Akhirnya Tangsel Jazz Festival 2016 kembali digelar pada hari Sabtu, 12 November 2016. Event tahunan yang telah menjadi icon seni bagi kota Tangerang Selatan ini menarik perhatian saya sebagai pencinta musik jazz untuk menghadirinya.
Tangsel Jazz Festival 2016, dengan tema A New History of Jazz in Town, digelar dipelataran Bintaro Jaya Xchange Mall. Terus terang saya belum pernah berkunjung ke mall ini. Namun setelah mencari informasi, ternyata mall ini sangat dekat dengan stasiun KRL Jurangmangu. Pilihan lokasi yang baik mengingat kemudahan akses transportasi umum.
Berbeda dengan Tangsel Jazz Festival 2015, seperti yang saya tuliskan dalam posting Tangsel Jazz Festival 2015, kali ini hanya disiapkan dua panggung saja. Kedua panggung ini didirikan bersebelahan. Kondisi ini berimbas pada konsep pergelaran yang sangat berbeda dengan tahun lalu. Kini pertunjukan musik bergantian antar panggung, dimana bila pada satu panggung diisi pertunjukan maka pada panggung sebelahnya dilakukan aktifitas persiapan dan setting peralatan untuk pertunjukan berikutnya.

Beberapa artis dan musisi jazz telah saya tandai untuk disimak penampilannya nanti. Namun, entah mengapa, fihak panitia penyelenggara tidak merilis run down penampilan di media sosial. Hal ini pernah saya tanyakan lewat jejaring twitter, namun hanya dijawab dengan kalimat, “Datang saja dari jam 13.00…”. Run down ini akhirnya baru saya terima ketika saya membeli tiket masuk.
Melihat daftar musisi yang akan tampil di Tangsel Jazz Festival 2016 ini, awalnya saya berniat menyimak keseluruhan penampil hingga akhir festival. Apa boleh buat, hujan sangat deras yang turun mulai sekitar jam 17.10 membuyarkan niat saya tersebut. Dengan berat hati akhirnya saya meninggalkan area festival sekitar jam 18.00 saat hujan mulai agak mereda.
Setelah saya telaah kembali, beberapa musisi jazz yang sempat saya saksikan tersebut justru musisi yang memberikan harapan akan masa depan musik jazz. Mereka adalah musisi jazz muda yang handal, tak berlebihan bila saya berkeyakinan bahwa di tangan dan kreatifitas merekalah musik jazz akan tetap ada dan berkembang di tanah air.
Inilah musisi jazz muda yang saya maksudkan, yang saya susun berdasarkan urutan penampilannya di panggung.
***
MLD Jazz Project
Sebenarnya saya agak skeptis ketika pertama melihat grup MLD Jazz Project ini naik ke panggung sebagai penampil awal. Saya berpikir mungkin ini hanya sekelompok anak muda yang bermain-main dengan musik bernuansa jazz. Ternyata dugaan saya tersebut meleset setelah menyimak lagu pertama yang mereka bawakan.
Lagu-lagu yang dibawakan oleh MLD Jazz Project adalah lagu-lagu lama bernuansa jazz yang hits pada masanya, dan tentu saja sangat akrab di telinga saya. Lagu-lagu lama tersebut mereka bongkar aransemennya, mereka garap ulang dan mereka sodorkan dengan sentuhan baru yang demikian memikat dengan diisi improvisasi-improvisasi yang yang menawan.

Dan mengalunlah lagu lawas mulai dari Esok Masih Ada (dipopulerkan oleh Utha Likumahuwa), Melayang (dipopulerkan oleh January Christy) hingga Warna (dipopulerkan oleh penyanyi dari negeri tetangga, Sheila Majid).
Walaupun telinga saya harus menyesuaikan dengan sentuhan jazz mereka, namun sama sekali tidak berkurang nikmatnya dibanding dengan menyimak lagu-lagu ini dalam versi aslinya. Lagu-lagu yang mereka sampaikan ini dipercantik pula dengan improvisasi yang hebat dari ketukan piano dan tiupan sax.

Penampilan MLD Jazz Project ditutup dengan lagu Sinaran (dipopulerkan oleh Sheila Majid). Ketika menyimak lagu ini saya seakan baru tersadar bahwa salah satu kekuatan grup ini juga terletak pada vokalisnya yang demikian baik penghayatannya akan lagu-lagu lawas yang ia nyanyikan.
Tiyo Alibasjah Grup
Grup yang dimotori oleh gitaris Tiyo Alibasjah ini menyajikan suguhan jazz yang boleh saya bilang sebagai smooth jazz dengan menyisipkan unsur-unsur bossa dan juga blues pada komposisi-komposisi yang disuguhkan.

Komposisi-komposisi yang disampaikan kebanyakan adalah ciptaan Tiyo Alibasjah sendiri. Bagi saya komposisi-komposisi ini menjadi kian terdengar cantik, selain karena sentuhan melodi gitar dari Tiyo, juga dengan menghadirkan improvisasi tiupan harmonika dari Rega Dauna. Tiyo memberikan ruang yang luas bagi Rega Dauna untuk mengisi komposisinya dengan melodi harmonika.
Namun Tiyo sepertinya tidak ingin membiarkan penonton terlelap dalam kesyahduan dan romantisme dari komposisi-komposisinya, akhirnya sisipan solo drum yang menggebu dan lentingan gitar elektrik yang menjerit Tiyo Alibasjah Grup hadirkan ketika menutup penampilannya.
Alsa Quartet
Kehadiran Alsa Quartet yang dimotori oleh drummer muda Alsa, aka Jeane Phialsa, pada Tangsel Jazz Festival kali ini benar-benar menimbulkan kepenasaran bagi saya. Penasaran yang berujung pada keinginan untuk segera menyimak dan menikmati sajian musiknya secara langsung. Bagaimana tidak, saya pribadi demikian enjoy dengan komposisi-komposisi karya Alsa yang tertuang pada albumnya yang bertajuk The Moment with You.

Pertama kali saya mengenal gaya bermain drum Alsa lewat album The Battle, dirilis pada tahun 2013, dari grup band yang mengusung musik beraliran fusion jazz, Fusion Stuff. Pada album The Battle ini tersisip komposisi karya Alsa berjudul Mean to Me.
Seakan tak terbendung lagi, pada akhir tahun 2015 Alsa merilis album yang berisi komposisi-komposisi karyanya sendiri. Album yang diberi judul The Moment with You ini berisi 7 komposisi, dimana 6 komposisi disampaikan dalam bentuk instrumentalia dan 1 komposisi dalam bentuk lagu. Dalam penggarapannya album ini juga melibatkan musisi jazz Indro Hardjodikoro – pada komposisi berjudul Run Over The Line – dan Tohpati – pada komposisi berjudul Grow with You.

Ketika Alsa naik ke panggung untuk memulai penampilannya, saya sempat kaget. Saya pikir, jauh sekali antara Alsa yang saya lihat fotonya pada cover album The Moment With You dengan Alsa yang sekarang ada dihadapan saya. Ternyata perawakan Alsa demikian mungil, sungguh tak mengira bila permainan drum yang disuguhkan dari gadis mungil ini demikian energik dan powerful.

Komposisi demi komposisi yang berasal dari album The Moment With You disajikan Alsa Quartet demikian rapi dan menawan. Komposisi-komposisi yang sudah akrab di telinga saya ini terasa demikian nikmat dengan menyimaknya secara langsung.
Pada setiap akhir membawakan satu komposisi, Alsa selalu berdiri, menyapa penonton dan menyampaikan judul komposisi berikutnya yang akan dibawakan. Bagi saya, bentuk komunikasi yang Alsa ciptakan dengan penonton ini dan sajian fusion yang energik menambah kian elegannya penampilan panggung Alsa Quartet.
Amelia Ong
Amelia Ong tampil bersama quartet pengiring yang sama dengan pengiring pada album Self Title-nya. Mereka adalah Sri Hanuraga (piano), Kevin Yosua (bass), Dennis Junio (sax) dan Rafi (drums).
Album Self Title Amelia Ong yang dirilis pada awal tahun 2016 merupakan debut album yang berisi 7 lagu, dengan 6 lagu ditulis oleh Amelia Ong sendiri. Saya pribadi menyebut album ini sebagai album jazz penuh cinta, seperti saya tuliskan dalam posting Amelia Ong: Album Jazz Penuh Cinta.
Sebagai catatan, album Self Title Amelia Ong ini menjadi nominator pada AMI Award 2016 untuk 2 kategori yaitu Kategori Album Jazz Terbaik dan Kategori Artis Jazz Vokal Terbaik. Suatu pencapaian yang luar biasa.
Saya melihat penampilan Amelia Ong demikian anggun dengan bergaun putih dan balutan kain bernuansa etnik Jawa. Bersama dengan quartet musisi yang akan mengiringinya penampilan ini sungguh menjanjikan suatu pengalaman menyimak jazz dalam suasana yang artistik dan romantis.

Dan ketika lagu 11 2 3 dibawakan Amelia Ong kesan artistik itu mulai terpancar dari panggung. Vokal Amelia yang jernih dan kekompakan quartetnya dalam bermusik menjadi kekuatan lagu ini. Lagu ini pada bagian tengahnya memberikan ruang yang panjang kepada Sri Hanuraga untuk diisi dengan improvisasi melodi piano. Saat inilah Amelia dengan gemulai menari ringan yang harmonis dengan irama jazz yang menaik cepat dan pukulan drum yang kuat.
Kesan romantis dan mendalam tercipta saat Amelia Ong membawakan lagu My Prayer. Kekuatan lagu ini selain dari irama dan liriknya juga dibangun dari musik pengiringnya yang hanya mengandalkan piano dan bass . Bagi saya pribadi, inilah lagu Amelia Ong yang paling hebat dan terfavorit dari albumnya. Bayangkan, bagaimana terhanyutnya perasaan saya saat menyimak lagu My Prayer secara langsung…
Sayangnya hujan yang mengguyur dengan sangat deras menghentikan penampilan Amelia Ong. Walaupun tidak bisa berlama-lama menyimak penampilan Amelia Ong namun bagi saya telah memberikan kesan yang mendalam akan kemampuan dan kekuatan bermusik Amelia Ong seperti tertuang pada lagu-lagu karyanya.
Bagi Amelia Ong, walau hujan atau badai “Tetap senang bisa bermain musik sepenuh hati…”, demikian ia ungkapkan lewat jejaring twitter membalas mention saya.
***
Itulah artis dan musisi jazz muda yang saya saksikan langsung penampilannya. Seperti saya tulis diatas, rasanya tak berlebihan bila masa depan musik jazz Indonesia ada pada tangan dan kreativitas mereka.
…rasanya tak berlebihan bila masa depan musik jazz Indonesia ada pada tangan dan kreativitas mereka…
Terima kasih kepada fihak penyelenggara Tangsel Jazz Festival 2016 yang telah menampilkan artis dan musisi jazz muda yang penuh harapan ini.
Sampai jumpa tahun depan…
Sukabumi, 19 November 2016
wah mas Titi masih saja dengan kesukaaannya dan rajin merepos event jazz
Beginilah kalau suka mbak,
kalau ada festival jazz, sudah gatel saja ingin dihadiri dan ditulis kesan-kesannya.
Salam,
Post sukabumi lagi dunk kang heee
Pasti, saya akan banyak tulis mengenai Sukabumi.
Salam,
Walau bukan penikmat sejati musik jazz saya senang dengan Tangsel Jazz Festival. Grup jazz yang muda-muda itu menjadi generasi penerus jazz yang sudah mapan.
Saya menikmati permainan drum Alsa. Ternyata orang cantik menambah keren permainan drum-nya, 🙂
Wah, ternyata suka juga menyimak permainan drum Alsa ya?
Dan menyimaknya dari dekat secara langsung, sungguh memesona…
Salam,
aku suka musik jazz … walau nggak terlalu suka sich … tapi bagiku musik jazz itu enak aja didenger nya …… slow
Salam sesama penyuka musik jazz…
Salam,
kereeeeen….aku mau cek ah sementara via YouTube kang.. Jazz punya tempat istimewa di hati saya 🙂
Jazz dan festival jazz tetap menarik buat saya mbak.
Ah…mbak di New York, pasti banyak bertemu dan melihat konser jazz disana.
Salam,