Sabtu, 19 September 2015, saya berkesempatan menghadiri festival jazz yang baru pertama kali digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Festival jazz yang dilangsungkan di Plaza Barat Senayan ini dimulai dari sekitar jam 13.00 siang sampai dengan tengah malam.
Festival Jazz yang diberi nama lengkap Enjoy Jakarta Jazz Festival 2015 ini digelar dengan tujuan untuk menjadikan Jakarta sebagai kota pariwisata dan budaya dan menjadi destinasi wisata internasional. Demikian informasi yang saya peroleh dari berbagai media seputar festival ini.
Sederetan artis jazz terkenal akan tampil pada festval ini, termasuk musisi jazz legendaris Ireng Maulana. Namun patut dicatat bahwa sama sekali tidak dipungut bayaran untuk menghadiri festival jazz ini.
Berikut ini ulasan saya tentang pelaksanaan Enjoy Jakarta Jazz Festival disertai dengan ungkapan kesan saya terhadap beberapa artis jazz yang saya saksikan langsung penampilannya.
***
Suasana
Sekitar pertengahan minggu saya baru memperoleh informasi mengenai akan berlangsungnya pergelaran Enjoy Jakarta Jazz Festival, selanjutnya saya singkat EJJF, melalui jejaring twitter. Bagi saya sebagai pencinta musik jazz tentu saja ini adalah informasi yang sangat menggembirakan. Betapa tidak, banyak artis dan musisi jazz papan atas yang akan tampil pada festival tersebut.
Beberapa musisi jazz memang pernah saya saksikan penampilannya pada festival jazz lainnya, tapi ada musisi jazz legendaris, Ireng Maulana, dan penyanyi jazz yang saya suka, Andien, yang belum pernah saya saksikan langsung penampilannya. Setidaknya kehadiran mereka pada festival jazz ini cukup menjadi penarik yang kuat bagi saya untuk menghadiri festival jazz ini.
Jam 16.00 lebih saya baru sampai di gerbang EJJF. Suasana sore itu yang masih sepi membuat saya sedikit kaget. Pengalaman saya menghadiri beberapa festival jazz, biasanya sekitar jam 16.00 itu suasana sudah mulai ramai. Saya berpikir, apakah mungkin hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan promosi mengenai EJJF ini kepada masyarakat luas?
Melewati gerbang EJJF, saya dihadapkan dengan pelataran yang disana sudah terpasang ornamen yang tidak hanya cantik namun informatif. Ornamen berbentuk poster berdinding telah didirikan disana. Pada ornamen ini tertulis 1970. Disudut kiri poster dapat dibaca Sejarah Musik Jazz 70-an. Terdapat beberapa ornamen berbentuk poster demikian dengan tahun-tahun yang berbeda dan masing-masing dengan menyertakan sejarah musik jazz pada periode tahun tersebut.
Selain pelataran dengan ornamen-ornamen cantik, terdapat juga berbagai jajanan kuliner yang siap menyambut. Jajanan ini tersedia pada booth-booth kuliner maupun pada beberapa food truck. Sambil menikmati jajanan, kita disuguhi oleh sajian musik oleh kelompok kecil pemusik yang bermain di setiap bagian depan ornamen yang berbentuk poster berdinding tersebut.
Nge-Jazz di Sabtu Sore
Sore yang masih sepi pengunjung ini setidaknya saya lihat ketika saya mulai mendekati panggung pergelaran. Saat itu sekitar jam 16.30 sore. Walau sudah ada penampilan di panggung, penonton yang berdiri mengerubungi panggung terbilang masih sangat sedikit.
Penampil yang sempat saya saksikan sore itu terdiri dari pemusik muda usia. Sebut saja tiga grup band yang beranggotakan pemusik muda, Hezelnut Band, Michella and Arpeggio dan Jojo Chaniago. Dari ketiga penyanyi dan group band tersebut mengalir dengan baik lagu-lagu jazz lama seperti Girl from Ipanema, Misty, Summertime dan Over the Rainbow.
Bagi saya, penampilan ketiga grup band ini tidaklah mengecewakan, baik dari segi kepiawaian mereka bermain musik maupun dari gaya improvisasi yang mereka suguhkan.
Nge-Jazz di Malam Minggu
Suasana malam sangat berbeda dengan suasana sore khususnya suasana di depan panggung yang dipadati oleh penonton yang hadir. Penonton ini ada yang berdiri tak jauh dari panggung, ada juga yang duduk santai di bagian belakang yang agak jauh dari panggung. Suasana yang terlihat sangat rileks dan nyaman.
Musisi jazz pertama yang saya saksikan malam ini adalah Yuyun George. Terus terang saya baru tahu pemain sax yang hebat ini. Yuyun George tampil dengan diiringi grup Jazmint Brass Band. Di tengah penampilannya, Yuyun memperkenalkan penyanyi muda usia bernama Lana Niti Baskara.
Melihat sosok Lana yang masih demikian muda saya tidak menyangka akan mengalun lagu jazz lawas yang sangat baik dari olah vokalnya. Lagu Night in Tunisia dan Ratu Sejagad diinterpretasikan dengan baik oleh Lana. Sungguh diluar dugaan saya.
oOo
Reza Artamevia salah satu penyanyi lama yang kini rasanya jarang tampil, cukup membuat saya penasaran untuk melihat bagaimana kini sosoknya. Namun kepenasaran saya harus berbalas dengan sedikit kekecewaan. Reza tampil tanpa band pengiring, namun hanya sendiri dengan musik pengiring yang diputar dari album-albumnya. Itulah kekecewaan yang saya maksudkan.
Beberapa lagu Reza bawakan, namun saya merasa kalau vokal Reza kurang begitu pas dengan alunan musiknya, padahal musik itu orisinil dari album-albumnya. Baru pada lagu terakhir yang Reza bawakan, lagu berjudul Pertama – yang terdapat dalam album pertama Reza, Keajaiban, yang dirilis pada tahun 1997 – saya menemukan kembali Reza sesuai dengan Reza yang populer pada masanya.
oOo
Penyanyi yang baru merilis satu album berjudul Wanita Ingin Diingini, Andita Minarska, hadir di panggung dengan disambut penonton yang, saya lihat, demikian antusias. Saya belum cukup mengenal lagu-lagu yang Andita tuangkan dalam albumnya itu, namun sentuhan-sentuhan jazz saya rasakan dari beberapa lagu yang Andita sampaikan malam ini.
Andita yang tampil dengan gaun bermodel bersahaja – berbaju putih lengan panjang dan bercelana panjang hitam – menurut saya justru ini yang membuat ia tampil demikian penuh pesona, disamping warna vokalnya yang pas dengan lagu-lagu yang ia bawakan.
Saya pikir masih terhampar jalan yang panjang bagi Andita untuk menunjukkan jadi dirinya dan menancapkan eksistensinya pada kancah belantika musik tanah air.
oOo
Salah satu musisi jazz yang saya nantikan penampilannya adalah Ireng Maulana. Ireng Maulana and Firends, begitu grup band ini menyebut dirinya. Dari beberapa musisi yang hadir dipanggung setidaknya saya mengenal Mates, pemain bass, dan Jacky, vokalis, yang hadir menemani Ireng malam itu.
Lagu pertama yang Ireng Maulana sodorkan membuat saya tercengang. Spain, lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi jazz Al Jarreau pada era 80-an, membuka penampilannya. Lagu jazz yang kaya dengan improvisasi dan berdurasi panjang ini dibawakan oleh vokalis Jacky.
Tak cukup dengan Spain, lagu Al Jarreau populer lainnya, Distracted, kembali Jacky bawakan. Sungguh penampilan jazz yang hebat yang Ireng Maulana and Friends suguhkan malam ini.
oOo
Pasangan musisi dan vokalis jazz, Beben Jazz dan Inna Kamarie, menghangatkan suasana malam yang mulai terasa agak dingin. Gaya permainan gitar dan improvisasi dari Beben Jazz memberikan sentuhan warna khas kepada lagu-lagu yang Inna Kamarie bawakan.
Inna Kamarie membuka penampilannya dengan membawakan lagu Summertime. Selain olah vokal Inna yang hebat, saya melihat juga gaya panggungnya yang menawan. Bagi saya Inna tidak hanya bernyanyi dengan penuh penghayatan, namun Inna juga “menari” dengan gaya yang mempesona menguasai sudut-sudut panggung yang cukup lebar.
Selain Summertime, lagu lain yang juga sangat baik diinterpretasikan kembali oleh Inna adalah lagu lawas yang berjudul Prahara Cinta. Salah satu lagu jazz era 80-an yang sering saya dengarkan pada masa remaja saya dahulu.
oOo
Saya seolah menantikan kejutan ketika mendapat informasi bahwa penyanyi jazz Syaharani akan tampil di EJJF tanpa grup band yang biasa menemani di setiap penampilannya, Esqi:ef. Bagaimanakah penampilannya tanpa grup band yang sudah demikian melekat dengan Syaharani tersebut?
Syaharani tampil ke panggung dan membuka penampilannya dengan menyuguhkan lagu berjudul Never Let Me Go. Lagu bertema ballad ini dipoles dengan aransemen jazz yang cukup keras yang disajikan oleh grup band yang dimotori oleh pemain bass Indro Hardjodikoro. Syaharani tanpa Esqi:ef tetap tampil dengan baik. Suatu kejutan yang demikian manis untuk disimak sampai akhir penampilannya.
Tema ballad pada penampilan Syaharani kali ini lebih kentara ketika Syaharani membawakan lagu jazz lawas berjudul Tersiksa Lagi. Lagi-lagi saya diajak kembali menyusuri era 80-an saat lagu Tersiksa Lagi, yang saat itu dipoluperkan oleh penyanyi jazz Utha Likumahuwa, sering saya putar.
oOo
Salah satu penyanyi jazz yang saya suka, yang merilis album pertamanya berjudul Bisikan Hati pada tahun 2000, yang belum pernah saya saksikan penampilan pada berbagai festival jazz yang saya hadiri, akhirnya hadir juga di panggung. Andien, nama penyanyi jazz tersebut.
Andien membuka penampilannya dengan membawakan lagu berjudul Rindu Ini. Lagu yang pertama kali dipopulerkan oleh kelompok vokal Warna ini di-recycle oleh Andien pada albumnya yang berjudul Let it be My Way yang dirilis pada tahun 2014. Penampilan dan gaya bernyanyi Andien ternyata demikian lincah di panggung, sungguh luar biasa menawan.
Andien membawakan empat lagu pada penampilannya. Lagu terakhir yang Andien bawakan, Move On, menutup pentas Andien.
Rasanya belum habis kerinduan saya pada Andien. Ah, mungkin suatu waktu nanti saya dapat menyaksikan kembali penampilan Andien…
oOo
Masih ada satu penampil lagi yang akan hadir dipanggung, yaitu Sandhy Sondoro. Namun waktu yang sudah demikian malam, mengingat penampilan Andien yang baru usai pada jam 24.45 WIB, mengajak saya untuk segera beranjak meninggalkan arena EJJF.
***
Sejauh pengamatan saya saat festival jazz ini berlangsung, saya mencatat beberapa kekurangan antara lain,
- Penampilan panggung yang tidak sesuai jadwal. Informasi mengenai jadwal penampilan artis-artis yang meramaikan festival ini hanya saya peroleh melalui jejaring twitter. Saya tidak menemukan informasi jadwal panggung ini dari sumber informasi lainnya. Terdapat ketidaksesuaian jadwal, misalnya Ireng Maulana and Friends yang menurut jadwal akan tampil mulai jam 22.40 sampai dengan jam 23.10, dan merupakan artis jazz yang tampil terakhir, kenyataannya tampil pada jam 20.15 dan bukan artis penutup festival ini.
- Kurangnya fasilitas umum. Salah satu fasilitas umum yang sangat minim adalah toilet. Hanya tersedia satu toilet dalam bentuk toilet bus disekitar arena. Selain itu, tempat pembuangan sampah boleh dikatakan tidak tersedia terutama pada area dekat panggung.
Walau demikian, sungguh ini festival jazz yang menawan dan sangat layak untuk dihadiri. Saya tentu saja mengharapkan agar festival jazz ini berlangsung juga pada tahun depan dan tahun-tahun mendatang dengan pelaksanaan yang lebih baik lagi.
Tak lupa, terima kasih saya sampaikan kepada artis jazz berikut,
- Ireng Maulana and Friends, atas lagu Spain dan Distracted.
- Syaharani, atas lagu Tersiksa Lagi.
- Inna Kamarie, atas lagu Prahara Cinta.
Lagu-lagu tersebut seakan membawa saya melewati lorong waktu untuk sejenak kembali ke era 80-an saat lagu-lagu tersebut populer, dan terlebih lagi, ke masa remaja saya yang sebahagian kenangannya melekat pada lagu-lagu tersebut.
Terakhir, salut luar biasa kepada upaya dan kerja keras Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemprov DKI Jakarta, yang telah memprakarsai dan menggelar festival jazz Enjoy Jakarta Jazz Festival ini dalam rangka menjadikan Jakarta sebagai kota pariwisata dan budaya dan tujuan destinasi wisata internasional. Semoga apa yang diharapkan tersebut akan terwujud.
Sukabumi, 25 September 2015
Jakarta Ikut eksis menyuguhkan jazz ya pak, keren, saya suka andien juga…
Betul Mas. Ini yang pertama dan sungguh luar biasa sejauh penilaian saya.
November Ngayogjazz kembali digelar nih Mas. Moga saya bisa hadir disana…
Salam,
Gitaris pengiringnya andien.. NIKITA dompas bukan…
Iya benar. Nikita Dompas ini juga music director pada bbrp album Andien.
Salam,
puas bacanya Pakde 🙂 jadi tau keseruannya
Makasih Om telah berkenan membaca posting saya ini.
Salam,
Good reportase broo TikBams, smpai ketemu di Bógór Jazz Reunion, mudah dgn musisi yg baguss2 broo…trims
Makasih Bang Bistok…
Oke kita hadir di Bogor Jazz Reunion 31 Oktober nanti yang akan digelar di Kebun Raya Bogor.
Salam,
Saya juga nonton acara ini.. keren banget ulasannya.. makasih diingatkan kembali. Tapi saya kira perlu ditambahkan juga kehebatan pasangan MC Jamie Aditya dan Wiwid yang kocak abis dan bikin penonton betah nunggu sampe jam setengah 2 pagi.
Wah, nonton juga ya Mbak?
Acaranya keren banget walau ini baru pertama kali diadakan, jadi tetap menunggu kelanjutannya di tahun depan.
Iya ya, saya jadi diingatkan lagi pasangan pembawa acara yg hebat. Saya baru tahu kalo Jamie Aditya itu bisa beberapa bahasa daerah. Luar biasa…
Salam,