Sisi Lain Jalan Jalur Lingkar Selatan Sukabumi

Sudah hampir dua tahun Jalan Jalur Lingkar Selatan Sukabumi digunakan sejak peresmiannya di bulan Januari 2012. Jalur yang melingkari Kota Sukabumi dan sebagian Kabupaten Sukabumi ini memiliki ruas panjang sekitar 7 kilometer dibangun dengan tujuan meminimalkan kemacetan lalu-lintas yang kerap terjadi di Kota Sukabumi.

Dengan adanya jalur ini seandai dari arah barat, Bogor misalnya, akan menuju kea rah timur, Cianjur misalnya, tidak lagi perlu melewati jalan-jalan Kota Sukabumi yang padat dan rawan terjadi kemacetan. Cukup memasuki jalur ini mulai dari Cibolang, Cisaat dan keluar dari Sukaraja untuk kemudian langsung menuju Cianjur. Demikian juga sebaliknya. Begitu sekelumit gambaran singkat tentang fungsi jalur ini.

Walau demikian ada fenomena yang menarik, seperti kabar yang banyak saya dengar, kalau di hari Minggu pagi jalur ini ramai juga digunakan oleh anggota masyarakat sekitar untuk berolah-raga, semisal jalan kaki atau lari pagi. Ini yang membuat saya penasaran untuk melihatnya langsung. Benarkah?

***

Minggu pagi 24 November rasa penasaran saya seakan tak tertahankan. Cuaca yang mendung tidak menghalangi kepenasaran saya itu, dan akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi Jalan Jalur Lingkar Selatan Sukabumi.

Saya memasuki jalur ini dari Cibolang. Di ujung jalur yang merupakan pertigaan dengan jalan raya Sukabumi – Jakarta, saya disambut dengan pembangunan masjid yang besar. Saya melihat dari plang yang terpasang kalau biaya pembangunan masjid ini lebih dari Rp 4 M. Saya kurang teliti membaca plang tersebut sehingga saya tidak dapat menyebutkan kapan target pembangunan masjid ini akan selesai.

Masjid dalam pembangunan.
Masjid dalam pembangunan.

Selangkah demi selangkah saya memasuki jalur ini. Begitu takjub dengan banyaknya orang-orang disini. Sebagian besar mereka berjalan kaki. Semakin jauh saya melangkahkan kaki, di kiri kanan saya melihat banyak sekali penjual makanan dan jajanan. Semakin jauh lagi, di kiri kanan banyak penjual berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Mulai dari pakaian sampai dengan kelontong sederhana. Ah, sepertinya saya melihat Lapang Merdeka yang ramai seperti ini kalau di Minggu Pagi, seperti saya tuliskan diposting pada link ini. Bedanya hanya areanya saja. Jelas kalau Lapang Merdeka hanya merupakan lapangan saja, tapi disini merupakan jalan yang cukup lebar. Pedagang pakaian dan berbagai pedagang lainnya nampak mulai tampak rapat berjajar setelah melewati jembatan pertama yang bernama Jembatan Cibatu.

Suasana keramaian seperti yang saya gambarkan diatas, saya ilustrasikan pada foto-foto dibawah ini. Klik foto untuk memperbesar agar pembaca lebih jelas dengan situasi keramaian yang terjadi disana.

Namun demikian, dibandingkan dengan menelusuri Lapang Merdeka, menelusuri jalur ini kita akan mendapat semacam bonus. Bonusnya yaitu kita dapat menyaksikan keindahan pemandangan yang dapat kita perhatikan di sepanjang kiri dan kanan jalan. Saya yakin, siapapun yang akan memandang keindahan alam ini pasti akan terpesona dibuatnya.

Di sisi jalan, saya dapat memandang kolam berair jernih lengkap dengan pesawahan di kejauhan…

Kolam dan sawah di kejauhan.
Kolam dan sawah di kejauhan.

Di sisi lain jalan, di kejauhan nampak pesawahan yang terhampar dengan padi yang mulai menghijau diantara rumah-rumah penduduk setempat . Memandangnya dari jauh, akan terasa damai menyelusup relung hati kita.

Sawah dan perkampungan.

Sawah dan perkampungan

Dari atas Jembatan Cibatu, dibawahnya saya lihat jalan kereta. Dari sisi kiri, saya memandang jalan kereta menuju Sukabumi, sedangkan dari sisi kanan terlihat jalan kereta yang lurus menuju Bogor.

Jalan kereta arah ke Sukabumi.
Jalan kereta arah ke Sukabumi.
Jalan kereta arah ke Bogor.
Jalan kereta arah ke Bogor.

Tak berlebihan bila saya bilang kalau keindahan alam yang dapat kita saksikan itu semacam bonus. Bonus penghiburan karena menyaksikan mulai semrawutnya jalur  ini di Minggu pagi, suatu keadaan yang saya rasa mirip dengan suasana Lapang Merdeka.

***

Jalan Jalur Lingkar Selatan yang awalnya ditujukan untuk meminimalkan kemacetan di kota Sukabumi, akhirnya menciptakan kemacetannya sendiri. Walau kemacetan ini tidak terjadi di sepanjang jalur, dan terutama hanya terjadi pada Minggu pagi, dan itupun paling hanya berlangsung sampai jam 8 pagi saja, tetap saja keadaan ini mengharuskan pengemudi kendaraan yang melewatinya untuk bersabar barang sedikit.

Tetap saja kedepan diperlukan pengaturan yang lebih baik dan serius dari pemerintah setempat dalam hal pengelolaan jalan ini. Barangkali penataan lokasi-lokasi untuk berjualan yang lebih baik dan terarah, sehingga siapa saja yang melewati jalur ini utamanya di Minggu pagi, baik pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan, mendapat kenyamanan optimal pada Jalan Jalur Lingkas Selatan Sukabumi ini.

Bekasi, 26 November 2013

22 respons untuk ‘Sisi Lain Jalan Jalur Lingkar Selatan Sukabumi

Add yours

    1. Betul Kang, trafik belum padat terutama di Minggu pagi. Begiulah, dimanfaatkan sbg pasar kaget juga. Pengematan saya, aktifitas ini berakhir di jam 8. Setelah itu berangsur-angsur jalur ini kembali normal…

      Salam,

  1. Wah ada pasar kagetnya ya….? pemandangan sukabumi memang masih segar dan alami jadi pasti sangat indah, jauh sekali perbedaannya dengan jakarta dan sekitarnya yang sudah terpolusi oleh perindustrian.

    1. Iya Mas, ada pasar kaget di Minggu pagi disini. Pemandangan yg indah dan udara segar dan menyejukkan seakan memupus keseharian saya hidup bersama polusi di sekitar pabrik di Bekasi.

      Salam,

    1. Aeh, geuning ti Cibadak akang teh? Palih mana Cibadak na Kang? Ayeuna ngumbara dimana?
      Abdi mah bumi di Cisaat, ari nguli di Bekasi. Tiap minggon, paling telat dua minggon, abdi pulkam…

      Salam,

    1. Duh, abdi eleh ku Akang. Abdi teu acan nyobian nek KA Pangrango.
      Tgl 1 Desember insya Allah abdi aya di Sukabumi. Mangga atuh urang tepang Kang…

      Salam,

  2. wah … cantik ya mas masih byk ijo ijonya 🙂

    4 M ? byk juga ya biaya pembangunan mesjidnya

    btw, apa kbr mas ? maaf baru bisa berkunjung habis mudik soalnya 🙂

    1. Iya mba, pemandangan disana masih hijau. Meyegarkan mata saat menatapnya.
      Betul biaya pembangunan masjid itu 4M lebih. Masjid besar yang dibangun oleh pemerintah Jawa Barat.

      Saya baik-baik mba. Bagaimana dgn mba? Wah bagaimana kabar mudiknya, pasti seru nih…
      Nah, kalau saya belakangan ini jarang berkunjung ke blog-blog, cuaca yg buruk disini sepertinya berpengaruh besar pd akses internet yg biasa saya lakukan dg menggunakan modem.

      Salam,

  3. Ari linggih mah pribados teh di kebon randu , tapi ngumbarana pribados mah angkleung2an we di tengah laut , biasa kang kuli di kapal. Nya hiburanna kieu lah muka2 internet mun nuju kenging signal .

    1. Oh di kebon randu. Atuh ayeuna akang jarang mulih ka Sukabumi. Biasana tiasa liburan tiap sabaraha periode Kang? Jigana seru yeuh upami ngobrol sareng akang perihal kerja di kapal. Iraha-iraha urang tepang Kang…

      Salam,

      1. Mulihna teu tangtos kang abdi mah , kadang sa sasih sakali, eta ge mung kenging dua atanapi tilu dinten di bumi. Insya Allah kang upai aya waktos urang ketemuan ! Mun teu ka abotan nyuhunkeun nomor hp akang , via email we.

  4. iya to bak bu nek pak babeh jalur lingkar selatan sukabumi cibolang lw hari mingu suasana nyaa sejuk banmget indahhhh sekali mariiiiiiii bak ikuut yuuu heheeeeee

Tinggalkan Balasan ke Titik Asa Batalkan balasan

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑