Saya tidak tahu dengan pasti bagaimana menuliskannya yang benar antara kosmetik dengan kosmetika. Lebih tidak tahu lagi mengapa saya ingin menulis posting tentang kosmetik padahal jelas-jelas saya bukan penggila atau fanatik dengan satu merk kosmetik tertentu.
Sebenarnya tidak hanya kaum wanita pemakai kosmetik itu. Kaum laki-laki juga. Walau diakui memang tingkat ketergantungannya terhadap kosmetik tidak sedahsyat kaum wanita. Cukuplah keduanya menciptakan peluang pasar yang besar bagi industri kosmetik. Tentunya untuk memperluas pasar ini, anak-anak bahkan bayi pun menjadi sasaran pemasaran kosmetik.
Berbagai kosmetik untuk berbagai kebutuhan dan berbagai fungsi tersedia dengan bebas di berbagai jenis pasar. Dari yang bermerk global dengan harga selangit sampai dengan bermerk dan beramuan tradisional dapat dengan mudah kita dapatkan.
Dalam membeli kosmetik, selain mempertimbangkan kemampuan kita membayar pertimbangkan juga aspek legal dari kosmetik yang akan kita beli tersebut. Teliti sebelum membeli dan membeli sesuai kebutuhan tetap harus jadi pegangan kita. Salah-salah membeli, karena rayuan pemasaran yang aduhai, akhirnya jatuh hati untuk membeli yang ilegal. Bukannya kosmetik itu memberi kecantikan seperti yang dijanjikan malah berdampak buruk pada kecantikan dan kesehatan tubuh kita.
Kenapa saya bicara ngelantur tentang kosmetik? Ini gara-gara tadi pagi saya membaca stiker iklan kosmetik di jendela pintu angkutan umum. Walau sudah sering kali saya menemukan stiker iklan kosmetik semacam ini, tak ayal tetap saja membuat saya cengir-cengir membacanya. Tidak percaya? Coba perhatikan stiker iklan kosmetik yang saya maksud tersebut.

Memperhatikan stiker iklan kosmetik seperti diatas, koq rasanya tidak tepat menempelkan stiker seperti itu di tempat umum. Agaknya tidak etis. Baca saja satu demi satu menu yang ditawarkan oleh iklan tersebut. Ah, entahlah…
Jadi bagaimana menurut sahabat blogger tentang stiker iklan kosmetik yang semena-mena ditempelkan di tempat umum tersebut?
Bekasi, 22 Januari 2013
gak tau mesti komen apa….. strategi pemasaran yang kebablasan -_- karena milih salesnya juga ngasal. yang penting laku. 😦 padahal biasanya “obat/kosmetik” seperti ini kan rekomendasi mulut ke mulut. (katanya) jadi apa untungnya juga sih buang2 stiker atau flyer (yang asal lempar ke dalam angkot)? gak ngerti sama otak mereka. beuh….
Ya itu mba, strategi pemasaran yang tak mengindahkan kaidah etika…
Salam,
Belum pernah lihat stiker semacam itu sih, kalau lihat langsung mungkin akan saya cuekin, nggak tertarik 🙂
Belum pernah lihat ya mba? Iklan model ini nempel di rata-rata angkot di bekasi ini. Karena saking banyaknya, ya akhirnya suka jadi iseng saya baca…
Salam,
haha liat aja lagi nich Aa, saya kok malah ngakak baca postingannya ya, asli kreatif banget…. Masang stiker di tempat umum begitu emang ga pantas dan kyknya yg masang masa bodo emang gw pikiran hehe
Hahaha…lucu tapi pikasebeleun ya fenomena iklan seperti ini…
Salam,
Pasti isi iklannya aneh2 deh, membesarkan, mengecilkan :D.
Betul mba, seperti itulah isi iklannya…
Salam,
saya sih kesian ke modelnya, gimana kalau kebetulan dia naik angkot pas ada stiker tersebut 😛
Eh betul juga ya. Tapi untungnya gak ada model yg naek angkot barangkali…
Salam
sangat tidak pada tempatnya, Pak. Apalagi kalau sampai dibaca anak kecil…
Saya sependapat. Inilah kenyataan yg kita hadapi, seenaknya stiker model begini tertempel di tempat2 umum. Hanya bisa ngelus dada…
Salam,
Kosmetika atau kosmetik, itu ejaan bahasa Indonesia yang sedang bingung.