Dirgahayu Negeriku…

Sabtu minggu ini bertepatan dengan hari kemerdekaan negeri kita. 68 tahun silam, 17 Agustus 1945, negeri ini diproklamirkan. Sejak itu nama Republik Indonesia telah resmi dan menjadi negeri yang mandiri, berdaulat dan bersiap membangun dirinya sendiri menjadi negeri yang bermartabat, aman tenteram dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.

Bagaimana keadaannya kini setelah kemerdekaan itu diraih 68 tahun silam? Apakah negeri ini telah terwujud menjadi seperti yang dicita-citakan semula?

Sayangnya tulisan ini tidak menjawab kedua pertanyaan tersebut diatas. Tulisan ini hanya ingin menggambarkan animo yang masih tertanam di jiwa masyarakat kita. Masyarakat yang secara swasembada, gotong-royong dan sukarela menyambut dan memeriahkan hari kemerdekaan ini dengan suka cita…

***

Telah menjadi semacam budaya setiap tanggal 17 Agustus selalu diadakan berbagai lomba dan karnaval untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Biasanya karnaval ini dilangsungkan dengan berbagai skala. Baik skala besar maupun skala kecil saja. Dalam pelaksanaannya karnaval ini dibagi kedalam berbagai kelompok. Tergantung kepentingannya bagaimana kelompok ini nantinya akan dibentuk.

Saat ini saya dan keluarga tinggal di kelurahan Sukamantri. Kelurahan ini bagian dari Kecamatan Cisaat yang merupakan salah satu kecamatan dari sekian kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Rupanya telah dikeluarkan semacam surat pengumuman beberapa hari sebelumnya bahwa akan diadakan karnaval menyambut hari kemerdekaan. Karnaval ini akan diadakan mulai jam 13.00 siang. Dalam surat itu juga disampaikan semacam himbauan kepada masyarakat untuk turut serta memeriahkan karnaval ini dalam bentuk apapun namun tetap sopan dan sesuai dengan tema kemerdekaan. Karnaval sejenis inilah yang saya maksudkan dengan karnaval skala kecil, yang pelaksanaannya bergantung pada swadaya masyarakat yang berada di sekitarnya.

Dan, ramailah rumah saya sejak jam 10-an siang. Beberapa anak berdatangan. Anak-anak ini yang akan disertakan dalam karnaval nanti siang. Anak-anak ini ada yang dating diantar ibunya, dengan pesanan ingin didandani dengan kostum khusus. Ada juga yang datang sendiri-sendiri, minta didandani ini dan itu. Saya melihat ini sebagai bentuk animo yang masih ada di jiwa masyarakat kita. Animo untuk memeriahkan hari kemerdekaan dengan cita rasa dan kemampuannya sendiri.

Tepat jam 13.00 siang karnaval ini mulai bergerak. Bermula dari halaman kantor kepala desa Sukamantri, pawai yang cukup panjang ini bergerak menyusuri jalan-jalan, melewati beberapa wilayah. Rute perjalanan karnaval ini dirancang agar mengelilingi wilayah kelurahan Sukamantri. Kurang lebih dua jam kemudian, rombongan karnaval ini telah memasuki kembali halaman kantor kepala desa.

Inilah sebagian karnaval yang saya sempat abadikan…

***

Animo masyarakat tetap demikian besar dalam merayakan hari kemerdekaan ini. Animo yang timbul dari kecintaan yang mendalam terhadap negeri ini. Gotong-royong, kebersamaan dan swasembada tetap merupakan perekat dalam masyarakat kita. Setidaknya, menurut saya, hal itu dapat dibuktikan dengan berlangsungnya karnaval 17 Agustus, seperti yang saya tuliskan ini, yang pastinya juga berlangsung dengan sukses dan meriah diberbagai wilayah lainnya di negeri ini.

Dirgahayu Negeriku, Dirgahayu Republik Indonesia…

Sukabumi, 18 Agustus 2013

Catatan :

Tulisan saya lainnya yang berkaitan dengan hari Kemerdekaan Indonesia, pernah saya postng di blog ini juga beberapa tahun silam berjudul Dibawah Bendera Revolusi, dapat dilihat di link ini.

Iklan

25 respons untuk ‘Dirgahayu Negeriku…

Add yours

  1. merdeka itu tanah tidak sewa dan air tidak beli. (baca di twitter)

    merdeka itu pendidikan gratis dan guru di pedalaman digaji secara manusiawi (karena masih ada gaji guru Rp50.000,- per bulan. itu sih penghinaan. meski beliau mengajar dengan ikhlas, asli deh buruk banget penghargaannya!)

    merdeka itu tidak menjual aset berharga pada pihak asing dan menjaga pulau-pulau terluar yang rawan pencaplokan.

    ya… merdeka itu mungkin masih jauh bagi banyak rakyat Indonesia.

    biar bagaimana pun, terima kasih pada para pahlawan atas perjuangan kalian. semoga arwah kalian tak penasaran mengapa Indonesia menjadi carut marut begini…

    1. Perayaan hari kemerdekaan baiknya untuk merenung ttg apakah yg pernah dicita-citakan di awal kemerdekaan itu telah tercapai. Atau malah melenceng jauh, spt yg dituliskan mba diatas sbg Indonesia yg menjadi carut marut begini…

      Entah bagaimana dan siapa yg bisa merubah arah sehingga realita akan sesuai atau setidaknya mendekati harapan yg dicita-citakan itu?

      Salam,

      1. 17 Agustus 1945 itu hari proklamasi, bukan hari merdeka. kata mereka yang sudah “antipati” menghadapi keadaan.
        gak bisa disalahkan juga. ini sudah seperti apatis juga ya? entah 😦

        tapi perjuangan memang belum selesai. masih banyak PR bersama. bukan hanya pemerintah, rakyat pun turut andil.

        1. Hmmm, sudah sedemikian apatisnya ya mba?
          Semoga masih tersedia jalan untuk memperbaiki semua ini. Semoga anak cucu kita tidak lagi apatis, namun bangga, bahagia dan sejahtera di bumi pertiwi ini…

          Salam,

  2. Senang ya kalau banyak masyarakat sangat antusias meramaikan karnaval 17 an. Semoga tidak hanya anak-anak saja yg masih berminat ikutan karnaval spt ini, orang dewasanya juga 😉 .

    1. Betul, mba. Senang dan campur haru melihat masyarakat masih tetap antusias merayakan hari kemerdekaan sesuai dg kemampuan dan pandangan mereka.

      Orang dewasanya? Sebagian hanya penonton saja. Sebagian lain membantu pelaksanaan karnaval model begini…hehehe

      Bagaimana perayaan kemerdekaan di perantauan, mba?

      Salam,

    1. Ah ya, mba. Anak2 sebagian malah berperan serta dlm karnaval itu. Sebagian menonton dg seka-cita. Masih ada kecintaan yg besar thd negeri ini…

      Salam,

    1. Kangen karnaval seperti ini ya mas Ryan?
      Untungnya masih ada dan terlaksana di kelurahan tempat saya tinggal sekarang ini. Masih nyata konsep gotong-royong dan kebersamaan tertanam dlm masyarakat kita. Setidaknya itu pengamatan sederhana saya.

      Salam,

      1. Iya mas. Skrg dah jarang lihat pawai itu. Dulu sih pasti ada di depan rumah.

        Gotong royong memang masih kental mas. Terasa sekali pas papa meninggal dunia dulu.

  3. Alhamdulillah, bila perayaan 17 Agustus ini bisa merefleksikan rasa syukur atas hadirnya proklamasi kebebasan kala itu. Bisa menjadi perekat dan gotong royong antar sesama, dan bukan hanya menjadi tradisi semata. 😉

    1. Insya Allah, demikian adanya Mas. Setidaknya itu menurut pengamatan saya yg awam ini. Semoga kedepan kian bertumbuh kembang nilai-nilai ini dlm masyarakat kita dan bukan sebaliknya…

      Salam,

  4. jadi inget jaman sekolah kalau begini ya mas, suka ikut karnaval dgn berbagai macam kostum, terutama pakaian ada t dari seluruh nusantara 🙂

    1. Wah, mba Ely suka ikutan karnaval juga dulu waktu zaman sekolah ya? Itu adalah kenangan yg tak terlupakan. Didandanin dg pakaian adat, ribet, panas2an, tp tetep happy ngikutinnya ya…

      Salam,

    1. Kreasi masyarakat berdasar spontanitas dan kecintaan ini memang cukup keren. Saya yakin keadaan ini jg berlangsung di pelosok lain di tanah air ini…

      Salam,

  5. Gak masalah kok ada karnaval juga, yang penting anak-anak jadi tahu bahwa ada hari kemerdekaan. Soal makna, diserahkan pada masing-masing. Benar, lebih baik merenung daripa menyalahkan atau bahkan antipati. Salam dari Bandung, Kang ^_^

    1. Setuju banget. Betul juga, lewat karnaval semoga anak-anak jadi faham makna kmerdekaan. Semoga saja demikian…

      Nepangkeun Kang. Sim kuring asli Sukabumi nu nguli di Bekasi.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: