Mengenang Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Sudah lama saya mendengar kisah heroik tentang pertempuran yang dahulu pernah terjadi di Bojongkokosan. Tak terhitung entah sudah berapa kali saya melewati kawasan ini. Sering hanya lewat saja, sesekali terjebak kemacetan di sekitar kawasan itu. Saya hanya menatap saja dari jauh Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan yang berdiri disana.

Sering timbul keinginan untuk mengunjunginya. Sesering itu pula saya selalu gagal untuk berangkat kesana. Padahal itu tempat yang mempunyai nilai historis yang berada di kawasan Sukabumi. Hal ini sedikitnya menyadarkan saya betapa saya ini bukan warga negara yang baik, yang tidak menghargai jasa-jasa pahlawannya. Ah, semoga saya tidak seburuk itu…

Keinginan mengunjungi Bojongkokosan kembali timbul setelah saya menemukan copy buku yang berisikan pertempuran yang terjadi disana. Buku berjudul Pertempuran Konvoy Sukabumi – Cianjur 1945 – 1946 tergeletak di rumah dan justru sering dibaca dan dipelajari oleh anak saya yang paling besar. Bagi anak saya, yang saat ini sedang dalam tahap akhir kuliahnya pada jurusan Teknik Informatika, buku ini menjadi salah satu referensinya dalam mengembangkan Education Game ber-genre Turn-Based Strategy yang mengambil latar belakang pertempuran Bojongkokosan.

Demikianlah, akhirnya Sabtu, 19 April 2014, terwujud juga niat dan keinginan saya untuk mengunjungi Bojongkokosan

***

Bojongkokosan berada di ruas jalan raya antara SukabumiBogor. Jarak dari Sukabumi hanya sekitar 30-an km saja. Ruas jalan Bojongkokosan ini di kiri dan kanannya diapit oleh tebing yang cukup tinggi. Tinggi tebing ini sekitar 8 – 10 m. Kalau di-imajinasikan ke tahun 1945, mungkin dahulu ruas jalan Bojongkokosan ini menyempit. Kendaraan yang melewatinya harus bergerak satu demi satu saat memasuki ruas jalan ini.

Kondisi ruas jalan Bojongkokosan saat ini seperti pada foto dibawah ini. Foto ini saya ambil sekitar jam 08.00 pagi, saat jalanan masih lengang. Suatu keadaan yang berbeda seandai saya memotretnya di siang hari saat kendaraan sudah banyak yang lalu-lalang disekitar ruas jalan ini.

Cuplikan Sejarah

Pada tanggal 9 Desember 1945 pernah terjadi pertempuran hebat disini. Pertempuran yang dimaksudkan untuk penghadangan terhadap iring-iringan tentara Inggris (Sekutu) yang bergerak menuju Bandung melewati Bogor dan Sukabumi. Peristiwa Bojongkokosan pada tanggal 9 Desember 1945 merupakan awal dari serangan-serangan yang disusun oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Letnan Kolonel Eddie Soekardi yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR/TRI Sukabumi.

Pada saat kejadiannya, kendaraan pengawal iring-iringan tentara Inggris (Sekutu) terjebak lubang yang disiapkan oleh para pejuang di jalan yang diapit oleh dua tebing di Bojongkokosan itu. Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan rakyat Sukabumi menyergap iring-iringan tentara Inggris (Sekutu). Tercatat, 50 tentara Inggris (sekutu) tewas, 100 terluka dan 30 lainnya hilang.

Akhirnya Inggris membalas perbuatan para pejuang tersebut dengan menugaskan angkatan udaranya, RAF (Royal Air Force) untuk membombardir kawasan Cibadak dan sekitarnya. Pengeboman tersebut tercatat dalam buku The Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton sebagai serangan terbesar selama Sekutu berada di Pulau Jawa. Tetapi pihak Resimen III TKR Sukabumi telah mengungsikan sebagian penduduk Cibadak, sehingga korban sangat minim.

Pada peristiwa pertempuran, tercatat sebanyak 73 pejuang gugur. 28 pejuang gugur saat terjadi pertempuran di Bojongkokosan pada tanggal 9 Desember 1945, sedangkan 45 pejuang dan rakyat gugur selama pertempuran yang terjadi antara Bojongkokosan – Sukabumi yang terjadi pada tanggal 9 hingga 10 Dedember 1945. Nama para pejuang dan rakyat yang gugur tersebut dituliskan dalam catatan yang terdapat di museum Bojongkokosan.

Peristiwa Bojongkokosan kemudian menjadi pemicu awal dalam peristiwa yang dikenal dengan Perang Konvoy dan merupakan Perang Konvoy Pertama – The First Convoy Battle  tanggal 9 hingga tanggal 12 Desember 1945. Sedangkan Perang Konvoy Kedua terjadi pada tanggal 10 hingga tanggal 14 Maret 1946.

Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Monumen Palagan Perjuangan Bojongkokosan berada pada pinggir jalan raya sehingga kita bisa melihatnya dengan jelas saat berkendaraan melewatinya. Monumen ini tepatnya berlokasi di Jln. Siliwangi Km. 27, Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi. Monumen ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada bulan November 1992.

Diatas prasasti peresmian tersebut, tertulis kalimat indah yang boleh dijadikan bahan renungan. Kalimat itu berbuniyi, “Bagi pejuang tak ada satu kepuasaan kecuali hasil perjuangannya diteruskan oleh generasi selanjutnya”.

Monumen yang berupa patung-patung simbol perjuangan ini berada pada tengah lapangan. Sedangkan disebelah kiri lapangan terdapat replika panser yang digunakan pada saat pertempuran Bojongkokosan terjadi.

Selain monumen tersebut, didalam area taman Bojongkokosan ada dua tempat lagi yang layak kita kunjungi. Yang pertama adalah Prasasti Relief dan yang kedua adalah Museum Bojongkokosan.

Prasasti Relief Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Untuk menuju Prasasti Relief, kita harus memasuki taman Bojongkokosan melalu pintu yang berada di sebelah kiri lapangan Monumen. Prasati relief ini telah diresmikan pada tanggal 9 Desember 2006. Jalan yang menanjak menuju prasasti relief terasa sejuk karena rimbun pepohonan yang tumbuh subur di area taman tersebut.

Prasasti Relief berupa bangunan membulat dan terbuka. Disana terdapat relief yang menggambarkan pertempuran yang terjadi di Bojongkokosan pada tanggal 9 Desember 1945. Pertempuran yang diistilahkan sebagai “memukul ular berbisa”.

Dalam relief yang lain digambarkan juga suasana perundingan herdislokasi (penempatan pasukan) yang dipimpin oleh Komandan Resimen Letkol Eddy Soekardi. Juga terdapat relief yang menggambarkan suasana duka yang menyelimuti saat pemakaman para pejuang yang gugur dalam pertempuran. Sedangkan pada relief paling kiri terdapat daftar 28 pejuang yang gugur dalam peristiwa Bojongkokosan itu, termasuk 2 pejuang yang tak dikenal.

Museum Palagan Bojongkokosan

Ternyata hari Sabtu kemarin museum tutup. Entah memang begini kebiasaannya atau ini hanya pengaruh dari hari Jumat yang Libur Nasional. Beruntunglah saya bertemu dengan Kang Parli, salah seorang petugas panjaga disana yang sedang asyik dengan kegiatan bersih-bersihnya. Setelah berbincang sejenak dan mengutarakan keinginan saya untuk melihat museum bagian dalamnya, ia berbaik hati untuk membukakan pintu museum yang terkunci tersebut.

Memasuki ruangan museum, kang Parli langsung membuka kunci pintu lainnya. Rupanya itu adalah pintu untuk memasuki Ruang Diorama. Saya perhatikan ada 7 diorama disana. 3 diorama disisi kiri, 3 diorama disisi kanan dan 1 diorama di tengah. Diorama ini menggambarkan rangkaian peristiwa Bojongkokosan. Yang digambarkan disini sama dengan apa yang digambarkan pada prasasti relief. Namun penggambarannya lebih detil dan lebih hidup dengan nuansa tiga dimensi.

Bangunan museum Bojongkokosan, ruang diorama dan beberapa diorama sempat saya foto. Sayang beberapa hasilnya tidak bagus. Foto berikut semoga dapat menggambarkan keseluruhan diorama yang ada di ruang diorama tersebut.

Di ruang museum sendiri ada beberapa benda-benda yang dipajang disana. Mulai dari benda-benda peninggalan para pejuang, model panah dan jenis tombak yang digunakan pada masa perjuangan sampai puing-puing pesawat Inggris, RAF (Royal Air Force).

Di dinding museum saya perhatikan ada 2 daftar yang tertempel. Yang pertama adalah daftar nama 28 pejuang yang gugur dalam pertempuran di Bojongkokosan pada tanggal 9 Desember 1945 dan yang kedua adalah daftar nama 45 pejuang dan rakyat yang gugur dalam pertempuran antara Bojongkokosan dan Sukabumi antara tanggal 9 sampai 10 Desember 1945.

Cuplikan Buku

Penghadangan dan pertempuran yang terjadi di Bojongkokosan ini diistilahkan sebagai “memukul ular berbisa”, seperti yang tertulis dalam salah satu relief diatas.

Mengapa pertempuran Bojongkokosan diistilahkan demikian?

Jawaban atas pertanyaan itu saya dapatkan dari buku Pertempuran Konvoy Sukabumi – Cianjur 1945 – 1946, halaman 173, tertulis :


Didahului oleh pengawalan Tank Sherman, Panser Wagon, Brencarrier dan iring-iringan 150 buah truk pengangkut perbekalan APWI, konvoy sekutu meliuk-liuk menelusuri celah-celah pegunungan, menuju Bandung lewat Bogor-Sukabumi.

Sepanjang 12 kilometer konvoy, dikawal oleh satu batalyon tentara 5/9 Jats, dari Divisi ke-23 India. Mereka adalah tentara elite bayaran, merupakan bagian dari Angkatan Perang Inggris. Mereka tentara andalan berpengalaman, dalam pertempuran Asia Timur Raya, sebagai pemenang Perang Dunia II.

Sebagai kepalanya: Tank Sherman, tengkuknya: Panser Wagon, badan sampai ekornya: truk-truk, dan diperkuat oleh ruas-ruas tulangnya: Brencarrier-Brencarrier. Itulah ular berbisa, yang sering disebut-sebut oleh Letnan Kolonel Eddie Soekardi, Komandan Resimen TKR Sukabumi.


Dari penjelasan yang tertulis di buku itu, kiranya dapatlah dipahami mengapa pertempuran Bojongkokosan itu diistilahkan sebagai “memukul ular berbisa”.

***

Saat akan meninggalkan museum, tak lupa saya berterima kasih kepada kang Parli yang telah berbaik hati untuk membukakan pintu museum Bojongkokosan. Buku cetak asli Pertempuran Konvoy Sukabumi – Cianjur 1945 – 1946 yang dijual secara terbatas, akhirnya saya dapatkan juga.

Dari ketinggian taman Bojongkokosan, dari samping replika panser, saya sempat menikmati pemandangan indah di bawah. Memandang kearah jalan yang meliuk dan kendaraan yang lalu lalang.

Saya berucap dalam hati, betapa indah alam anugerahNya ini. Keindahan yang berpadu dengan kekayaan alamnya yang luar biasa ini dapat kita raih dan nikmati saat ini salah satunya sebagai hasil upaya keras yang telah dilakukan oleh pejuang-pejuang yang telah gugur dalam berbagai medan perjuangan, termasuk dalam palagan perjuangan Bojongkokosan ini.

Sungguh saya merasa “kecil” ketika tersirat seberkas tanya, apa yang telah saya sumbangkan dan berikan bagi negeri tercinta ini?

Sukabumi, 23 April 2014

Catatan:
Letnan Kolonel Eddie Soekardi meninggal dunia di Bandung pada hari Sabtu, 6 September 2014, dalam usia 98 tahun.
Semoga almarhum mendapat tempat yang mulia disisiNya. Amin.

Referensi:
Drs. Yoseph Iskandar, dkk, “Pertempuran Konvoy Sukabumi – Cianjur 1945 – 1946”, Sukardi Ltd, Jakarta, 1997.

Catatan
Posting ini telah di publish di VIVAlog-VIVAnews disini. Terima kasih.

Iklan

44 respons untuk ‘Mengenang Palagan Perjuangan Bojongkokosan

Add yours

  1. Sayang sekali, sekarang daerah di sekitar palagan kalau sore malah sering dijadikan sebagai tempat anak-anak muda buat nongkrong dan pacaran…. kontras sekali dengan semangat perjuangannya…

  2. Di luar yang dituliskan dalam materi sejarah di sekolah, ternyata ada banyak sekali peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di sekitar kita 🙂
    terima kasih infonya, Pak…

    1. Betul sekali. Saya merasakan hal yg sama. Terus terang awalnya hanya tahu serba sedikit mengenai Bojongkokosan. Setelah mengunjunginya dan membaca bukunya, benar-benar saya kagum atas perjuangan dan pertempuran yg pernah terjadi disana…

      Salam,

  3. Keren juga cerita sejarahnya. Menarik menyimak kejadian perang bojongkokosan, jadi bertambah pengetahuan dan tahu hebatnya para pejuang kita dulunya.

    1. Demikianlah kurang lebih cerita sejarah yang saya ungkap dari museum, prasasti relief dan membaca bukunya, Mas.
      Luar biasa ternyata peristiwa yg pernah terjadi di Bojongkokosan ini…

      Salam,

  4. Ternyata untuk mendapatkan cerita seru tentang perjuangan dan mengisi blog tercinta tidak usah jauh melakukan perjalanannya. Asik Kang ceritanya dan nambah wawasan juga.

    1. Sumuhun Kang, leres pisan. Padahal tos lami hoyong nyerat mengenai Bojongkokosan teh, nyaeta bakat ku caket janten katunda-katunda wae.

      Hatur nuhun Kang parantos kersa maca seratan alakadarna ieu.

      Salam ti katebihan,

  5. palagan..memang terkenal akan kisah perjuangannya yg sangat heroik, namun sayang kisah palagan ini semakin tergerus oleh arus informasi dari dunia hiburan dalam dan luar negri,,hingga sekarang banyak anak2 sekolah yg tak tahu tentang palagan ini penuh pengorbanan para pahlawan bangsa…
    keep happy blogging always..salam dari Makassar 🙂

    1. Betul apa yg Mas Hariyanto bilang, kisah-kisah palagan yg heroik seakan tenggelam dalam berbagai gemmpita informasi dan hiburan kontemporer. Sungguh memprihatinkan ya Mas…

      Salam,

  6. Menurut saya, tulisan Pak Titik Asa ini bisa dijadikan rujukan yang sangat oke bagi generasi muda atau siapa saja yang ingin mengetahui para pejuang di Bojongkokosan, Sukabumi, dan sekitarnya.

    1. Terima kasih Mas…
      Walau saya tidak berpikiran sejauh itu waktu menuliskan ttg Palagan Bojongkokosan ini Mas. Ini hanya sekedar mengingatkan kembali terkhusus kpd diri saya sendiri betapa sangat besar pengorbanan yang telah diberikan oleh pejuang kita dalam mempertahankan kemerdekaan…

      Salam,

  7. sayang perhatian pemerintah kayaknya kurang ya terhadap tempat yang memiliki nilai sejarah kayak gini. padalah bisa jadi salah satu tempat untuk belajar buat anak cucu kita nanti. miris.

    1. Mungkin hanya prioritas nomor sekian saja ya Mas perhatian akan tempat bernilai historis seperti ini.
      Semoga kedepannya tempat-tempat seperti ini dimanapun di tanah air dipriorotaskan juga untuk diperhatikan.

      Salam,

  8. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Titik Asa….

    Banyak sekali fakta yang diprolehi dari sejarah masa lalu yang tidak bisa kita lalui pada zamannya. Saya sangat suka pergi ke muzium atau tempat bersejarah kerana kita bisa mengenang sejarah yang tiak oernah kita ketahu ceritanya melainkan mereka yang sanggup mencatat sejarah buat teladan dan sempadan kita masa kini..

    Mengambil semangat pejuang masa lalu dan mengetahui sebab semangat itu muncul akan memberi impak yang besar untuk generasi baru mengubah sikap agar sejarah lalu akan berkembang baik, jika ada buruknya pasti tidak akan diulangi lagi apabila kesannya telah kita renungi. Foto-foto yang ditampilkan untuk kongsian bersama sangat mengesankan juga memberi pencerahan sebagai iktibar.

    Oleh itu, pihak pemerintah mesti mengekalkan kesan sejarah buat pelajaran anak generasi kita masa kini.
    Salam sejahtera dan hormat selalu dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    1. Waalaikum salam wr.wb, Mbak Fatimah,

      Betul sekali Mbak, banyak fakta dan sejarah dapat kita gali dari tempat seperti ini. AKhirnya semoga membawa kepada kesadaran kita bahwa pengorbanan yang pernah dilakukan oleh pejuang-pejuang kita di masa lalu demikian besar dan tetap bergema sampai saat ini.

      Salam,

    1. Iya Mbak Elly, tempatnya walau bangunan musiumnya sangat sederhana tapi tetap terawat dan di jaga kebersihan dan kerapiannya.
      Mari Mbak kapan-kapan kalau pulang ke tanah air dan ada waktu kita kunjungi bersama monumen dan museum palagan Bojongkokosan ini.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: