Tentang Belajar : Dari Knowledge Menuju Know-How

Budaya belajar-mengajar mungkin setua keberadaan umat manusia dimuka bumi. Kebudayaan dan peradaban terus berkembang berlandaskan pada pondasi belajar-mengajar ini. Suatu perjalanan yang panjang hingga akhirnya kita mengenal institusi formal, seperti sekolah, institut, universitas, sebagai wadah untuk men-sistemasi kegiatan belajar-mengajar ini.

Akan tetapi kegiatan belajar bukan hanya kegiatan yang hanya dapat dilaksanakan di institusi formal. Belajar yang sebenarnya belajar bahkan mungkin tercipta dengan kita ber-interaksi dengan lingkungan sosial kita, dengan masyarakat sekitar kita, dengan keluarga kita atau bahkan dengan diri kita sendiri. Sehingga belajar tidak hanya dibatasi hanya terjadi di institusi formal saja. Sebaliknya di institusi non-formal justru lebih banyak lagi rentang waktu yang diperlukan untuk belajar. Maka, selama hidup kita didunia ini, seyogianya selama itu pula masa belajar kita.

Pertanyaan pertama adalah bagaimana agar kita dapat menyerap dan mengingat sebanyak-banyaknya apa yang telah kita pelajari itu?

Saya tidak akan mengemukakan tips khusus bagaimana caranya agar apa yang kita pelajari itu selalu kita ingat atau seberapa banyak yang dapat kita serap. Angka-angka yang saya sajikan dibawah ini hanya gambaran saja, yang, mohon maaf, tidak lagi saya temukan sumber referensinya. Angka-angka ini hanya menggambarkan bahwa semakin banyak anggota panca indera yang kita libatkan dalam proses belajar, maka akan semakin banyak pula yang akan kita serap dan kita ingat dari suatu proses belajar.

Tetap semangat belajar...
Tetap semangat belajar…

Presentase terkecil yang akan kita ingat dari suatu proses belajar itu yaitu jika kita mengikutinya hanya dengan menggunakan telinga. Artinya, kita hanya pasif mendengar, alias, hanya sebagai pendengar setia. Kemudian presentase yang cukup besar bila kita hanya menggunakan mata. Akhirnya presentase yang lebih besar akan tercapai apabila kita melibatkan beberapa panca indera sekaligus dan melibatkan orang lain, seperti misalnya melalui aktifitas diskusi.

Angka itu mengatakan, apa yang kita pelajari maka akan kita ingat sebesar :

 

10% dari apa yang kita dengar

15% dari apa yang kita lihat

20% dari apa yang kita dengar dan kita lihat

40% dari apa yang kita diskusikan

Saya berharap sahabat blogger tidak menanggapi dengan skeptis angka-angka tersebut diatas. Sementara anggap saja angka-angka tersebut sebagai tahapan dari kondisi tidak mengetahui menuju mengetahui. Dari kondisi tidak memiliki pengetahuan menjadi memiliki pengetahuan atau knowledge.

Melihat angka-angka tersebut diatas, timbul pertanyaan kedua yaitu bagaimana cara kita menaikkan tingkat pemahaman kita melebihi angka 40% itu?

Menuju Know-How

Bagaimanapun keras kita mengikuti proses belajar sampai taraf diskusi, tingkat pemahaman kita akan berhenti pada level 40%. Suatu presentase yang sungguh menyedihkan mengingat besarnya waktu, energi dan bahkan biaya yang kita curahkan. Pengejaran ini akhirnya kandas pada satu kenyataan pahit bahwa tidak sampai setengahnya dari pengetahuan yang kita pelajari itu yang terserap menjadi pengetahuan yang kita miliki.

Satu upaya untuk keluar dan melewati presentase 40% itu adalah dengan merubah pengetahuan (knowledge) yang telah kita miliki itu menjadi know-how.

Saya rasanya belum menemukan pedanan kata yang pas untuk kata know-how, sehingga istilah itu ditulis seperti apa adanya. Know-how yang saya maksud disini adalah suatu kondisi tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap satu pengetahuan yang kita miliki setelah melalui proses penerapan atau implementasi. Sederhananya implementasi itu menjadi semacam katalisator untuk mempercepat proses transformasi dari knowledge menjadi know-how.

Proses implementasi menjadi point penting dalam hal ini. Penerapan untuk hal-hal baru apapun, apalagi bila dilakukan pada satu organisasi, pasti akan memerlukan kesabaran. Juga, patut digaris-bawahi, disitu terkandung potensi konflik yang akan dihadapi. Dengan tarik-ulur, kadang lari kadang berjalan pelan, proses ini harus dikendalikan dengan manis.

Pendekatan sederhana yang dapat digunakan untuk mengendalikan proses ini adalah Siklus Deming atau lebih dikenal dikenal dengan Siklus PDCA, kependekan dari PlanDoCheck dan Action. Sederhananya, kita harus membuat perencanaan detil dan matang terhadap program implementasi yang kita rancang, melaksanakan program tersebut tahap demi tahap, memeriksa hasil pelaksanaan tersebut untuk kemudian diambil suatu tindakan apabila hasil tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Siklus Deming
Siklus Deming

Siklus PDCA biasa dilambangkan dengan roda yang terus berputar. Ini menggambarkan proses yang terus-menerus dilakukan. Satu siklus telah tuntas, berlanjut ke siklus selanjutnya. Dari satu siklus ke siklus berikutnya berarti akan semakin tambahlah kemampuan kita menerapkan pengetahuan yang kita miliki. Hal ini berarti transformasi knowledge menjadi know-how yang terus berkesinambungan.

Setelah tahap implementasi, masih ada lagi satu tahap untuk meningkatkan level pemahaman kita. Tahap ini adalah mengajarkan pengetahuan dan know-how yang kita miliki kepada siapapun yang membutuhkan.

Dari kedua tahap diatas, akan diperoleh presentase pamahaman sebesar :

 

80% dari apa yang kita implementasikan

90% dari apa yang kita ajarkan

Sungguh proses yang panjang dan melelahkan proses belajar-mengajar itu. Bagi yang saat ini sedang dalam proses belajar, khususnya yang belajar di institusi formal, semoga tidak segera berpuas diri ketika satu pengetahuan telah diraih. Karena itu baru tahap pertama yang nampaknya belum banyak berarti. Ada tahap selanjutnya yang lebih melelahkan, yaitu tahap merubah pengetahuan itu menjadi know-how. Know-how inilah yang saya yakini merupakan permata berkilau yang harus dimiliki oleh setiap pribadi ditengah ketatnya persaingan pasar tenaga kerja global saat ini.

Bekasi, 8 Januari 2013

Catatan: Repost dengan sedikit penyempurnaan dari blog saya yang lain yang sudah tak terawat…

Iklan

20 respons untuk ‘Tentang Belajar : Dari Knowledge Menuju Know-How

Add yours

    1. Sama mba. Sudah lama juga saya meninggalkan dunia pendidikan formal. Tapi suka dengan pendidikan informal yg kadang saya tangani.
      Salam,

  1. Ass. Wah tulisannya makin mateng dan enak dibaca Bro. U sy pribadi proses pembelajaran itu akan terus sampai nafas terakhir. 1 hal yang sy yakini. Hanya orang yang mau belajar yang akan membuat dia survive dalam kondisi apapun. Kalaupun terpuruk itu hanya sesaat karena kita manusia. Terus berkarya Bro. Karena tulisan anda mungkin jadi salah satu proses pembelajaran yang tak pernah berujung.

    1. Wslm. Wah Jatidiri ini terlalu memuji. Jadi malu nih saya. Sangat terimakasih atas komentar yg bilang tulisan saya makin mateng dan enak dibaca. Semoga demikian adanya.

      Insya Allah saya akan tetap berkarya dan doakan agar tetap survive dlm menghadapi gejolak kehidupan.

      Salam,

  2. Postingannya oke neh masbro… Buat saya yang belum lama jadi dosen, membuat mahasiswa mau belajar terus selain di kelas merupakan sesuatu yang sangat2 menantang… Sulit, tapi asyik.. hehe.. Salam kenal..

    1. Salam kenal kembali,
      Wah, Mas menduduki posisi mulia, posisi yang mengemban tugas mencetak generasi penerus yang berkualitas.
      Terimakasih telah berkunjung ke blog sederhana saya…
      Salam,

  3. AWW. Satu hal yang saya dapat dari proses pembelajaran yang selama ini saya lakukan. Ada masanya kita harus mengambil satu keputusan yang menjadikan posisi kita seperti buah simalakama. Sangat menyakitkan. Tapi karena kita hidup tidak hanya di bumi ini. Tetap keputusan itu harus diambil. Dan itu sakiiiiiiiiiiiiiit. Jadi terus belajar jika ingin selamat dunia akherat.

    1. Wa’alaikum salam wr.wb.
      Betul seperti yang dikatakan, Ada masa dimana keputusan harus diambil walau kadang terasa menyakitkan. Tapi yakinlah, keputusan yg menyakitkan itu akan memberikan “buah” yang indah dikemudian hari. Insya Allah.

      Salam,

Sila tinggalkan komentar sahabat disini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: