Jazztice: Embrio Pergelaran Jazz yang Menjanjikan dari Universitas Suryakancana, Cianjur

Terus terang terkejut juga ketika mendapat informasi adanya geliat jazz yang semakin bergairah di Cianjur. Mulai dari telah tumbuhnya komunitas jazz sampai dengan telah digelarnya beberapa kali festival dengan format street jazz. Sepertinya saya tertinggal dengan informasi ini, namun akhirnya saya dapat juga hadir pada satu pergelarannya yang bernama Jazztice.

Jazztice, kependekan dari Jazz for Justice, merupakan pergelaran jazz yang digagas dan digarap oleh UKM Seni Musik Fakultas Hukum Universitas Suryakancana, Cianjur. Pergelaran dengan tagline “merawat kesetaraan, merayakan keberagaman” pelaksanaannya bekerja sama dengan Cianjur Jazz Communityyang telah beberapa kali sukses menggelar Cianjur Street Jazz Festival – dan dilangsungkan di Hutan Kota Universitas Suryakancana pada hari Rabu, 20 Desember 2017, mulai dari jam 11.00 hingga jam 17.00.

Melihat line up penampil yang bakal meramaikan, namun rata-rata belum saya kenal, tidak menyurutkan hati saya untuk menghadirinya. Bagi saya hal ini justru menjadi semacam magnet untuk hadir dan menyimak penampilannya di pentas Jazztice.

***

Bila tidak ada Jazztice rasanya hampir tidak mungkin saya berkunjung ke Universitas Suryakancana, demikian pikiran saya ketika sampai di gerbang kampusnya.

Memasuki area kampus, saya melihat lingkungan kampus yang asri, tertata baik dan keramah-tamahan orang-orang yang saya temui disana. Selain itu yang sungguh membuat saya terpesona, ternyata di dalam area kampus terdapat area yang luas yang disebut sebagai hutan kota Cianjur.

Melewati gerbang bertuliskan Hutan Kota Cianjur, dengan banner Jazztice yang telah terpasang, saya berada di area hutan kota. Pepohonan meninggi memenuhi area dengan di bagian belakang pojok terdapat beberapa tempat duduk yang disusun berjejer dan beratap. Suasana nyaman dan sejuk saya rasakan. Sejuk yang bahkan mendekati dingin, karena hujan yang mengguyur sejak pagi.

Di bagian pojok yang cukup luas terbuka dan berlantai paving block, telah disiapkan beberapa alat musik. Tidak ada panggung yang disiapkan, alat-alat musik diletakkan langsung diatas lantai.

Area pergelaran Jazztice

Beberapa payung dengan warna mencolok tergantung tinggi. Payung-payung ini hanya sebagai hiasan saja yang tidak ditujukan sebagai atap penahan curahan hujan. Sedangkan di bagian depan menghadap ke alat-alat musik, telah disiapkan beberapa kotak kayu untuk tempat duduk.

Sederhana sekali penataan “panggung” ini. Walau demikian, segi artistik tampaknya sangat diperhatikan dalam penataan area untuk penampilan nanti.

Di area ini saya berkenalan dengan Dr. Yudi Junadi. Selain dosen pada Fakultas Hukum Universitas Suryakancana, ia juga pembina UKM Seni Musik pada fakultasnya. Patut dicatat juga peranannya sebagai tokoh penting pada Cianjur Jazz Community.

Disela kesibukannya mempersiapkan pergelaran, kang Yudi – demikian akhirnya saya memanggil Dr. Yudi Junadi, moga ia berkenan – masih sempat meluangkan waktu untuk berbincang dan menerangkan beberapa hal mengenai pergelaran ini kepada saya.

Saya dan Dr. Yudi Junadi – tokoh utama dibalik Jazztice dan Cianjur Jazz Community

Pergelaran Jazztice ini kurang lebih bertujuan untuk menampilkan potensi bermusik kawula muda di wilayah Cianjur. Karenanya akan ditampilkan band-band dari beberapa SMA, band-band yang tumbuh di berbagai fakultas di lingkungan Universitas Suryakancana dan band-band dari komunitas jazz Cianjur. Selain itu akan hadir juga bintang tamu – Nayra Dharma, putri dari Pra B. Dharma, pemain bass pada fusion band Krakatau  – dari Bandung. Ditengah pergelaran juga akan tampil tarian bernuansa etnik persembahan dari Wina Rezky Agustina. Demikian yang dapat saya simpulkan dari perbincangan dengan kang Yudi.

Pergelaran ini juga sebagai pemanasan bagi komunitas jazz Cianjur menuju pergelaran jazz berskala nasional yang akan digelar di area situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur  – sementara sebut saja Gunung Padang Jazz Festival – yang akan dilaksanakan pada tahun depan”, kang Yudi menambahkan.

Sebagai pencinta jazz, saya sangat terkesan dengan apa yang disampaikan kang Yudi terutama tentang festival jazz yang akan digelar di Gunung Padang.

Seperti diketahui, di Gunung Padang terdapat situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum. Tentunya festival jazz yang digelar disana akan menjadi festival jazz yang unik dan menjadi daya tarik wisata. Semoga Gunung Padang Jazz Festival terlaksana pada waktunya nanti.

Jazztice resmi digelar dengan didahului kata sambutan yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Suryakancana dan kata sambutan dari yang mewakili pemerintah daerah Cianjur. Makna tersirat dari kata sambutan ini tak lain adalah adanya dukungan yang kuat bagi pergelaran jazz ini baik dari fihak universitas maupun dari pemerintah daerah.

Penampilan Band-band Pelajar SMA

Ada 3 band yang berasal dari SMA di kawasan Cianjur, mereka adalah Orion, Kresnaku dan Bluenot. Mereka masing-masing menampilkan 2 lagu.

Saya tidak tahu sudah berapa lama mereka bermain band, namun yang mereka sajikan sudah terasa nyaman di telinga. Secara sederhana hal ini menunjukkan kemampuan bermain musik mereka yang sudah baik.

Mengalunlah dari olahan musik mereka, yang disana-sini terdengar sentuhan fusion, lagu-lagu mulai dari lagu pop sunda klasik, Mojang Priangan, sampai dengan lagu dangdut koplo yang populer, Jaran Goyang.

Kresnaku dengan Mojang Priangan

Penampilan Band-band Kampus

Ternyata Universitas Suryakancana menyimpan potensi musik yang besar, terbukti dengan tampilnya 5 band pada pergelaran ini yang berasal dari berbagai fakultasnya. Setiap band mengusung genre musik yang berbeda.

Sangat disayangkan, setiap band hanya dapat menyuguhkan satu lagu saja. Hal ini terasa menyulitkan bagi saya untuk mengenal lebih jauh karakter musik yang mereka mainkan. Keputusan satu band satu lagu ini diambil sebagai imbas dari pergelaran yang beberapa kali terhenti karena guyuran hujan.

Kelima band yang tampil mulai dari The Pill and the Remedy yang mengusung genre musik blues, Confusa yang menyuguhkan fusion yang cukup nge-beat, Dubs and the Navy Family menampilkan musik dengan sentuhan rock, Senandung Monica yang menyuguhkan pop kreatif dan terakhir Ruang Harmoni yang cukup menarik dengan sajiannya yang mengandung sentuhan folk.

Suasana rileks saat menyimak Ruang Harmoni

Rata-rata band-band kampus ini personilnya sudah piawai bermain musik. Namun, seperti yang saya bilang diatas, karena keterbatasan waktu memaksa mereka untuk hanya menampilkan satu lagu saja, membuat sulit bagi saya untuk menilai dimana kekuatan dari setiap band ini.

Saya pribadi cukup terpesona dengan penampilan Confusa yang bermain fusionmungkin penilaian ini karena saya terbiasa mendengar jenis musik ini – dan menyajikan lagu berjudul Gelora Asmara yang pernah dipopulerkan oleh Derby Romero.

Tempo irama yang cepat berpadu dengan gaya bernyanyi yang lincah dari vokalisnya, membuat penampilan mereka menawan untuk disimak.

Confusa dengan Gelora Asmara

Penampilan Tarian Bernuansa Etnik

Tarian bernuansa etnik disuguhkan dengan memikat oleh penari bernama Wina Rezky Agustina. Dengan berbusana dominan dengan warna putih – hitam, Wina menari dengan indahnya. Tarian yang disampaikan berjudul Puisi Tubuh.

Walau saya kurang paham akan makna yang disampaikan oleh tarian ini, namun gerakan-gerakannya yang kadang dinamis dan kadang gemulai menyita perhatian saya untuk fokus pada tariannya.

Satu catatan, Wina menari dengan tanpa terganggu oleh basah dan sedikit berlumpurnya lantai karena curahan hujan, padahal Wina menari dengan tanpa mengenakan alas kaki.

Wina Rezky Agustina dengan Puisi Tubuh

Penampilan Band-band Komunitas

Ada dua band yang mewakili komunitas, yaitu Ega & My Imagination dan Nayena.

Ega & My Imagination tampil trio, dengan pemain gitar akustik – yang merangkap juga sebagai vokalis – pemain bass dan pemain drums. Dari band yang berformat minimalis ini tersaji suguhan musik yang energik dan harmonis.

Kekuatan Ega & My Imagination selain terletak pada kemampuan setiap personil dalam memainkan musik juga pada keberanian mereka menggarap lagu-lagu tradisional Sunda.

Lagu-lagu tradisional Sunda – mereka menyajikan lagu Eundeuk-eundeukan dan Oray-orayan pada penampilannya ini – mereka bongkar dan garap dengan memberikan sentuhan fusion yang pekat pada aransemennya dan mereka sajikan dengan cara yang akrab dan komunikatif kepada khalayak penonton. Sangat menarik.

Ega & My Imagination

Nayena tampil dengan formasi yang cukup lengkap. Ada vokalis, pemain gitar akustik, pemain trompet, pemain bass akustik dan pemain drums. Band indie dari Cianjur ini unik dengan konsep menulis lagu berdasarkan karya buku.

Dua lagu disajikan Nayena pada pergelaran ini. Lagu pertama, berbahasa Prancis, sayangnya saya tidak tahu apa judul lagu ini, disuguhkan dengan irama swing yang cukup memikat.

Nayena

Lagu kedua yang disajikan berjudul Copy Paste. Lagu yang ditulis berdasarkan buku Diet Stalking karya Anis Sayidah dibuka dengan tiupan terompet dan petikan gitar akustik sebelum memasuki lirik lagu yang dibawakan dengan vokal yang lembut. Sentuhan swing pada lagu ini cukup membuai penonton yang hadir untuk hening menyimak Copy Paste hingga usai.

Penampilan Nayra Dharma: Sings and Plays

Dengan mengenakan t-shirt berwarna orange dan syal berwarna coklat muda, Nayra Dharma tampil sebagai bintang tamu.

Nayra tampil solo dengan dua gitar yang digunakan secara bergantian, satu gitar berwarna coklat dan satu lagi berwarna putih. Tidak hanya membawakan lagu secara instrumental, Nayra juga bernyanyi pada beberapa lagu.

Dengan mempersembahkan 5 lagu, Nayra memulai penampilannya dengan membawakan komposisi berjudul B Flat Blues yang pernah dimainkan oleh gitaris jazz Emily Remler. Komposisi yang disampaikan secara instrumental ini belum mendapat sambutan hangat dari penonton yang hadir.

Sambutan penonton terasa mulai meriah saat Nayra membawakan lagu kedua berjudul Dekat di Hati. Lagu yang dipopulerkan oleh RAN dinyanyikan dengan cukup baik oleh Nayla dengan menyelipkan melodi yang manis dipertengahan lagu. Sayangnya Nayla tidak dapat bernyanyi dengan optimal sehubungan dengan gangguan kesehatan yang berakibat buruk pada kualitas vokalnya.

Lagu ketiga, dibawakan tanpa vokal, berjudul You Are the Sunshine of My Life. Lagu ini memang pernah dibawakan secara solo guitar oleh Joe Pass dan Nayra sendiri mengakui bila permainan gitar Joe Pass ini sangat berpengaruh kepada gayanya bermain gitar.

Nayra Dharma: Sings and Plays

Waltz for Debby ditampilkan oleh Nayra sebagai penampilannya yang keempat. Nayra berkata bahwa lagu yang pernah dibawakan oleh pianis jazz Bill Evans secara instrumental akan dibawakannya sambil bernyanyi.

Bagi saya ini penampilan Nayra yang sangat mengesankan. Lagu bertempo lambat dan romantis ini rasanya pas sekali dibawakan pada suasana sejuk, dibawah rimbun pepohonan dengan angin lembut yang sesekali bertiup.

Selain suasana yang sangat mendukung untuk menyuguhkan lagu Waltz for Debby – dan Nayra membawakan lagu ini dengan penuh penghayatan – bagi saya ini salah satu lagu jazz yang akrab di telinga, karena saya sering memutarnya dan memiliki albumnya.

Lagu yang dirilis pada tahun 1962 oleh Bill Evans Trio ini terdapat dalam album berjudul Waltz for Debby. Selain lagu Waltz for Debby, pada album ini juga terdapat lagu jazz standar lainnya seperti My Foolish Heart dan My Romance. Album Waltz for Debby ini merupakan salah satu album terbaik dari Bill Evans.

Lagu kelima yang Nayra sampaikan, berjudul Four, mengakhiri sesi Sings and Plays-nya Nayra dan sekaligus menutup pentas Jazztice.

***

Bagi saya, pergelaran Jazztice ini bagaikan sebuah etalase. Etalase yang memajang banyak talenta dan potensi bermusik kawula muda Cianjur baik dari kalangan pelajar SMA, mahasiswa Universitas Suryakancana maupun dari komunitas jazz Cianjur. Luar biasa besar potensi bermusik yang saya temui di Jazztice ini.

Jazztice bagaikan etalase yang memajang banyak talenta dan potensi bermusik kawula muda Cianjur…

Walau ditampilkan dengan sederhana, bagi saya Jazztice telah memberikan kesan mendalam. Saya berharap Jazztice berkelanjutan dengan pergelaran tahunan. Dukungan yang kuat baik dari fihak universitas maupun fihak pemerintah daerah, prasarana area pergelaran yang sudah ada dalam bentuk hutan kota, sumber daya – salah satunya dari Cianjur Jazz Community – sudah juga tersedia; merupakan faktor-faktor yang menunjang Jazztice menjadi event tahunan.

Tak salah bila digarap dengan lebih baik lagi, Jazztice akan menjadi salah satu festival jazz yang digelar di kampus yang sejajar dengan festival jazz JGTC di UI, Kampoeng Jazz di Unpad maupun Economics Jazz di UGM.

Sebagai pencinta jazz – sementara saya menyimpulkan dan bolehlah berharap – bahwa mulai tahun depan akan ada dua event festival jazz besar yang akan digelar di Cianjur yaitu Jazztice seri ke-2 dan Gunung Padang Jazz Festival.

Terakhir, selamat atas terlaksananya Jazztice. Bagi saya Jazztice merupakan embrio pergelaran jazz yang menjanjikan…

Sukabumi, 23 Desember 2017

Catatan :

  • Terima kasih kepada Bpk. Dr. Yudi Junadi, atas waktu yang diluangkan ditengah kesibukannya memastikan pergelaran berlangsung dengan baik dan lancar, untuk berbincang dengan saya.
  • Terima kasih juga kepada Bpk. Asep Hasanudin, SH, MH, dosen Fakultas Hukum Universitas Suryakancana, yang berkenan menerima saya di ruang meeting, menyuguhkan secangkir kopi hangat dan berbincang sekitar dunia pendidikan dan dunia industri.

Galeri Fotoklik foto untuk memperbesar tampilan.

Iklan

12 respons untuk ‘Jazztice: Embrio Pergelaran Jazz yang Menjanjikan dari Universitas Suryakancana, Cianjur

Add yours

  1. waseek ini nih yang konsisten menulis Jazz, mantap Pak. Oia, apa karena saya yang ketinggalan karena sudah ada di blog ini atau belum, kalau bisa Pak buat ya semacam postingan pengenan jenis-jenis aliran Jazz, kayak Blues, Swing DLL biar saya tahu juga gitu oooh begini gitu…

    1. Ah ini hanya satu-satunya hobi yg tetap saya lakukan saat ini, nonton jazz dimanapun yg lokasinya dapat saya capai, jadilah seolah saya konsisten menulis ttg jazz.

      Ada kepikiran nulis semacam aliran-aliran dlm jazz, tapi belum dulu Mas. Mungkin tahun depan akan terlebih dahulu menulis lebih banyak ttg album-album jazz dari musisi-musisi jazz tanah air.

      Salam,

    1. Betul Mas, penataan area “panggung” nya demikian sederhana, tp artistik.
      Sepertinya Cianjur sedang bergeliat dlm berbagai bidang, pentas jazz salah satunya…

      Salam,

  2. Justru karena belum kenal dengan nama-namanya malah makin penasaran, ya 🙂 Aku suka dengan “panggung”nya karena lebih akrab dengan audiences jadinya 🙂

    1. Betul mbak, penasaran kalau melihat ada penampil yg belum dikenal.
      “Panggung”nya sangat sederhana. Jarak yg gak jauh dg penonton membuat akrab antara penampil dan penonton.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: