Pada penghujung tahun 2015 seakan ada angin segar bagi penyuka musik jazz tanah air dengan di rilisnya album dari musisi jazz muda Amelia Ong. Bagi penyuka musik jazz seperti saya tentu saja hal ini cukup membuat penasaran. Saya sendiri sempat bertanya-tanya bagaimana kiranya format jazz yang disuguhkan oleh Amelia Ong lewat albumnya setelah saya pernah menyaksikan penampilannya yang menawan pada festival jazz yang berlangsung di kota Bogor, Bogor Jazz Reunion, beberapa waktu lalu.
Saya menyaksikan penampilan Amelia Ong pada Bogor Jazz Reunion 2014 dan 2015. Namun, entahlah, saya sangat terpesona pada penampilannya di Bogor Jazz Reunion 2014 – yang berlangsung pada Sabtu, 25 Oktober 2014 – yang saat itu saya sama sekali belum mengenal sosok penyanyi jazz muda usia ini.

Dengan diiringi Fanny Koentjoro trio, Amelia Ong saat itu tampil di panggung Maryono Stage. Beberapa lagu jazz standar, seperti Cherokee dan Midnight Sun, dengan apik mengalun lewat vokal jernihnya Amelia Ong. Tata panggung yang artistik menambah kesan romantis keseluruhan penampilan Amelia Ong malam itu dan pastilah memberikan kesan yang mendalam bagi siapapun yang menyaksikan penampilannya.
***
Sosok Amelia Ong
Amelia Ong, kelahiran Purwokerto dan bernama lengkap R. Rr. Amelia Tri Wardani, tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga pemusik. Ia mulai berlatih vokal, memainkan saxophone dan mengikuti les piano klasik sejak usia 4 tahun. Ayahnya, seorang pencinta musik jazz, yang pertama kali mengajarkannya bermain saxophone. Sedangkan guru pianonya di rumah adalah kakaknya sendiri. Sejak usia dini itu Amelia kecil sudah sering tampil di panggung-panggung lokal, seperti misalnya pada acara-acara pernikahan, sampai merambah ke kota Semarang.
Pada usia 11 tahun, Amelia pindah ke Jakarta. Ia tinggal bersama Bertha, penyanyi dan guru vokal. Selain menimba banyak ilmu olah vokal diakui oleh Amelia kalau sosok Bertha ini lebih mengarahkannya untuk tetap di jalur jazz, karena bagi Amelia sendiri kecintaannya pada jazz telah ditumbuhkan oleh Ayahnya sejak dini.
Selain menjadi guru, Bertha juga memperkenalkan Amelia dengan musisi-musisi jazz papan atas saat itu, antara lain Idang Rasjidi dan Yance Manusama. Perkenalan itu membawa Amelia kepada kesempatan untuk tampil bersama musisi jazz di Jakarta pada beberapa festival jazz bergengsi antara lain Jazz Goes to Campus (JGTC) pada tahun 2003 dan Java Jazz Festival pada tahun 2003 dan 2004.

Tahun 2006, Amelia pindah ke Perth, Australia. Menamatkan pendidikan SMA-nya disana dan melanjutkan pendidikannya ke Western Australian Academy of Performing Arts (WAAPA). Ia menamatkan pendidikannya pada level Bachelor of Music, mayor pada Jazz Performance, pada tahun 2009.
Pada periode 2007 – 2009, selain sibuk dengan urusan kuliah, Amelia bergabung dengan kelompok orkestra West Australian Youth Jazz Orchestra (WAYJO). Saat inilah ia mempersingkat namanya menjadi Amelia Ong mengingat seringnya kesalahan pelafalan nama belakang saat di panggil untuk tampil ke panggung.
Amelia tinggal di Australia selama 8 tahun. Meniti karir musik disana mulai dari kuliah, tampil pada berbagai penampilan bersama musisi jazz Australia seperti Joe Chindamo, Daryl Somers, James Morrison, termasuk tampil pada festival jazz bergengsi disana, sebut saja Wangaratta Jazz Festival pada tahun 2009, sampai akhirnya memutuskannya untuk kembali ke tanah air. Keputusan ini diambil setelah melihat dan mencermati perkembangan musik jazz di tanah air, yang menurut penilaiannya, demikian pesat.
Kembali ke tanah air, kembali bertemu dengan teman-teman lamanya sesama musisi jazz, tampil pada berbagai pementasan jazz, termasuk pada festival jazz Bogor Jazz Reunion, itulah yang Amelia lakukan setibanya di tanah air. Salah satu pencapaian Amelia setelah selama 2,5 tahun tinggal kembali di tanah air adalah dengan di rilis album bertajuk nama dirinya sendiri pada penghujung tahun 2015.
Kini Amelia tinggal di Jakarta. Selain bermain musik, ia kini sedang getol-getolnya mendalami Muay Thai. Setiap bulan ia selalu pulang ke Purwokerto, menjenguk orang tuanya yang tinggal disana dan tak lupa untuk menikmati soto kesukaannya di Pasar Wage.
Album Amelia Ong
Album Amelia Ong lebih condong kepada dokumentasi atas komposisi-komposisi yang ia ciptakan mulai dari tahun 2007 hingga 2015. Secara garis besar lagu-lagu yang ditampilkan disini menceritakan perjalanan seorang Amelia melewati masa manis dan pahitnya kehidupan.
Album yang dikemas dengan tema cover yang penuh bertebar bunga dan dominan dengan warna pink ini seakan menandakan kalau album ini dikemas dan dipersembahkan dengan penuh nuansa cinta. Ada kesan romantis baik ketika memandang tema cover albumnya maupun piringan CD-nya.
Pada album ini, Amelia berperan sebagai vokalis dan komposer. Untuk penataan musik, ia memberikan kebebasan penuh, baik dalam hal bereksplorasi maupun dalam memberikan warna, kepada musisi-musisi muda yang terlibat dalam pembuatan album ini. Album jazz yang hebat ini direkam secara live recording dengan hanya melalui 2 kali rehearsal sebelum memasuki dapur rekaman.

Ada 7 lagu pada album Amelia Ong ini, dengan 6 lagu karya Amelia sendiri beserta lirik yang ditulis dalam bahasa Inggris. Hal ini lebih berdasar kepada kebiasaan Amelia menulis puisi dalam bahasa Inggris dan harapannya agar album ini diterima luas ke seluruh bagian dunia. Ditengah-tengah track list, pada track #4, disisipkan lagu jazz standar karya George Gershwin dan Ira Gershwin berjudul Someone to Watch Over Me. Adapun 6 track lagu karya Amelia Ong, berturut-turut, adalah 11 2 3, My Prayer, Crowded House, In My Eyes, Notune dan Good Man.
Musisi-musisi yang berperan dalam album ini adalah Sri Hanuraga – keys, Kevin Yosua – akustik bass, Rafi – drums dan Dennis Juno – tenor sax. Khusus untuk lagu Someone to Watch Over Me musisi yang ditampilkan adalah Nial Djuliarso – keys, Kevin Yosua – akustik bass, Deska Anugrah – drums dan Indra Dauna – trompet.

Setelah menyimak keseluruhan lagu pada album Amelia Ong, yang menurut saya merupakan komposisi-komposisi jazz yang sangat menawan, saya benar-benar terpesona dan jatuh cinta kepada 3 track, yaitu track #2 – My Prayer, track #5 – In My Eyes dan track #6 – Notune.

Track #2 – My Prayers
Lagu ini ditulis Amelia berdasar pada kisah cintanya yang kandas setelah 4 tahun berhubungan. Amelia menceritakan betapa sulitnya move on saat itu sampai ia menemukan kuncinya yaitu dengan memberikan doa dan harapan terbaik untuk mantan kekasihnya itu.
Amelia menulis,
I hope that life’s been kind to you,
I hope your dreams will all come true.
…
Now I sing you a song filled with hope and prayers,
Cause you’ll always be a part of me.
Lirik lagu yang romantis itu lebih berkesan syahdu mengingat lagu ini hanya diiringi piano dan bass. Sentuhan improvisasi piano Sri Hanuraga pada bagian tengah lagu memberikan efek yang luar biasa cantik dan memberikan kesan demikian dalam kepada lagu ini.
Track #5 – In My Eyes
Lagu yang ditulis berdasar kepada sering timbulnya rasa ketidakpuasan kepada diri sendiri ketika memandang diri sendiri melalui cermin. Melalui cermin itu sering yang dilihat hanya kekurangan, ketidaksempurnaan, semacam gambaran diri yang kusam. Tapi, benarkah demikian?
Cobalah sekali-sekali bertanya kepada orang lain. Di mata orang lain ternyata diri kita tidak seburuk apa yang kita pikirkan ketika melihat bayangan diri kita di cermin. Jadi jangan selalu jadikan mata kita sendiri sebagai tolak ukur, dengarkan apa yang orang lain lihat mengenai diri kita.
Lagu ini hanya diiringi piano Sri Hanuraga. Awalnya komposisi ini diaransir dengan menampilkan piano dan bass, namun pada pertengahan rekaman Amelia berubah pikiran dan memutuskan untuk memberikan kesan lebih intim dari komposisi ini dengan hanya diiringi piano.
Track #6 – Notune
Lagu ini adalah lagu pertama yang Amelia ciptakan. Setelah beberapa bulan diciptakan pada tahun 2007, Amelia tidak juga menemukan judul yang dirasa pas untuk lagu ini, sehingga di catatannya selalu dituliskan no tune sebagai identitas lagu ini. Akhirnya diputuskan kalau no tune dijadikan judul lagu ini dengan ditulis sebagai Notune.
Irama lagu ini cukup “membakar”. Hentakan drums yang kuat dan improvisasi solo tenor sax Dennis Juno pada bagian tengah lagu memberikan kesan yang penuh semangat dan seakan berupaya melupakan kekecewaan dan penyesalan, seperti yang tertulis pada lirik akhir lagu ini, Lord I regret all…
Amelia Ong di Panggung iCanStudioLive

Pada penampilan Amelia Ong pada panggung yang bertajuk Music Works Release Concert dan berlangsung di iCanStudioLive ada komentar yang menarik dari Idang Rasjidi, musisi jazz senior dan penggagas Bogor Jazz Reunion, dan juga merupakan salah seorang mentor Amelia sejak Amelia berusia 11 tahun.
Idang Rasjidi menggambarkan jazz yang disuguhkan pada album Amelia Ong ini sebagai jazz seutuhnya. Menurut Idang Rasjidi, album yang ditata dengan sangat artistik dengan musisi-musisi jazz muda yang berbakat seperti inilah yang seharusnya dibuat oleh musisi dan penyanyi jazz di Indonesia. Sepenggal kalimat pada komentar Idang Rasjidi berikutnya menggambarkan kagum dan salut atas album Amelia Ong, dengan mengatakan “this is jazz I really want to hear…”
Penampilan Amelia Ong di iCanStudioLive membawakan 6 lagu karyanya. Konser yang berdurasi sekitar 82 menit, yang dibuka oleh Lucy Willar (@iluwi) dan dipandu oleh drummer Deska Anugrah, dengan lagu Bangun Pemudi Pemuda sebagai pembuka konser, dapat di lihat di youtube pada link ini.
***
Debut album Amelia Ong yang merupakan dokumentasi karya-karyanya dari rentang tahun 2007 – 2015 ini boleh dibilang sebagai perkenalan ke dunia musik, khususnya musik jazz, bahwa ada seorang Amelia Ong yang bukan hanya seorang vokalis namun juga ia seorang komposer, musisi dan arranger.
Musik yang disajikan dalam album ini memang sedikit idealis, seperti diakui sendiri oleh Amelia Ong. Tak lebih ini semata hanyalah ia ingin tampil sejujur-jujurnya baik dalam hal bermusik maupun dalam berbagi hal-hal positif, cinta, harapan dan hal-hal baik lewat karya-karyanya ini.
…ia ingin tampil sejujur-jujurnya baik dalam hal bermusik maupun dalam berbagi hal-hal positif, cinta, harapan dan hal-hal baik lewat karya-karyanya…
Rasanya tidak berlebih bila saya katakan album Amelia Ong ini telah memberikan warna dan kontribusi penting bagi perkembangan musik jazz Indonesia.
Sukabumi, 16 Januari 2016
Catatan
- Tulisan ini diperkaya oleh materi berharga yang antara lain bersumber dari penampilan Amelia Ong pada panggung Music Works Release Concert di iCanStudioLive, rekaman interview jarak jauh antara Amelia Ong dengan radio Trijaya FM, Palembang dan email pribadi saya dengan Amelia Ong.
- Foto-foto yang ditampilkan pada posting ini merupakan screen capture dari konser Amelia Ong di iCanStudioLive kecuali foto-foto dengan identitas akun twitter saya merupakan dokumentasi pribadi.
- Pada AMI Award 2016 album ini menjadi nominator untuk 2 kategori yaitu kategori Album Jazz Terbaik dan kategori Artis Jazz Vokal Terbaik.
Catatan Tambahan
- Artikel ini juga dipublish di kanal citizen6, liputan6(dot)com. Dapat dilihat pada link ini.
- Artikel ini juga dimuat di situs Blogger Reporter Indonesia. Dapat dilihat pada link ini.
Terima kasih.
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Titik Asa….
Apa khabar ? Didoakan sihat sejahtera. Kelihatan penampilan Amelia Ong itu mengasyikkan ya. Melihat fotonya ternyata beliau menghayati tiap patah lagu yang dinyanyikan, kerana itu lagu jazznya mendapat tempat di hati peminat jazz seperti mas Titik.
Salam takzim dari Sarikei, Sarawak.
Wa’alaikum salam wr.wb. mbak Fatimah.
Alhamdulillah saya dalam keadaan baik. Hanya belakangan ini jarang sekali menulis untuk blog.
Bagaimana kabar mbak Fatimah beserta keluarga di Sarikei? Semoga dalam keadaan baik.
Begitulah mbak tentang Amelia Ong yang bisa saya tulis berdasarkan kekaguman saya atas karya-karyanya dalam bidang musik.
Salam dari saya di Sukabumi,
Wah, ternyata ini Amelia Ong yang Pak Asa ceritakan. Tampaknya musik Amelia Ong menarik juga, Pak. Kalau sudah mengembangkan skill bermusik dari kecil, mestilah ia tahu benar bagaimana mengekspresikan diri lewat musik. Saya bakal coba dengar lagu-lagunya, Pak. 😀
Btw, kemarin ada teman yang memberi blog award ke blog jejaka petualang. Semula saya ragu untuk berpartisipasi, karena pasti akan menghadirkan sedikit suasana yang beda di blog. Selain itu sudah lama sekali sejak saya ikut-ikut award begini. Tapi akhirnya memutuskan untuk ikut, hitung-hitung sebagai penanda masa-masa COVID-19 ini dan nostalgia suasana ngeblog waktu baru mulai mengisi blog WordPress dulu. 😀 Pak Asa saya jadikan salah seorang nominator untuk blog award itu. Monggo dicek di jejaka petualang. 🙂 Karena ini sebenarnya simbol penghargaan terhadap sesama narablog, sama sekali tak ada paksaan untuk berpartisipasi, Pak. 🙂 Jika Pak Asa kurang berkenan, saya mohon maaf sebelumnya. 🙂
Sehat-sehat di Sukabumi, Pak Asa. Salam dari Jogja. 🙂
Iya betul Mas ini Amelia Ong yang saya maksudkan. Saya suka dengan vokalnya, gaya bernyanyinya dan ketika keluar albumnya saya tak tahan untuk menuliskan sedikit reviewnya, sampai saya email bertanya ini-itu kepada Mbak Amelia. Berjuma terakhir dengan Mbak Amelia di Tangsel Jazz 2017.
Waduh saya dijadikan nominator penghargaan Mas? Ah malu…blog saya hanya alakadarnya menulis nih Mas. Terima kasih sekali Mas, segera saya menuju blog Mas.
Sehat selalu Mas dan keluarga di Yogja.
Salam,
Mudah-mudahan kapan-kapan saya bisa nonton penampilan Amelia Ong, Pak. 😀
Btw, baru-baru ini saya jadi sering browsing-browsing musik di YouTube Music, Pak. Terus akhirnya dengerin Ardhito Pramono. Bagus juga suaranya, Pak. Ada nuansa Sinatra dan Michael Buble dalam suaranya.
Iya, Pak. Award untuk menjalin keakraban antara narablog saja. Dulu sering banget yang seperti ini, Pak. Tapi sekarang kayaknya, kalau di Indonesia, lebih banyak beredar di komunitas saja. 😀
Moga cepat reda pandemi ini Mas, jadi bisa nonton lagi pergelaran jazz dan siapa tahu Amelia Ong tampil disana.
Ah ya Ardhito penyanyi jazz muda yang digandrungi oleh kalangan anak muda. Ardhito sudah merilis EP sejak 2017. Sudah 5 EP dirilisnya.
Terima kasih atas award-nya Mas. Semoga saja persahabatan kita lewat media blog ini akan bersambung ke jumpa tatap muka suatu saat nanti.
Salam,
Iya, Pak. Saya baru dengar baru-baru ini. Pernah baca namanya di poster konser tapi baru tergugah buat cari lagunya belakangan ini. Bagus-bagus juga ternyata.
Semoga, Pak. Pasti menyenangkan sekali nanti kalau akhirnya bisa bertemu, di salah satu konser jazz barangkali. 😀