Minggu pagi ini, seperti acara rutin saya di Sabtu atau Minggu lainnya, saya berjalan kaki menyusuri desa yang berada di bagian utara perkampungan tempat saya tinggal di Sukabumi. Perkampungan itu bernama Cikiray yang merupakan bagian dari desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat.
Sudut-sudut perkampungan Cikiray yang sampai hari ini masih didominasi pesawahan tetap merupakan hal yang menarik untuk dinikmati, walau disini banyak juga ditemukan kolam-kolam perikanan dan beberapa industri makanan. Ada juga bangunan unik disini, yang saya tampilkan juga dalam posting ini. Dan, tentu saja, jalan kaki rasanya tidak sempurna bila tidak diakhiri dengan menyantap jajanan pagi yang juga saya temukan disini.
Mari kita jalan kaki pagi…
***
Pagi ini cuaca tidak begitu cerah. Udara yang lebih dingin dari biasanya saya rasakan ketika saya keluar dari rumah hendak memulai jalan kaki pagi ini. Terus terang, udara dingin dan suasana yang agak mendung seperti begini sering menahan saya untuk tetap berdiam di rumah. Namun rasanya badan ini perlu juga diajak bergerak agar tetap bugar.
Satu dua langkah diayun. Menyusuri jalan kecil perkampungan yang agak menanjak. Tujuan saya adalah jalan kaki menyusuri perkampungan Cikiray. Perkampungan yang tidak jauh letaknya dari perkampungan tempat saya tinggal, karena yang memisahkannya dengan perkampungan tempat saya tinggal hanyalah sebuah jalan raya. Jalan raya yang menghubungkan Sukabumi dengan Bogor/Jakarta.
Pesawahan yang luas terhampar dengan padi yang menguning, akhirnya berada dihadaan saya. Memandang jauh ke depan, tampak Gunung Gede yang sebagian masih tertutup awan berwarna agak menghitam. Kalau cuaca cerah, pemandangan ini akan lebih indah dengan warna awannya yang biru berbaur putih.
Ini beberapa potret suasana perkampungan Cikiray yang saya saksikan tadi pagi. Masih indah dan asri disini…
Bangunan unik yang saya temukan di Cikiray ini berupa sebuah masjid. Masjid ini terletak dipinggir jalan Cikiray. Sebuah masjid yang saya sebut unik karena berbentuk sebuah perahu. Bila dipandang dengan seksama, masjid ini seperti perahu yang berada di lautan, karena didirikan diatas kolam berair dengan ikan-ikan kecil yang berada pada kolam tersebut.
Ini potret lainnya dari Masjid Perahu. Semoga potret-potret ini lebih menjelaskan keunikan bangunan masjid tersebut.
Dan seperti saya bilang diatas, jalan kaki pagi kurang sempurna bila tidak diakhiri dengan menyantap jajanan pagi. Betapa senangnya ketika saya menemukan tukang bubur ayam yang mangkal di depan toko yang masih tutup di Cikiray Kaler ini.
Tukang bubur ayam yang akrab dipanggil dengan sebutan Si Abah ini, yang gerobak bubur ayamnya diberi nama “Boga Rasa”, sudah ramai dikunjungi pelanggannya. Murah senyum dan enak diajak ngobrol, itulah kesan pertama saya ketika pertama bertemu dengannya.
Saya heran kenapa tukang bubur ayam ini dipanggil Si Abah. Setelah saya ngobrol saya lebih heran lagi mengingat usianya yang baru menginjak 40 tahun ini. Masih muda, pikir saya. Tapi, sudah 20 tahun rupanya Si Abah ini berjualan bubur ayam. Saya berdecak kagum. Kapan-kapan saya akan kembali kesini, saya penasaran dengan kisah hidupnya dalam menjalani profesinya sebagai penjual bubur ayam. Ingin juga menuliskannya untuk di-share di blog ini.
Inilah gaya Si Abah saat meracik bubur ayam. Tangannya yang ringan dan lincah, menandakan memang ia sudah ahli dalam menyajikan bubur ayam.
Hanya Rp 6000,- per mangkuk, rasanya yang khas, inilah semangkuk bubur ayam racikan Si Abah…
***
Begitulah Minggu pagi saya. Berjalan kaki menyusuri perkampungan yang berada tidak jauh dari tempat saya tinggal. Menghirup udara segar, menatap pesawahan yang terhampar, menatap pegunungan dari kejauhan. Semoga semua ini bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh.
Bagaimana dengan liburan akhir pekan sahabat-sahabat blogger dan pembaca blog ini?
Semogalah diisi dengan hal yang positif dan bermanfaat…
Sukabumi, 18 Januari 2015
Selalu indah memandang pemandangan=pemandangan desa,. Yup unik Masjid perahu menginggatkan saya dulu saya pernah serombongan nginap di daerah sukabumi dan uniknya tempat wudhunya tidak seperti mesjid di Jakarta, tapi berbentuk kolam..
Di hari itu juga, saya lagi wudhu pernah kecebur dikolam pas mau cuci kaki, malunya minta ampun dengan tatapan warga sekitar. Akhirnya mandi sekalian
Pengalaman yg unik Mas, itu sampai kecebur kolam begitu.
Kapan-kapan singgah lagi di Sukabumi Mas…
Salam,
Unik juga liat foto2 masjid perahu apalagi pake hiasan “jangkar” segAla 🙂
Betul Kang, unik masjid yg berbentuk perahu dan berhias jangkar ini…
Salam ti katebihan Kang,
sejuk banget rasanya liat foto gunung dan sawahnya…
selalu bikin kangen suasana pedesaan begini, maklum dulu lahirnya juga gak jauh dari suasana pegunungan.
wah di sukabumi buryamnya pake risol begitu ya? di jakarta dulu saya sering banget makan bubur ayam sukabumi di radio dalam….
salam
/kayka
Beginilah suasana perkampungan di Sukabumi. Masih dominan dgn sawah…
Iya Mbak, rata-rata bubur ayam disini ditabur potongan risol seperti ini. Wah, ada juga rupanya bubur ayami Sukabumi di Radio Dalam.
Salam,
ada mas tapi penampakannya sama sekali lain dan juga gak pake risol…
salam
/kayka
Saha Merasa familiar sekali dengan Tempat Ini, entah kenapa..
Familiar? Hehehe…
Haiya Al, gimana kabarnya ngumbara di Jakarta?
Salam,
Meni waas ningal sawah ..
Aduuh eta bubur hayaaam…pesen kaaang… Serius kabita pisaaaan… *kutap-ketap* 😁😋
Waas nya Teh? Hayu ah dibetot sangkan geura ka Bandung…
Kabita bubur hayam na Teh? Beu ambeu, kumaha kedah ngintun na ka Jerman ieu nya?
Salam,
Hoyong kaaang…hoyong uwiih ..sono oge ka pun Biyang, tp da kumaha atuhnya, teu tiasa ujug2 jung we mios, da barudak sarakola keneh, upami dikantun karunya kangmas oge hehe…
Enjing bade ngadamel aaah, sawios teu sapertos si abah oge, nu penting abdi teu ngacay hihi
Sumuhun Teh, sesah nya uih teh teu tiasa ras jig. Barudak nu sarakola sareng kangmas na penginten…
Wilujeng ngadamel bubur hayam Teh. Engin pintonkeun nya via blog atanapi FB. Diantos…
Salam,
Saleresna mah kangmas, ngawidian wae upami abdi bade ka Bandung mah, mung abdi anu teu raos pisan ka kangmas, tp upami parantos sono pisan, abdi sok rada2 murang maring hihi…landongna mah kangmas tos uninga, abdi kedah “dikintun” ka Bandung 😁😁
Insya-Allah kang upami cios ngadamel bakalan “pamer” hehe
Hehehe…murang maring nya Teh. Eta meuni “dikintun” kitu kawas nu dibistelkeun wae ah… 😀
Tah, diantos ah bubur hayam na. Ieu abdi nuju ngiler ninggali foto bolu kukus damelan Teh Wie…
Salam,
Hehe… Ngangge paket kilat kang 😀
Waaah ganjakal parantos seep kang Bolkusna… 😀
Masjidnya unik, apakah pembuatnya seorang pelaut kang ?
Nah ini dia Mas, saya belum mempelajari jauh apakah pembuatnya seorang pelaut atau bukan.
Mungkin saja terinspirasi dari kisah Nabi Nuh, Mas…
Salam,
Kampungnya hijau dan asri serta masjidnya benar-benar unik
Betul Mas, demikianlah rata-rata perkampungan di daerah Cisaat ini masih hijau.
Salam,
Wah indah sekali Cikiray ini, dan Bubur ayamnya juga Lezat Pak Dhe 😀
Beberapa sudut Cikiray masih indah seperti begini Mas…
Nah, kapan-kapan ke Sukabumi, Mas. Yok kita nikmati jajanan tradisional Sukabumi diantaranya bubur ayam ini.
Salam,
lihat foto bubur ayamnya, jadi pengin beli…
Sini Mas, kesini. Nanti saya traktir bubur ayam deh…
Salam,
teryata kegiatan rutinnya setiap sabtu dan minggu itu berjalan kaki berkeliling kampun ya mas, benar-benar aktifitas yang menyehatkan badan dan menyegarkan jiwa raga serta mata,
masjid perahu itu unik banget…… senang melihat foto-fotonya…apalagi ada bubur ayam…jadi laperrr ..
keep happy blogging always….salam dari Makassar 🙂
Ah iya beginilah kegiatan rutin saya kalau berakhir pekan di Sukabumi, Mas.
Mesti banyak bergerak juga demi kesehatan dan kebugaran badan, walau kadang malasnya luar biasa…
Terima kasih Mas kalau suka dengan foto-foto alakadarnya ini.
Salam dari saya di Sukabumi,