Pesona Cinta: Mini Album Jazz yang Istimewa

Bagi pencinta musik jazz, kehadiran album baru bertema jazz selalu menjadi hal yang menarik. Satu sebabnya karena rilisan album baru bertema jazz sangat jarang, boleh dibilang tidak setiap bulan muncul album baru. Sebab lainnya, bagi pencinta musik jazz, tentu akan selalu merasa haus untuk mengeksplorasi karya-karya baru dari musisi-musisi jazz, apalagi hasil kreasi musisi-musisi jazz tanah air.

Kehadiran mini album jazz bertajuk Pesona Cinta tentu saja merupakan fenomena menarik dan menjadi momen yang tak bisa dilewatkan begitu saja.

Walau agak telat saya mendapat informasi tentang mini album ini – Pesona Cinta di launch awal Januari 2017, saya baru mengetahui dan memiliki CD albumnya pada November 2017 – namun tak ada salahnya bila saya menuliskan kesan-kesan dan tinjauan mengenai mini album ini.

***

Saya pribadi menggambarkan mini album jazz Pesona Cinta ini sebagai album jazz yang istimewa. Menurut penilaian saya, setidaknya ada dua keistimewaan Pesona Cinta,

  1. Pesona Cinta hasil karya dari seorang pencinta jazz yang notabene profesi utamanya bukan sebagai musisi jazz.
  2. Pesona Cinta melibatkan dua vokalis jazz senior yaitu Rien Djamain dan Cici Sumiati.

Keistimewaan Pertama

Adalah Bayu Wargo, komposer lagu-lagu dalam album Pesona Cinta. Ia mengaku mulai instens mendengarkan musik sejak SMP melalui radio pertama yang dimilikinya dan sejak itu ia mulai jatuh cinta kepada musik jazz yang sering didengarnya. Hal itu terjadi di tahun 80-an – yang boleh dibilang masa booming musik jazz di tanah air – sehingga tak heran bila ia menyukai lagu-lagu jazz, antara lain dari Sarah Vaughn dan Candra Darusman.

Bayu Wargo, pencinta jazz sejati

Kecintaannya kepada musik jazz dan kemampuannya memainkan keyboard dan gitar yang dipelajarinya secara otodidak, membangkitkan dorongan untuk membentuk band bersama beberapa temannya saat ia duduk di bangku SMA. Band bentukannya ini selalu memainkan musik genre jazz, dengan stressing pada jazz yang easy listening.

Walaupun kini ia berprofesi sebagai arsitek, namun jazz tetap dan selalu menjadi bagian dalam kesehariannya. Menjadi catatan yang menarik juga bahwa semua yang ia lakukan terhadap musik jazz, hingga membangun studio band yang diberi nama Dewe Studio dan berhasil merilis mini album Pesona Cinta, semata digerakkan oleh hobi dan kecintaannya kepada jazz.

Keistimewaan Kedua

Pada mini album Pesona Cinta ini ada dua vokalis jazz senior yang sudah lama namanya tak terdengar di belantika musik jazz tanah air yang dilibatkan. Mereka adalah Rien Djamain dan Cici Sumiati.

Kaset Rien Djamain dan Cici Sumiati yang tetap tersimpan dalam koleksi saya

Di awal tahun 80-an saya masih sering mendengar lagu-lagu jazz Rien Djamain diputar di stasiun-stasiun radio. Salah satu lagu yang paling sering diputar berjudul Api Asmara. Saat itu saya belum tahu kalau Api Asmara direkam pada tahun 1975 bersama Jack Lesmana Combo.

Siapa yang tak kenal dengan Jack Lesmana, musisi jazz senior, yang bersama grupnya The Indonesian All Stars pada tahun 1967 mengguncang panggung Berlin Jazz Festival dan disana juga merilis album jazz fenomenal berjudul Djanger Bali.

Tahun 1986 Rien Djamain comeback dengan merilis album berjudul Kucoba Lagi. Album yang dominan dengan lagu-lagu berirama bossa ini penataan musiknya ditangani oleh pemain saksofon Udin Zach dengan menggandeng musisi jazz terkenal saat itu, Kiboud Maulana (gitar), bintang tamu Abadi Soesman (keyboard) dan Oele Pattiselanno (gitar).

Rien Djamain – Kucoba Lagi (1986)

Cici Sumiati memulai debutnya di awal tahun 1986 dengan merilis album berjudul Hanya Untukmu. Cici Sumiati tampil ke kancah persaingan musik jazz saat publik pencinta musik jazz dikuasai oleh vokalis jazz wanita Ermy Kullit. Sebagai catatan, pada tahun 1986 Ermy Kullit merilis album ketiganya yang sukses besar merebut perhatian pubilk dengan lagu andalannya berjudul Kasih.

Berbeda dengan Ermy Kullit, Cici Sumiati mencitrakan gaya berbeda baik dalam karakter vokal maupun dalam penampilannya. Dalam hal penampilan, sepertinya Cici Sumiati ingin menonjolkan citra remaja yang bernyanyi jazz. Selain itu, genre jazz yang diusung kedua penyanyi ini memang berbeda, Ermy Kullit lebih cenderung ke bossa sedangkan Cici Sumiati lebih ke fusion.

Lihat bagaimana citra remaja ditampilkan oleh Cici Sumiati pada cover kaset Hanya Untukmu.

Cici Sumiati – Hanya Untukmu (1986)

Di akhir tahun 1986, kembali Cici Sumiati merilis album berjudul Gejolak Cinta. Walaupun penata musiknya tetap sama, yaitu Christ Kayhatu, namun saya menangkap ada perubahan besar pada album Gejolak Cinta. Selain citra Cici Sumiati yang berubah, yang tidak lagi se-remaja pada album sebelumnya, vokal Cici Sumiati juga terasa menjadi lebih lembut.

Lembut dan romantis, mungkin itu pesan dari album Gejolak Cinta seperti dicitrakan dari cover kasetnya.

Cici Sumiati – Gejolak Cinta (1986)

Walaupun Cici Sumiati kembali merilis album pada tahun 1993, namun yang tetap melekat di hati saya tetap dua albumnya yang dirilis pada tahun 1986 itu. Bagi saya dua album itu cukup menggambarkan pencarian jati diri Cici Sumiati dalam karir musiknya dan menjadi bagian dari khazanah musik jazz tanah air.

Mini Album Pesona Cinta

Mini album Pesona Cinta menyajikan 5 lagu ciptaan Bayu Wargo. Dari keseluruhan lagu-lagu ciptaannya – ada sekitar 12 lagu – dipilih 5 lagu yang menggambarkan satu tema dan rangkaian cerita. Cerita yang terinspirasi dari acara reuni alumni sekolah setelah sekian lama berpisah.

CD Mini Album Pesona Cinta (2016)

Dalam email-nya kepada saya, secara ringkas Bayu Wargo menjelaskan proses penciptaan 5 lagu yang terdapat dalam Pesona Cinta, “Lagu Desember saya ciptakan saat perpisahan SMP tahun 1982, Asa – 2002, Kawan – 2014, Peluk Diriku – 2015 dan lagu Maafkan diciptakan pada tahun 2016 awal.

Liner notes mini album Pesona Cinta

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa track demi track urutan lagu disusun berdasar alur cerita yang terjadi saat berlangsung acara reuni, ”Saat reuni, bertemu banyak teman lama (Kawan – track #1); Bertemu teman lama, banyak kenangan lama kembali muncul dalam ingatan ( Desember – track #2); Bahkan bertemu kekasih lama  (Asa – track #3); Lebih jauh merasuk lagi sampai berharap selalu bertemu kekasih lama, walaupun hanya dalam mimpi (Peluk Diriku – track #4); Terakhir, saat berakhirnya acara reuni, terucap kata maaf kepada kekasih lama – sang mantan – karena harus pergi meninggalkan dengan tanpa membawa cintanya (Maafkan – track #5).”

Liner notes mini album Pesona Cinta

Penata musik Pesona Cinta dipercayakan kepada musisi jazz muda, seorang gitaris, Kadek Rihardika. Kadek berhasil menerjemahkan ide, suasana dan pesan-pesan yang terdapat dalam setiap lagu kedalam aransemen dengan nuansa jazz yang berbeda dari kelima lagu tersebut. Sebagai catatan, Kadek Rihardika bersama grup bandnya, Fusion Stuff, telah merilis album berjudul The Battle tahun 2013.

Musisi lain yang terlibat yaitu Eddy Syakroni (drums), Ahot Fenderico (bass), Maliki Mahmood (keyboard, Eugene Bounty (clarinet), Disto (perkusi), Roy Frazz dan Cindy (brass sax) dan Seche Scherazade (backing vocal). Patut dicatat juga kehadiran musisi jazz senior Oele Pattiselanno (gitar) sebagai guest player.

Melalui pemilihan yang selektif, terpilih lima vokalis yang masing-masing akan membawakan satu lagu, dengan komposisi tiga vokalis muda – Reza the Groove, Netta Kusumah Dewi dan Wita Wibisono – dan dua vokalis jazz senior – Rien Djamain dan Cici Sumiati.

Melibatkan para senior jazz adalah keinginan saya”, ungkap Bayu Wargo. Ia menambahkan tentang pemilihan vokalis jazz senior tersebut, “selain sesuai dengan karakter lagu saya dan mendukung suasana lagu tersebut,  juga ingin membuktikan apakah penyanyi lama dengan lagu baru masih dapat diterima oleh publik pencinta musik…”.

Pernyataan Bayu Wargo diatas membalik paradigma yang selama ini ada dan berlaku dalam industri musik yaitu penyanyi baru atau penyanyi muda menyanyikan lagu-lagu lawas. Dengan membalik paradigma ini ia berharap penyanyi senior kembali dilirik, kembali didengar dan kembali exists pada kancah belantika musik.

Launching Pesona Cinta, January 2017 | sumber : dewestudio.com

Mini album Pesona Cinta dirilis jauh dari pemikiran komersial, artinya segi keberhasilan secara komerisial bukan menjadi tujuan. Pesona Cinta hanyalah suatu bentuk perwujudan atas kecintaannya kepada musik jazz.

Diterima dengan baik oleh pendengar saja sudah menjadi kebahagiaan”, demikian Bayu Wargo menegaskan.

Track demi Track Pesona Cinta

Track #1, Kawan – Reza The Groove

Lagu ini menggambarkan perjumpaan kembali dengan kawan-kawan lama dalam satu acara reuni. Sekian lama tak jumpa, tentulah ada tawa, bahagia dan sejenak mengenang saat muda yang penuh semangat dan gairah.

Dibuka dengan alunan brass sax, musik mengalir dengan tempo cepat. Disepanjang lagu ini terasa sentuhan bebop yang kental, yang sangat pas dengan nuansa kegembiraan saat perjumpaan tersebut. Dipertengahan lagu telinga seakan dimanjakan dengan melodi dari ketukan piano. Paduan antara vokal Reza dengan irama bertempo cepat menambah kian asiknya menyimak lagu ini.

Track #2, Desember – Cici Sumiati

Indahnya jatuh cinta dan kenangannya yang tak akan pudar tergambar dalam lagu Desember ini. Kenangan indah di bulan Desember yang terjadi sekian tahun lalu, tiba-tiba muncul saat bertemu kembali dengan sosok yang dahulu telah merebut hati. Hal yang biasa terjadi sebagai efek dari suatu reuni.

Lagu yang aransemen musiknya kental dengan fusion era 80-an ini, dengan hiasan suara tiupan clarinet yang seakan menari-nari, dibawakan dengan cantik oleh Cici Sumiati. Menyimak lagu ini seakan kembali menjelma Cici Sumiati yang saya kenal karakter vokal dan gaya bernyanyinya lewat lagu-lagunya di tahun 1986.

Desember,
saat kita bertemu,
dalam kisah asmara…

Track #3, Asa – Netta Kusumah Dewi

Bertahun ku menunggu,
jumpa dirimu,
hingga dirimu,
 kini jadi miliknya…

Dan, bagaimana rasanya ketika pertemuan yang bertahun-tahun ditunggu akhirnya terjadi juga pada acara reuni?

Lagu Asa menggambarkan gejolak perasaan saat perjumpaan kembali. Walau masing-masing menyadari kini tidak saling memiliki tapi tetap ada benang merah yang menyambungkan dua hati yang terpisah.

Lagu ini dibuka dengan petikan gitar akustik yang manis. Petikan gitar akustik ini menghiasi sepanjang lagu dengan dibagian pertengahan lebih menonjol dengan solo melodinya. Efek romantis lagu ini lebih terasa dengan irama bossa yang membalutnya.

Track #4, Peluk Diriku – Rien Djamain

Tak dipungkiri, ada rasa bahagia saat bertemu kembali dengan seseorang yang pernah singgah dihati. Jantung yang berdegup kencang dan keinginan untuk selalu bertemu tentulah tak terhindarkan. Biarlah bila pertemuan itu hanya terjadi dalam mimpi, karena masing-masing terpisahkan. Begitu kurang lebih pesan yang ingin disampaikan oleh lagu Peluk Diriku ini.

Lagu ini dikemas dengan gaya fusion dengan gebukan drums yang kuat disepanjang lagu. Gebukan drums yang kuat ini bagai menggambarkan degup jantung yang kencang saat pertemuan itu terjadi.

Vokal Rien Djamain yang seakan menjerit pedih pada bagian reffrain, menyatakan satu keinginan kuat untuk selalu bertemu walau sebatas hanya dalam mimpi.

Peluk diriku dalam mimpimu,
lepaskan rindu asmara.
jagalah rasa antara kita,
semoga bahagia abadi.

Menyimak lagu Peluk Diriku ini mau tidak mau akan timbul rasa kagum kepada Rien Djamain mengingat vokalnya yang tetap prima di 60 tahun usianya.

Track #5, Maafkan – Wita Wibisono

Lagu itu seakan anti-klimaks dari lagu-lagu sebelumnya. Setelah dibuka dengan kegembiraan bertemu kawan-kawan lama, bertemu dengan seseorang yang pernah singgah di hati namun kenyataannya kini terpisahkan, keinginan untuk selalu dapat berjumpa walau hanya dalam mimpi dan akhirnya benar-benar harus berpisah saat acara reuni berakhir.

Akhirnya, memang hanya kata maaf yang terucapkan,

Maafkan aku kini telah pergi,
Bawa kisah tanpa cintamu,
Maafkanlah aku…

Gaya waltz yang bertempo lambat dan mendayu dengan petikan melodi gitar pada pertengahan lagu, cukup menggambarkan kepedihan mendalam yang dirasakan.

***

Menyimak satu demi satu lagu pada mini album Pesona Cinta, benar-benar saya merasa kagum. Bagaimana tidak, dari seorang pencinta jazz yang profesi utamanya bukan musisi jazz telah berhasil menyuguhkan karya musik bertema jazz yang demikian menawan.

Pesona Cinta, saya pikir, telah dan akan selalu menjadi bagian yang penting dari khazanah musik jazz tanah air.

Sukabumi, 25 November 2017

Catatan :

  • Sebagian materi tulisan ini bersumber dari email pribadi saya dengan Bayu Wargo. Terima kasih

Update, 17 Februari 2020

  • Lagu “Kawan” dinyanyikan ulang oleh kelompok vokal Trio PRIA, beranggotakan Lucky Octavia, Ari Sanjaya dan Iwan Abdie. Terasa ada sentuhan yang berbeda apalagi dengan video klip yang cantik bertema alam terbuka, benar-benar sangat berkesan ketika menyimaknya.
Iklan

20 respons untuk ‘Pesona Cinta: Mini Album Jazz yang Istimewa

Add yours

    1. Iya Mbak, keren. Salut juga dgn upaya beliau. Memang musisi model begini berkarya tidak mengikuti kemauan pasar. Ini yg menarik…

      Salam,

    1. Mas Azzet apa kabar?
      Memang ada semacam kelebihan lagu Desember itu. Ketika menyimaknya, terasa nyaman mengalir di telinga. Jazz easy listening yang gak bikin dahi berkerut saat menyimaknya.

      Salam dari Saya dari Sukabumi,

  1. Tulisan dan ulasannya sangat menarik bikin yg baca asyik dan semakin asyik dengan sajian musik videonya, keren dan top deh pokoknya a , tetap berkarya terus ya….

    1. Hatur nuhun…

      Sengaja saya tampilkan langsung video semua lagu di Pesona Cinta. Walau terkesan artikelnya jadi agak panjang, tapi biarlah, yang penting pembaca yang penasaran ingin menyimak lagunya jadi mudah, tinggal klik saja.

      Salam,

  2. Mendengarkan musik sembari membaca ulasannya memberi pengetahuan baru bagi saya yg awam musik. Alur cerita penciptaan lagunya keren sangat, Kang. Ide untuk sebuah karya memang ada banyak disekitar kita yaa.

    1. Betul mbak. Ide untuk sebuah karya banyak ditemukan disekitar kita.
      Tinggal kepekaan saja untuk menuangkan dlm bentuk yg kita kuasai.
      Mungkin begitu mbak.

      Salam,

    1. Saya menangkap gejala itu, single diciptakan dan di upload ke digital market, dijual persatuan.
      Bila single itu sudah ada sekitar 5, baru mereka rilis semacam mini album atau EP. Hal yg tidak saya temukan di zaman album dirilis dalam bentuk kaset…

      Salam,

    1. Sama-sama Pak Bayu…
      Saya sendiri merasa semacam “gatal” ketika pertama menyimak mini album karya Pak Bayu. Akhirnya saya tulis email, dan bersyukur Bapak berkenan menjawabnya.
      Semoga tulisan sederhana ini berkenan.
      Tetap saya menantikan mini album berikutnya. Sukses selalu Pak.

      Salam,

    1. Wah…kenapa ya gambar-gambarnya tidak bisa di akses, padahal semua gambar sudah saya resize dan saya kompres…

      Salam dari sesama pencinta jazz, Mas…

  3. Beliau ini rekan bermusik yang memperkenalkan jazz kepada saya. Surprise sekali ketika setelah 30 tahun tiba2 menyodorkan sekeping CD karya nya… SALUT. terus berkarya dan tetap ber CINTA, itu passion mu. Goodluck bro

    1. Sepertinya menarik sekali bermusik bersama dgn Pak Bayu sampai kepada memperkenalkan jazz.

      Saya salut juga dengan dirilisnya mini album ini. Album ini telah memperkaya khazanah musik jazz tanah air.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: