Kembali ke Dieng

Ada ‘sesuatu’ yang mengajak untuk kembali mengunjungi Dieng. Sesuatu yang berhubungan dengan eksotisnya alam Dieng, sesuatu yang berhubungan dengan kepenasaran saya ingin melihat dari dekat bagaimana prosesi pemotongan rambut gimbal berjalan dan juga sesuatu yang berhubungan dengan hari istimewa yang menjadi bagian dari hidup saya.

Setahun yang lalu saya berkunjung ke Dieng. Saat itu bertepatan dengan event Dieng Culture Festival ke-5, seperti saya tuliskan dalam posting berjudul Dieng Plateau Nan Mempesona. Terus terang ada yang terlewatkan dalam kunjungan waktu itu, yaitu saya tidak dapat mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal dengan lengkap dan dari dekat. Hal yang tidak akan saya lewatkan dalam kunjungan ke Dieng kali ini yang bertepatan dengan dilangsungkannya event Dieng Culture Festival ke-6.

Tulisan ini memuat sekelumit kunjungan hari pertama di Dieng, Sabtu 1 Agustus 2015, dengan menampilkan lokasi-lokasi wisata yang dikunjungi. Ini semacam pengulangan dari kunjungan saya ke lokasi-lokasi wisata ini pada tahun lalu. Suatu pengulangan yang tak membosankan. Sedangkan tulisan mengenai ritual pemotongan rambut gimbal akan saya sampaikan pada posting berikutnya.

***

Jum’at sore, 31 Juli 2015, saya beserta rombongan memulai perjalanan ke Dieng. Saya bergabung dengan rombongan yang di koordinir oleh satu biro wisata yang saya kenal baik pengelolanya. Rombongan yang berjumlah 13 orang peserta ini didominasi oleh anak-anak muda.

Dalam rombongan itu yang mencolok dari segi usia mungkin hanya saya dan istri. Namun, yang mencolok lainnya adalah adanya peserta rombongan satu keluarga turis yang berkewarganegaraan Itali. Konon, menurut penuturannya, mereka cinta sekali dengan keindahan alam negeri ini dan akan menghabiskan waktu liburannya disini selama 3 bulan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata menarik yang tersebar di berbagai pelosok.

Sesama anggota rombongan yang asalnya tidak saling kenal, kemudian saling memperkenalkan diri dan ditengah perjalanan sudah tidak ada lagi rasa canggung. Tak heran bila kemudian banyak canda tawa terdengar. Begitulah kurang lebih salah satu keasyikan berwisata bila mengikuti rombongan yang dikelola oleh biro wisata.

Sekitar jam 07.30 pagi, kendaraan yang membawa rombongan sudah berada di jalan yang menanjak dan semakin mendekati Dieng. Kami singgah sejenak di satu tempat yang bernama Gardu Pandang Tieng.

Di Gardu Pandang Tieng ada bangunan yang terbuat dari tembok. Bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Dari gardu ini kita dapat memperhatikan alam Dieng yang demikian cantik dari ketinggian. Tertulis di dinding gardu bahwa ketinggian disini sekitar 1789 Meter Diatas Permukaan Laut.

Betapa indahnya menatap alam dan lingkungan Dieng yang masih demikian hijau. Dikejauhan tampak gunung yang sebagiannya masih tertutup kabut. Walau saat itu matahari demikian bersinar, namun udara dingin terasa menusuk.

Memandang alam dari ketinggian 1789 MDPL
oOo

Dari Gardu Pandang Tieng, perjalanan dilanjutkan. Sempat berhenti sejenak dan berfoto mengabadikan kenangan di depan gerbang yang bertuliskan Kawasan Dieng Plateau.

Menurut saya, gerbang yang berbentuk bangunan kuno terbuat dari batu yang berwarna hitam ini seakan mengucapkan selamat datang kepada pengunjung yang akan memasuki kawasan Dieng.

oOo

Anda ingin awet muda, tambah cantik dan enteng jodoh? Basuhlah muka atau mandilah dengan air dari mata air Bima, atau Tuk Bima Lukar, demikian menurut mitos.

Tuk (=mata air) Bima Lukar mempunyai legenda yang menarik seputar pembuatan Sungai Serayu yang konon penggalian sungainya dilakukan oleh Bima. Di cagar budaya ini terdapat bangunan yang menyerupai stupa. Sedang di depannya terdapat pancuran yang mengalirkan air yang begitu jernih dan terasa demikian dingin saat saya membasuh muka dengannya.

oOo

Telaga Warna adalah obyek wisata berikutnya yang dikunjungi. Suasana disini masih persis sama dengan setahun lalu saat saya mengunjunginya. Sejuk luar biasa disini dengan udara yang masih bersih dan bebas polusi. Di tengah telaga saya melihat air yang didominasi oleh warna biru yang lembut. Sungguh cantik.

Di lokasi wisata Telaga Warna, selain kita dapat menikmati keindahan telaga, juga terdapat beberapa obyek wisata yang berdasarkan legenda disana. Cobalah susuri jalan kecil disana dan masuki kawasan hutannya yang masih demikian rimbun, beberapa obyek wisata menarik lainnya dapat kita temukan.

oOo

Bila kita ingin mengetahui sejarah singkat Dieng, baik keadaan alamnya maupun legenda-legendanya, singgahlah ke Dieng Plateau Theatre. Di bioskop ini diputar film dokumenter yang berdurasi sekitar 30 menit.

Film dokumenter yang berjudul Bumi Kahyangan – Dieng Plateau – The Gods Abode ini menjelaskan secara ringkas namun padat tentang hal ihwal Dieng. Gambaran yang cukup lengkap mengenai sisi kehidupan masyarakat Dieng disampaikan dengan baik dan jelas melalui film dokumenter ini.

oOo

Kawah Sikidang adalah obyek wisata terakhir yang kami kunjungi. Sekitar jam 16.30 rombongan sampai di halaman area Kawah Sikidang. Aroma belerang yang menyengat segera tercium disini.

Obyek wisata Kawah Sikidang sudah berubah dibanding tahun lalu. Sekarang sudah ada semacam area yang pas untuk berfoto dengan latar belakang terdapat huruf-huruf besar yang bertuliskan SIKIDANG. Selain itu kini ada bangunan permanen tempat berjualan berbagai oleh-oleh khas Dieng. Tahun lalu pedagang-pedagang ini berjejer dikiri-kanan jalan kecil yang akan dilewati bila kita ingin mendekati kawah.

Dari kejauhan tampak asap yang mengepul yang berasal dari kawah. Siapapun pasti akan penasaran untuk mendekati kawah dan melihatnya dari dekat. Tak ada salahnya bila kita menuntaskan rasa penasaran itu dengan mendekati kawah. Tentunya harus berhati-hati untuk tidak melewati batas pagar kayu yang mengelilingi kawah.

***

Itulah beberapa obyek wisata yang saya dan rombongan kunjungi dalam satu hari. Walau banyak obyek wisata lainnya di Dieng yang tidak sempat dikunjungi, namun kiranya obyek-obyek wisata ini cukuplah memberikan gambaran akan betapa kayanya Dieng dengan obyek-obyek wisata yang cantik dan menawan.

Semoga suatu saat nanti saya dapat mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang berada di kawasan Dieng.

Bekasi, 4 Agustus 2015

Galery Fotoklik foto untuk memperbesar tampilan.

23 respons untuk ‘Kembali ke Dieng

Add yours

    1. Iya Mbak, tak bosan kembali berkunjung kesana. Ini kunjungan saya ke-2 ke Dieng, pesonanya tetap demikian mendalam bagi saya.

      Salam,

    1. Beruntung juga saya Mbak, kunjungan ke Dieng Culture Festival kali ini saya bisa menyaksikan dari dekat prosesi pemotongan rambut gimbal…

      Salam,

    1. Dingin banget Mbak. Kalau lagi ekstrim bisa sampai 0 derajat celcius dan butir2 es bertebar di dedaunan.
      Hayu Mbak cuci muka di tuk bima lukar…

      Salam,

    1. Festival jazz atau di DCF disebut JazzAtasAwan digelar pada setiap DCF, Kang. Tapi di DCF ke-6 ini jazzatasawan nya digelar di hari pertama, Jumat 31 Juli. Saat saya masih otw, jadi saya gak bisa nonton deh…

      Salam,

    1. Saya sepakat Kang.
      Sudah dua kali saya berkunjung ke Dieng, ini karena kangen dan tidak membosankan dgn mengulang kunjungan ini. Tetap menarik…

      Salam,

    1. Kangen Dieng ya Mas? Ah, pasti…
      Kemarin saya melihat upacara potong rambut gimbal dari dekat. Saya sedang selesaikan tulisannya biar siap di posting nih..

      Salam,

    1. Betul Mbak, banyak juga obyek wisata yang berada di kawasan Dieng ini. Saya pikir sedikitnya perlu dua harian untuk menelusuri obyek-obyek wisata disana.
      Hayu Mbak kapan-kapan berkunjung ke Dieng yang indah dan super dingin ini.

      Salam,

Tinggalkan Balasan ke Titik Asa Batalkan balasan

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑