tak Mengunjungimu

Jalan kaki saya hari Minggu lalu, 3 Februari 2019, ke Situ Batu Karut lebih ke menelusuri jejak masa lalu, atau katakanlah sebagai suatu perjalanan napak tilas, dibanding hanya gerak badan saja. Bagaimana tidak, pernah sekali berkunjung ke Situ Batu Karut dan itu terjadi di akhir tahun 1970-an saat saya masih duduk di bangku SMP.

Situ (danau, dalam bahasa Indonesia) Batu Karut berada di sebelah timur dari kota Sukabumi, tepatnya di Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Danau yang luasnya sekitar 1 hektar ini mengairi persawahan yang berada di beberapa desa disekitarnya dan mata air Batu Karut juga merupakan salah satu sumber air bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Sukabumi untuk memasok kebutuhan air bagi masyarakat Sukabumi yang menjadi pelanggannya.

Puluhan tahun tak mengunjungi Situ Batu Karut membuat saya benar-benar lupa, tak ada lagi memori tersimpan dalam benak saya, bagaimana cara untuk sampai kesana dengan berjalan kaki.

“Saya harus melewati jalan yang mana, dari jalan raya utama harus berbelok dimana sebelum memasuki jalan yang mengarah langsung ke danau dan berapa jauh jarak untuk mencapainya?”, itulah beberapa pertanyaan yang harus saya temukan jawabannya sebelum memulai langkah kaki menuju Situ Batu Karut.

***

Sepanjang Jalan Menuju Situ Batu Karut

Jam 06.30 saya sudah berada di pertigaan Sukaraja, dari titik ini saya akan memulai jalan kaki menuju Situ Batu Karut. Untuk memudahkan perjalanan, saya memutuskan akan mengikuti petunjuk jalan yang saya peroleh informasinya dari Google Maps.

Petunjuk arah dari Google Maps

Menurut informasi Goggle Maps, ada 2 alternatif jalan yang dapat ditempuh untuk sampai ke Situ Batu Karut. Saya memilih alternatif dengan jarak ke Situ Batu Karut dari titik saya berada sejauh 5,0 km dengan lama berjalan 1 jam 10 menit.

Jalan yang yang harus ditempuh yaitu  pertama-tama menyusuri jalan raya arah ke Bandung sejauh 3,6 km, kemudian belok kiri keluar dari jalan raya dan menyusuri jalan sejauh 1,4 km lagi untuk sampai di Situ Batu Karut.

Dan, mulailah saya berjalan kaki menyusuri jalan raya arah ke Bandung. Untungnya kondisi jalan tidak begitu ramai, mungkin karena ini hari Minggu dan masih pagi. Kondisi jalan yang dominan menanjak membuat irama berjalan saya tidak konstan. Kadang cepat, kadang juga diperlambat untuk mengimbangi napas yang terasa sesak.

Saya keluar dari jalan raya pada km ke-3,6 untuk kemudian belok kiri dan memasuki jalan yang langsung menuju Situ Batu Karut. Kondisi jalan ini tetap menanjak malah rasanya lebih menanjak dibanding dengan jalan raya tadi. Jalan ini cukup sepi karena jarang sekali dilewati kendaraan sehingga minim polusi. Disamping itu sepanjang jalan udara terasa sejuk luar biasa karena di pinggir jalan masih banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang.

Keletihan saya berjalan tergantikan oleh pemandangan indah yang saya nikmati di sepanjang perjalanan. Persawahan yang luas, udara yang sejuk, langit yang terlihat biru dan cerah dengan Gunung Gede terlihat jelas sungguh merupakan bonus yang luar biasa pagi ini.

Dalam perjalanan menuju Situ Batu Karut

Jam 08.20 sampailah saya di Situ Batu Karut. Berarti perjalanan saya memerlukan waktu selama 1 jam 50 menit – mengingat tadi memulai langkah dari Sukaraja jam 06.30 – termasuk waktu yang dipakai untuk istirahat dalam perjalanan.

Menurut rekaman aplikasi Pedometer, saya telah melangkah sebanyak 7.243 langkah dengan jarak yang ditempuh sejauh 4,93 km dan waktu berjalan (tidak termasuk istirahat dalam perjalanan) selama 1 jam 15 menit. Informasi ini tidak jauh berbeda dengan informasi yang saya peroleh dari Google Maps yang menjadi acuan jalan kaki saya pagi ini.

Menikmati Keindahan Situ Batu Karut

Memasuki kawasan Situ Batu Karut benar-benar membuat saya pangling. Keadaan sangat jauh berbeda dengan puluhan tahun lalu yang samar-samar masih saya ingat. Kini sudah banyak rumah penduduk di sekitar danau dan ada warung-warung juga.

Rimbun hijau dedaunan dari barisan pepohonan yang mengelilingi hampir setengah danau dan cuaca pagi yang cerah dengan langit yang biru dan awan putih membuat Gunung Gede jelas terlihat, membuat semakin indah suasana pagi. Bahkan pada permukaan air danau, disana tampak jelas bayangan hijau dedaunan, bayangan Gunung Gede dan bayangan awan putih.

Pada salah satu sisi danau, terdapat area yang cukup luas dengan beberapa pohon besar berdiri disana.

Duduk-duduk dibawah pohon, sambil memandang danau dan melepaskan perhatian ke sekeliling danau yang masih asri, membuat saya betah dan ingin berlama-lama menikmati keindahan dan menghirup udara segar.

Pada bagian lain danau, terdapat semacam bak air yang merupakan area tangkapan air dimana airnya ini berhulu di Gunung Gede Pangrango. Terdapat 7 pancuran untuk mengalirkan air keluar dari bak air tersebut. Dulu, saya sempat mengguyur badan disana. Airnya jernih dan terasa dingin.

Suasana di area 7 pancuran masih seperti yang saya ingat. Beberapa anak mandi mencemplungkan badan di bak, beberapa mandi dengan air yang mengalir dari pancuran. Sayang sekali area ini sepertinya tak terawat dengan baik. Saya melihat lantai dibawah pancuran pecah sangat parah, namun seperti dibiarkan demikian saja.

Mandi di Pancuran 7

Aliran air dari pancuran melewati semacam kolam kecil sebelum dialirkan ke danau. Kolam ini tak terlalu dalam mungkin sekitar 50 cm saja kedalamannya, sehingga tak heran bila di kolam ini terlihat beberapa anak yang kedinginan entah setelah berapa lama mereka berendam disana.

Berendam di kolam dengan air yang jernih dan dingin

Ah, sayang saya tidak membawa pakaian ganti, padahal ingin sekali mengulang apa yang dulu pernah saya lakukan disini, mandi mengguyur badan dengan air pancuran dan berendam di kolam kecil yang berair jernih dan dingin.

***

Kecantikan dan keindahan alam Situ Batu Karut sepertinya belum menarik minat pemerintah daerah untuk mengembangkan area ini sebagai kawasan wisata. Padahal, saya pikir, Situ Batu Karut menyimpan potensi wisata yang besar.

Semoga pada tahun-tahun kedepan, Situ Batu Karut akan mendapat perhatian lebih dan dijadikan salah satu sasaran dan prioritas pengembangan kawasan wisata oleh pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi.

Semoga…

Sukabumi, 8 Februari 2019

Iklan

24 respons untuk ‘Situ Batu Karut: Setelah Puluhan Tahun Tak Mengunjungimu

Add yours

    1. Iya Mbak, saya rutin jalan kaki harian dan kalau akhir pekan saya tambah porsi jalan kaki-nya. Sama awalnya saya mengalami juga kram di kaki, tapi sekarang hanya napas saja yang sesak.

      Salam,

  1. waaah… iri banget dengan pemandangannya deh… Enak sekali bisa jalan kaki di sekitar rumah dengan pemandangan gunung-gunung cantik, mengunjungi danau yang keren. Semoga tempat ini bisa dipelihara dengan lebih baik lagi dan bisa jadi tempat wisata yang seharusnya. Sayang juga kalau tidak dijual ya…

    1. Ada rasa sedih juga Mbak melihat danau ini belum dirawat dengan baik seperti contohnya lantai yang pecah di pancuran 7 itu. Saya berharap daerah ini kedepan diarahkan menjadi tempat wisata disamping tempat wisata lain yang justru belakangan ini sudah dikembangkan, dipromosikan dan menjadi kawasan wisata mainstream.

      Salam,

    1. Wah betul tuh Kang, sepertinya keren berfoto saat sunrise disini.
      Hayu atuh Kang berfoto disini dan dipromosikan lewat sosmed biar Situ Batu Karut tidak sekadar menjadi tempat wisata anti mainstream…

      Salam.

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: