Saat lebaran tiba, saat yang tepat untuk saling mema’afkan. Saling mema’afkan atas semua kesalahan yang secara sengaja ataupun tidak disengaja telah kita perbuat baik terhadap keluarga dekat, kerabat maupun sahabat. Saling mema’afkan tentunya tidak dengan ada niatan untuk mengulanginya, bukan?
Telah bertahun-tahun menjadi kebiasaan di keluarga saya pada lebaran hari ke-2 untuk silaturahmi dan mengunjungi kerabat orang-tua di daerah selatan Sukabumi. Secara luas daerah ini disebut Jampang Tengah. Kedua orang-tua saya berasal dari sana tepatnya dari daerah Purabaya, Jampang Tengah. Berjarak tidak terlalu jauh dari kota Sukabumi, sekitar 40-an km. Jalan yang berkelok, naik turun dan sering jalanannya rusak, menjadi semacam keasyikan sendiri untuk ditempuh.
Bagaimana keadaan di Jampang saat ini? Bagaimana kondisi jalan dan perjalanan kesana sekarang? Mari saya ajak sahabat blogger untuk mengikuti perjalanan ini…
***
Berangkat dari Sukabumi agak pagi, sekitar jam 7-an. Saat perjalanan ini dimulai, di kepala saya masih tergambar kondisi jalan yang rusak, seperti yang pernah saya alami saat perjalanan yang saya lakukan ke Jampang beberapa bulan belakang. Ternyata saat lebaran ini kondisi jalan sudah membaik. Ini semakin menambah asyiknya perjalanan. Di kiri-kanan jalan pemandangan indah, pegunungan dan sawah-sawah yang menghijau, tetap menggambarkan betapa cantik dan indahnya alam yang bangsa ini miliki. Memang di beberapa ruas jalan masih tersisa kerusakan, namun hanya pendek saja. Sama sekali hal ini tidak mengganggu keseluruhan perjalanan.
Sekitar 1,5 jam perjalanan sampailah ke tujuan. Turun dari kendaraan, perlu berjalan kaki beberapa menit untuk sampai di kediaman orang-tua. Dari jauh tampak beberapa rumah-rumah penduduk yang seakan tersembunyi dibalik pepohonan yang rindang. Betapa indah ditatap dari kejauhan..
Perkampungan yang sepi, beberapa rumah sangat sederhana saya lewati. Ya, kondisi rumah-rumah penduduk disana kebanyakan kondisinya masih sangat sederhana dan masih dominan berbentuk rumah panggung.
Perkembangan yang mulai nampak dan kian menjamur sampai saat ini adalah antena tv parabola. Jauhnya jangkauan sinyal pemancar tv seakan memaksa penduduk disana untuk berlomba untuk memiliki antena parabola. Saya tidak sempat bertanya, siaran tv mana saja yang selalu ditonton oleh penduduk disana. Selain siaran tv tanah air, tentu dengan antena parabola ini mereka dapat pula menyaksikan siaran-siaran tv dari manca negara. Entahlah…
Melewati jembatan bambu seadanya ini , saya sempat agak lama memandang sungai dibawahnya yang airnya kini tak lagi bening dan kini cenderung kering. Saat saya masih bersekolah di SD, sekitar tahun 70-an, sungai ini sangat bening. Tak salah penduduk sana menyebut sungai ini dengan Cibening. Selain bening, airnya tidak sekering seperti sekarang. Dulu, masih teringat, betapa riangnya saya mandi dan berenang di sungai ini. Kegiatan yang biasa saya lakukan dengan sahabat-sahabat kecil saya disini.
Lebaran hari ke-2 ini bertepatan dengan hari Jum’at. Mengikuti shalat Jum’at berjamaah di mesjid Nurul Huda yang cantik dan sejuk merupakan kesempatan yang saya tunggu. Berjumpa dengan sahabat-sahabat masa kecil usai shalat Jum’at seakan kian mengingatkan saya akan satu hal, betapa cepatnya waktu berlalu. Sahabat-sahabat kecil dahulu, yang kini tidak kecil lagi, namun beranjak renta, seperti juga halnya dengan diri saya ini…
Usai kembali dari mesjid Nurul Huda, hidangan untuk makan siang telah tersedia. Duduk bersila diatas rumah panggung peninggalan alm. kakek, kami siap menyantap makan siang. Melihat menu makanan ini, yang masih berbau menu lebaran, tidak begitu menarik saya. Yang paling menarik dari hidangan makan ini bagi saya justru hanya satu. Itu adalah goreng jengkol…

***
Sebagian romantika dan keindahan lebaran inilah yang dapat saya bagikan kepada sahabat-sahabat blogger. Tak lupa saya ucapkan mohon ma’af lahir bathin. Walau kita tidak pernah atau belum pernah bertemu, silaturahmi kita melalui tulisan blog semoga kian saling mengeratkan tali persahabatan kita.
Bekasi, 15 Agustus 2013
asli asri, tempat yang enak buat niis kang
Iya masih asri disana. Nikmat untuk niis dan merenung. Yg belum kesampaian saya pengen nginap disana. Padahal dulu tempat menghabiskan masa liburan saya waktu saya di masih sekolah di SD.
Salam,
aduh kang pami jengkol na nu palih luhur sigana enak nya pami di tuang sareng sambel 🙂 sae kang postingana.. photonya mantep
Pas pisan, jengkol di colek kana sambel tarasi. Nikmat pisannn…
Salam,
Jalannya sae, di dieu ge sanajan bumi na tos ku tembok ari jalan mah balolong. Sirik jadina.
Asa teu ninggal sambelna yeuh.
Jalan parantos sae geuning ayeuna mah. Aya nu terputus, tapi mung sakedik.
Perkawis sambel, sumuhun waktos moto, sambelna masih didamel. Sambel tarasi tea…
Salam,
punten kang ,pami anu kaasup jampang tengah teh mana daerah wae…? sapertos bojonglopang oge pan masukna ka jampang tengah….
nuhun
salam kenal
Perkawis daerah Jampang Tengah, memang cukup luas. Upami teu lepat mah mencakup sabelas desa. Bojong Lopang lebet oge ka wilayah Jampang Tengah. Upami Purabaya ieu lebet ka area Sagaranten, nu mangrupikeun salah sahiji kawasan Jampang Tengah oge. Tah, perkawis detilna, abdi teu menguasai, Kang.
Salam kenal oge ti katebihan…
masih suasana lebaran khan,
jadi nggak apa2 kan kalo aku mohon dimaaafkan lahir batin kalau aku ada salah dan khilaf selama ini,
back to zero again…sambil lirik kiri kanan nyari ketupat….salam 🙂
Mohon maaf lahir bathin juga…
Betul masih suasana lebaran. Tp sayangnya persediaan ketupat sudah tidak ada nih. Bagaimana klo kue-kue khas saja. Masih ada wajik sama rengginang mah…
Salam,
Pemandangannya segerrr. .
Sawah ijo royo ya, Pak. .
Mrinding liat jembatan bambunya. . .
Menyeberangnya bergatian pasti ya, Pak. ..
Alam yg masih asri, masih hijau disana-sini. Semoga bisa dijaga biar selalu demikian keadaannya.
Iya, menyebrang bergantian. Jembatan bambu seadanya hasil swadaya masyarakat setempat…
Salam,
Rerimbun pohonnya asri banget..
Benar, masih asri keadaannya disana…
Salam,
wakakakaaka, bagian jengkolnya ini lho yang ngehits! 😛
aduh, rasanya beneran nikmat ya di desa gitu… syaratku cuman 1 kok: sinyal internet kudu bagus 😀 *internet geek* 😆
eh salah nulis. internet freak yang ada mah
Setelah lebih sebulan berlalu tanpa jengkol, duh kangennya mba. Bener2 dahsyat, walau katanya bau juga…hehehe
Di Jampang masih bisa internetan, walau kecepatannya kurang. Cuma maksimum sinyal EDGE saja dapatnya.
Salam,
sudah alhamdulillah atuh pakde meski hanya EDGE 🙂 lumayan banget tuh! keren lah kampungnya ^_^
Iya, lumayanlah. Twitteran masih lancar. Cuma pas mau twitpic, baru deh terasa. Gagal kirim terus…
Salam,
Neupangkeun Kang… Abdi oge aki urg Purabaya, ngan tos teu aya ayeuna mah, Pun aki nami na Mansur, Kantos jd di lurah purabaya..
Nepangkeun oge Kang. Aeh, geuning ti Purabaya oge. Pun aki ti garis ibu urang Kuta, nu lebet kana wewengkon Purabaya. Upami pun bapa mah asli ti Cibaregbeg. Abdi asli turunan pakidulan…hehehe
Postingan ieu nuju kamari abdi silaturahmi ka kulawargi ti garis ibu, di Kuta.
Salam,
Wah Purabaya mah caket sareng Sagaranten atuh kang, abdi ge mudik ka Sagaranten, biasa isi bensin di Pom Purabaya karena itu pom terakhir sebelum nyampe rumah 😀
Aeh, geuning ti Sagaranten. Palih mana di Sagaranten na? Kirang apal saleresna ka daerah Sagaranten mah. Tah upami ti garis pun bapa mah asli ti Cibaregbeg. Kulawargi pun bapa aya oge nu linggih di Sagaranten, tapi teu emut nami daerah na…
Salam,